Kamar mandi idaman. Kalau yang seperti ini pasti bebas coro :))

Hal yang paling saya waspadai saat hendak menempati rumah ini adalah gangguan hama seperti serangga dan tikus. Untuk itu saya meminta agar suami membongkar lemari dapur yang dulu sering jadi tempat persembunyian serangga. Kami juga tak ingin punya banyak perabotan sebab ruangan yang penuh perabotan bisa jadi sarang dan tempat persembunyian hama. Namun sayang sekali, usaha kami untuk menjadikan rumah tampak bersih tanpa gangguan serangga sepertinya gagal. 

Beberapa hari setelah menempati rumah, sekawanan semut tiba tiba muncul di dapur. Kian hari mereka menjelajah ke ruangan lain. Saya biarkan saja. Untuk semut masih bisa ditoleransi. Namun akhir akhir ini kami kerap menjumpai kecoa muncul di kamar mandi. Padahal awal kami menempati rumah ini sangat bersih tanpa gangguan mereka. Sayang sekali. Saat kami basmi satu di hari berikutnya selalu datang lagi dan lagi. Saya benar benar merasa jijik dan muak. Apalagi saya fobia dengan serangga yang satu ini.

Petang ini baru saja bisa bangun setelah menunggui Bening hingga terlelap, ingin buang air kecil, dikamar mandi sudah dihadang dua makhluk bau itu. Hmm saya balik kanan dan kembali ke kamar. Urung. Menyebalkan sekali. Tadi siang saya sudah basmi satu. Tapi malah datang lagi dua. Hah.

Hari ini merupakan hari terkahir saya cuti. Esok hari saya sudah mulai masuk kerja Rasanya cukup gugup mengingat status saya saat ini telah berganti menjadi ibu satu anak bayi yang masih kecil. Belakangan ini Bening lebih senang digendong. Untuk menyusu, hampir setiap waktu. Nyaris tak ada jeda. Bagaimana nanti saat saya sudah mulai kerja? Apakah performansi saya bisa tetap baik? Meski mbak bos sangat memahami keadaan saya, tapi saya sungkan jika tak bisa bekerja maksimal. Terlebih dengan partner lain. Saya khawatir mengecewakan beliau semua.

Sore tadi pukul empat, mbak bos menelpon dan membicarakan apa apa saja yang harus saya kerjakan esok dan beberapa pekan kedepan. Saya bersyukur karena ternyata jobdesk yang diberikan mbak bos belum terlalu banyak. Kendati demikian, saya harus menyelesaikan semuanya tepat waktu. Baru setelahnya pekerjaan yang saya tangani akan kembali seperti semula seperti sebelum cuti dengan beberapa pemangkasan. Syukurlah, sebab pekerjaan yang semula saya tangani sudah dibagi ke tim lain.

Usai menutup telepon, saya menyiapkan meja kerja dan laptop. Kabel charger laptopnya menjadi kaku. Sedangkan permukaan laptop menjadi berdebu dan agak bau jamur. Hihi. Sengaja saya menyalakan laptop sedari sore sebab seperti perkiraan saya sebelumnya, kinerja laptop menjadi sangat lamban. Butuh pemanasan pikir saya. Namun sayang, baru ingin menyambungkan ke internet giliran ponsel saya yang mati (menggunakan fasilitas tethering untuk terhubung internet). Saya sedang sangat galau karena ponsel masih saja rewel. Semoga ada rezeki lebih untuk menggantinya dengan yang baru.

***

Semoga esok dan seterusnya berjalan lancar. Bening bisa diajak kerja sama. Jika memang harus sambil memangku Bening, semoga saya tetap kuat dan pekerjaan selesai tepat waktu. Aamiin. Semoga Allah meridhoi. 

Satu bulan lebih semenjak kelahiran bayi, hampir seluruh pekerjaan rumah diambil alih oleh suami. Mulai dari mencuci, membereskan rumah, hingga memasak, suami yang mengerjakan. Padahal ia juga masih harus bekerja seperti biasa. Bahkan di akhir pekan ia masih menyempatkan diri untuk bermain basket dengan klub basket Temanggung di GOR. Meski semuanya berjalan dengan lancar dan ia merasa baik baik saja, kemarin dan hari ini suami saya jatuh sakit.

