Saat ini untuk mendengarkan musik rasanya agak malas. Saya sudah pernah menceritakan soal ini. Bagaimana kebiasaan dan hobi yang sangat saya cintai, tiba tiba terasa memuakkan semenjak hamil. Namun pagi ini saat iseng menggulirkan halaman beranda twitter, saya mendapati tweet mas Deva (drummer Polka Wars) membagikan tautan spotify. Lagu yang tengah ia dengarkan merupakan lagu lawas. Lagu itu sering saya dengan saat masih SMP hingga SMA. Alone at Last berjudul Amarah, Tangis dan Luka. Haha baru setengah jalan saya putar lagu itu perut saya mulas. Bukan apa apa, saya baru saja menghabiskan segelas susu hangat. Sambil menunaikan panggilan alam, saya kembali kilas balik ke masa itu dan mengingat lagi siapa saja teman saya dulu yang sangat suka mendengarkan Alone at Last.
Saya punya teman dari media sosial yang seumuran dengan kakak saya. Selera musik kami hampir sama. Ia juga pendengar setia Alone at Last, kini sudah hijrah ke Bogor, berkeluarga dan memiliki satu orang anak. Begitu juga dengan mas Deva. Ia sudah memiliki dua orang anak. Sedangkan saya sebentar lagi juga akan memiliki bayi. Ternyata waktu sudah berlalu begitu jauh.
Saya kembali memeriksa daftar rilis pekan ini. Ada Trou yang dari minggu kemarin masih bertengger di daftar rilisan terbaru. Mungkin belum beranjak karena saya belum mendengarkan. Seingat saya, saya tak pernah mengikuti artis maupun band bernama Trou. Cukup asing. Saya kira ini merupakan band dari Inggris atau Iceland. Lagu barunya berjudul Home. Saya selalu penasaran dan sejauh ini selalu cocok dengan lagu yang berjudul "home" dari siapapun itu. Seperti misalnya Home milik Lightcraft. Saya sudah mendengarkannya mungkin ratusan kali. Dan bahkan pernah dalam sehari saya mendengakannya hampir 10x
Cover single Trou membuat saya terpukau. Terlihat sebuah pemandangan hijau perbukitan. Mengingatkan saya akan kampung halaman sendiri. Saat terdengar suara vokalisnya, saya merasa sangat familiar. Suaranya seperti bang Hariz dari grup band asal Bandung Anatomy For Fabulous Emergency Noise atau disingkat AFFEN. Tidak hanya itu, lagu Home ini juga rasa rasanya pernah dirilis oleh AFFEN. Saya beranjak ke mesin pencari dan mencari tahu siapa Trou dan apa hubungannya dengan AFFEN. Dugaan saya benar. Itu memang suara bang Hariz dan Trou merupakan bentuk reinkarnasi dari AFFEN sepeninggal dua personilnya. Yang saya tahu, Babam (yang sejak pertama kali mengenal AFFEN ia telah mencuri perhatian saya dengan topi indiannya) kini beralih profesi sebagai fotografer handal.
Home telah dirombak oleh Trou. Dan Trou cukup berbeda dari AFFEN. Jika mendengar dari satu lagu ini saja, kesan berisik khas Post Rock masih ada. Hanya saja gaya bernanyi bang Hariz sudah berbeda. Dulu di Affen ia tak segan segan mengambil cengkok, khas penyanyi tradisional Sunda. Tapi bersama Trou, ia tidak lagi melakukan itu.
Wah saya tidak menyangka pagi ini bertemu kembali dengan band yang pernah mengisi masa remaja saya dulu. Lebih lebih menuliskan tentang musik, hal sudah jarang sekali saya lakukan untuk blog ini.
Tifanny Lituhayu
Temanggung. 28 Agustus 2020