Dalam hidup bermasyarakat kita menemui banyak sekali sifat atau karakter orang. Dalam pertemanan terkadang ada perbedaan pendapat atau mungkin ada sikap sikap orang lain yang membuat kita terganggu. Sebetulnya apa sih yang membuat kita tersinggung dan kecewa terhadap seseorang? Masalah tersinggung, ada dua kemungkinan. Yang pertama, mungkin saja orang tersebut sikapnya memang kurang baik. Yang kedua, antara sikapnya dengan prinsip yang kita pegang berbeda. Sehingga kita punya kecenderungan untuk menolak. Masalah kecewa, jawabnya sederhana. Kita terlalu menaruh harap padanya.

Terkadang kita ingin sekali mengungkapkan suatu hal, mengkritik seseorang yang sangat menjengkelkan. Namun alangkah baiknya jika kita berfikir dahulu sebelum berkata kata. Apakah dengan kita berkata jujur menyampaikan sesuatu masalah akan selesai? Apakah dengan blak blakan semua konflik bisa terkendali dan menemui akhir? Atau justru kita akan menghadapi masalah baru? Terkadang, diam adalah solusi. Kita tak perlu menanggapi mereka dengan balik mengatakan sesuatu. Cukuplah kita sampaikan lewat doa. Sampaikan segalanya pada Alloh. Alloh yang Maha membolak balikan hati manusia. Jika kita tidak bisa membuka hati mereka dengan kata kata kita, cukuplah kita diam darinya dan berdoa pada Alloh. Berdoa mohonkan keselamatan bagi mereka. Terkadang kita mesti tahu kapan harus berhenti kemudian bertawakal.

Mengungkapkan sesuatu dengan jujur tentang orang lain mungkin baik. Namun kita juga mesti berfikir tentang orang lain. Apakah dengan kita mengutarakan hal itu dia mampu menerima? Terkadang kita mesti menahan diri demi menjaga persatuan dan harmonisnya hubungan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

Seseorang yang tidak suka dengan orang lain tapi bisa bersikap baik dihadapan orang yang tidak ia sukai bukan berarti ia bermuka dua. Bukan berarti ia munafik. Justru dia mampu menahan egonya. Justru ia mampu berdamai dengan perasaannya dan lebih mementingkan hubungan baik dengan orang tersebut. Dengan kata lain, orang itu sudah mencapai kedewasaannya. Dia mengerti bahwa ada yang harus diutamakan. Ia memilih memendam perasaannya dan berharap bisa melupakan rasa yang ada.

Wallahu a' lam bishawab.

Merasakan sesuatu itu adalah pilihan. Rasa itu kita sendiri yang tentukan. Kecewa tidak akan pernah ada jika kita mengenal apa itu rida dan ikhlas serta selalu melibatkan Alloh disetiap perkara.

Mari kita mohon ampunan pada Alloh atas semua perasaan yang keliru terhadap orang lain. Mudah mudahan kita selalu ada di jalan yang benar dan dijauhkan dari segala penyakit hati. Doa dan keselamatan bagi semua saudara sesama muslim.

Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Demikian penggalan ayat al quran diatas. Bahwa setiap orang yang mengaku beriman, akan datang ujian pada dirinya. Seperti seorang anak yang mengaku sudah paham dengan pelajaran, maka akan diuji dengan ulangan umum. Seberapa paham ia dalam memahami pelajaran tersebut. Sesungguhnya ujian itu sebagai ukuran, sejauh mana dan sekuat apa iman seseorang. Bila ujian itu datang padanya, apakah ia tak berpaling dan tetap bersabar?

Saya tidak bisa menilai sendiri bagaimana diri saya saat ini. Saya tidak lebih baik dari orang lain. Saya masihlah buruk dan penuh salah. Namun satu hal yang saya percayai, Allah memberikan kesempatan pada saya untuk menjadi lebih baik dari saya yang kemarin. Waktu dan kesempatan selalu Allah berikan. Banyak kenikmatan yang tak terkira banyaknya yang telah Dia berikan. Hingga saya merasa takut dan khawatir jika diri ini masih lalai dan tak pandai bersyukur. Sebab segala yang ada meski awalnya pahit tapi dibalik itu semua tersimpan manisnya kasih sayang Allah.