Ia selalu saja menyembunyikan apa yang dia rasakan. Katanya badan sakit itu jangan dimanja tapi dibuat kerja atau aktivitas. Mungkin maksudnya untuk memberikan sugesti pada tubuh agar tetap sehat. Namun saya mengatakan, justru dengan mengabaikan tubuh yang sedang tidak fit tanpa ikhtiar minum obat dan istirahat, kita justru memanjakan si penyakit untuk bersarang ditubuh. Sore ini akhirnya ia jujur dengan nada lirih saat saya tanya apakah badannya terasa nyeri. Ia menjawab, ya. Usai minum obat ia tidur berselimut rapat dan memakai jaket. 

Dengan kesibukannya yang luar biasa, malam hari ia masih menemani saya begadang saat Bening terjaga atau rewel. Saya rasa puncak dimana akhirnya suami tumbang adalah kemarin saat saya kelelahan dan suami membantu menggendong untuk menidurkan Bening yang semula rewel.

Maafkan saya mas. Saya masih belajar menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Saya akan berusaha lebih baik. Bisa mengasuh Bening dan juga mengerjakan pekerjaan rumah. Meski mas bilang kita harus kerja sama, tapi jangan sampai salah satu dari kita kelelahan dan jatuh sakit. Meski sakit itu juga merupakan pemberian Allah, ada baiknya kita tetap menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

Syafakallah, mas... 

Semoga lekas membaik seperti sedia kala

Usai berjemur Bening tertidur cukup pulas. Hanya sesekali menyusu lalu tidur lagi begitu terus mulai jam 11 pagi hingga siang. Sorenya kami ada janji dengan bu bidan untuk imunisasi dan memasang anting ^^

Awalnya saya sempat galau menentukan dimana Bening akan imunisasi. Bu bidan Margi, bidan desa bu Indah, puskesmas, atau Rumah Sakit Gunung Sawo. Saya sempat beberapa kali mengobrol dan bertanya ini itu dengan bidan desa via whatsapp. Sampai sampai terjadi miskomunikasi perihal tindik yang membuat suami harus bolak balik menukarkan anting ke toko. Awalnya kami sudah membeli anting berbentuk bulat. Namun bu bidan desa bilang untuk memakai anting tindik atau suweng agar lebih mudah. Jadilah saya meminta suami supaya menggantinya. Tapi kami mendapat wejangan dari Bapak untuk memakai anting lingkaran saja agar lebih aman. Hahaha...

Kemarin sore, ibu akhirnya menghubungi bu Bidan Margi. Ibu bertanya apakah tanggal merah tetap buka praktik? Kami berencana untuk imunisasi dan tidik untuk bayi. Beliau rupanya menyanggupi semuanya dan meminta kami datang pada hari Kamis, 11 Maret jam 4 sore.

***

Usai mengganti pakaian Bening, saya bersiap untuk berangkat. Bapak dan adek mengantarkan kami ke tempat Bu Bidan. Tak dinyana hujan turun dengan lebat. Meski kami datang lebih awal dari waktu yang ditentukan, kami tidak bisa langsung turun dari mobil sebab hujan masih sangat lebat. Kendati kami membawa payung, terlalu riskan rasanya keluar disaat hujan sangat deras. 

Selang 20 menit akhirnya kami memutuskan untuk turun dan menembus hujan rintik rintik menggunakan payung. Lagi pula, ayah si kecil sudah tiba menyusul kami membawa anting untuk Bening agar dipasang oleh bu bidan. 

Kami disambut kakak perawat dan bu bidan sendiri. Bening ditimbang terlebih dahulu. Sayang sekali, berat Bening hanya bertambah satu ons saja dari berat awal dia lahir. Padahal seharusnya sudah bertambah 8 ons. Sungguh jauh dari standar. Saya sangat kasihan dan merasa bersalah padanya :(

Bening dibaringkan di kasur dan segera saja mendapat suntikan imunisasi BCG yang disusul dengan tangisan singkat. Kemudian imunisasi polio tetes 1. Bu bidan bertanya apakah jadi memasang anting. Saya pun menyodorkan anting kepada kakak perawat. 

