Berulang
Juli 18, 2025Tahun ajaran baru ini aku ditautkan lagi dengan kepingan kepingan masa kecilku. Ketika satu persatu kuamati wajah wajah wali murid yang mengantar anak mereka di sekolah yang sama dengan Bening, ingatanku meraba raba memori usang di kepala. "Kayanya dia temen sekelas waktu TK deh. Eh dia bukan sih?"
Aku selalu meyakini bahwa selain berlalu, waktu juga akan kembali. Mengembalikan hal hal yang berlalu ke satu titik entah akan bersinggungan atau bertemu lagi dengan keadaan berbeda. Ya...di keadaan yang tentu saja sudah berbeda. Ah akhirnya kami bersinggungan lagi tapi aku belum mampu bertegur sapa dengan orang orang itu yang dulu pernah berbincang hangat.
Sejak aku memasuki gerbang sekolah untuk mengambil seragam, nyaris aku tak mampu membendung air mataku. Aku disergap rasa haru. Saat memasuki ruang kelas entah mengapa aku merasa dipeluk dengan hangat dan erat, itu membuatku ingin sekali menangis. Entah apa yang membuatku ingin menangis. Kenyataan bahwa aku sudah menjadi orang tua yang mengantar putriku? Ataukah rasa rinduku pada masa kanak kanak yang sudah 25 tahun berlalu? Mungkin kedua-duanya!
Ruang kelas yang dulu ketempati tampak tiada beda kecuali lantainya yang kini telah berganti keramik dan tentu saja perabotan di dalamnya lebih baru. Guru yang mengajarku dulu masih di sana yang salah satunya kini menjadi kepala sekolah. Dan.. Ahh lihat, betapa beliau tidak berubah! Tidak ada tanda tanda penuaan yang berarti. Senyumnya selalu ramah dan hangat. Justru akulah yang kian menua.
Meski memang ada rasa haru ketika melepas Bening dari gandengan untuk ia masuk menuju gerbang sekolah, aku memutuskan untuk tegar seperti dia. Yang terus menerus meyakinkan aku supaya aku tak perlu menunggunya sampai sekolah usai, cukup jemput saja saat tiba waktu pulang.




















0 Comments