Bening adalah anak yang sangat tangguh. Saya tidak tega melihat telinganya dilubangi sebelum dipasang anting. Belum selesai menangis karena sakit di telinga sebelah kanan, Bening harus mendapat tusukan lagi ditelinga kirinya. Tangisannya membuat saya pedih. Tapi itu tergolong singkat karena setelahnya Bening terdiam.

Saya benar benar ngeri melihat kedua telinganya ternoda darah. Darah lagi, batin saya. Kami pulang dengan perasaan lega. Kami lebih lega karena meski mendapat tiga kali tusukan, Bening sangat tenang setelahnya. Hanya rewel sedikit saat nenen lepas. Selebihnya ia sangat tenang. Bahkan meski saya menggendongnya disebelah kiri yang mana harus berhimpitan dengan lengan bekas suntikan, ia sama sekali tak terganggu atau merasa kesakitan. Malam ini saat saya menulis tulisan ini, Bening sedang tertidur. Saya dan suami sempat khawatir bagaimana jika ia semalaman tak bisa tidur karena merasakan sakit? Kami teringat saat Bening puput (putus tali pusat). Semalaman ia menangis dan tak tenang.

Terima kasih Bening, Bening adalah anak yang sangat tangguh, kuat, dan berani. Ibuk dan Ayah sangat bangga. Maaf ya nak, ternyata berat badanmu masih jauh kurang. Semoga ibuk bisa mengejar ketertinggalannya. InsyaAllah ibuk akan lebih semangat lagi menyusui Bening dan makan dengan semangat seperti saat Bening dalam kandungan.

Tifanny Lituhayu

Hari ini tepat satu bulan usia Bening. Semalam saya dibuat belajar lagi olehnya. Rasanya lelah dan ngantuk tapi Bening tak kunjung tidur. Ia justru tak putus menyusu padahal saya merasa asi sudah kosong karena saya kelaparan, haus, dan pening. Namun saya sama sekali tak bisa beranjak kemanapun. Bahkan untuk buang air kecil saja tidaj bisa. Bening bahkan menangis entah apa maunya.  karena merasa sangat stress saya menangis lagi. Sendirian di rumah karena suami shift malam dan orang tua ada di rumah depan sudah larut begitu pastinya sudah beristirahat. Pikiran negatif bermunculan dan saya semakin tenggelam dalam isak tangis.

Lewat chat whatsapp saya mengadukan perasaan pada suami. Bahkan saya mengeluh ini dan itu. Namun ia hanya membalas dengan kalimat permohonan maaf. Sampai akhirnya ia tiba dirumah, saya masih terisak. Lega rasanya karena saat saya dalam keadaan menyebalkan seperti ini ia justru semakin mendekati saya. Ia menawarkan secangkir teh hangat tapi saya menolak. Saya hanya sedang lelah. Tapi selang beberapa saat akhirnya Bening tertidur juga. Kamipun bisa beristirahat. Saya hanya terjaga sesekali untuk mengganti popok atau menyusui Bening sebentar karena ia cepat sekali tidur kembali.

Suami hanya berkata pada saya, sesungguhnya Bening sedang ingin membuat saya supaya menjadi seorang ibu yang lebih sabar.

Kamipun berkilas balik, anak ini memang sedari awal kehadirannya di rahim hingga kelahirannya selalu membuat kami belajar banyak dan bikin kami wira wiri kemana mana. Hehe.

Bening, selamat satu bulan. Maaf jika ibu masih membanding bandingkan kamu dengan bayi lain. Ibu hanya ingin memastikan perkembangan dan pertumbuhanmu sama seperti anak lain. Lekas berisi dan sehat selalu ya nak. Semoga nutrisi yang kamu dapatkan cukup untuk tumbuh dan berkembang. Aamiin.

Tifanny Lituhayu