Saya tahu, dulu saya seperti apa dan bagaimana. Untuk itu saya menyesal. Kini semua itu telah saya tinggalkan sedikit demi sedikit dengan keteguhan hati dan selalu berharap agar istiqomah. Namun tanggapan orang lain bernada hinaan atau sindiran pasti akan ada dan ya...itu datang juga pada saya. Lalu saya kembali berfikir dan bertanya pada diri sendiri. Apakah niatan saya sudah lurus hanya mengharap ridaNya? Ataukah saya hanya ingin dilihat bahwa saya berubah? Atau mungkin hanya sebagai pelarian? Sungguh pikiran saya berkecamuk dan saya merasa takut. Apa mungkin yang mereka pikirkan benar?

Mereka bilang, kenapa tidak dari dulu?

Ya...kenapa tidak dari dulu? Sebab dulu saya belum memperoleh hidayah. Saya menyesal karena baru saat ini saya sadar. Saya menyesal mengapa harus membutuhkan waktu bertahun tahun untuk seperti ini?

Sekali lagi, saya tidak sok alim dan sok sok yang lainnya. Saya hanya ingin berbagi bahwa ada solusi yang Allah berikan melalui firmanNya untuk permasalahan yang dihadapi manusia. Itu alasan saya mengutip ayat Al Quran untuk saya bagikan di media sosial.

Apakah saya salah? Apakah saya tidak berhak berubah?

Astaghfirulloh...maafkan saya ya Rabb...kuatkan hati ini meski banyak yang terjadi. Engkau yang Maha Mengetahui apa yang ada di hati hamba. Bila benar niatan di hati ini belum lurus, selamatkan hamba dan bimbing hamba. Hamba ingin kembali ke jalan yang benar. Jika ini adalah ujian tuk menguji kekuatan hamba, kuatkanlah hati ini dalam menghadapinya. Semoga saudara saudaraku di luar sana yang tengah berjuang juga diberi kekuatan. Aamiin. Allahu Akbar!

Dua hari yang lalu saat bapak menjemur pasir pup si pus, bapak bertemu dengan kucing kecil sedang sendirian. Sepertinya kucing itu kehilangan induknya. Dia senasib dengan si pus dulu. Mengais sampah untuk mencari makan. Si kucing kecil itu ehh begini saja biar mudah. Kucing kecing pungut saya beri nama cipung lalu kucing peliharaan saya namanya sarimin. Jadi si cipung itu dibawa masuk ke rumah oleh bapak. Ternyata, sarimin tidak terima. Dia marah besar dan cemburu buta. Dia menggeram kearah cipung bahkan mbekes. Saat saya memberi minum cipung, sarimin tambah geram. Mungkin salah saya juga. Soalnya waktu saya mau kasih minum ke cipung, saya sempat nengok dulu ke sarimin dan cuma lewat di depannya. Akhirnya saya dicuekin, dibekesi, pokoknya dia menghindar terus dari saya :' beneran saya sedih dan galau. Sarimin kok tidak mau mengerti. Cipung masih kecil dan dia terlihat tidak sehat waktu itu.

Sore harinya bapak memutuskan untuk membawa keluar cipung karena sikap sarimin yang demikian. Sarimin bahkan seolah mencoba kabur dari rumah. Mungkin dia merasa sudah tidak dianggap. Padahal bukan seperti itu. Selang beberapa menit setelah cipung dibawa keluar, saya intip dari balik jendela ruang tamu. Ternyata cipung duduk di kursi yang ada di beranda. Dia lemas dan terlihat lunglai. Sebelumnya juga saya memergoki dia muntah berwarna kuning. Di lubang eeknya juga ada sisa pup yang agak encer. Kuat dugaan saya, cipung ini sakit. Cipung tidak mau makan apapun. Bahkan susu yang saya sodorkan hanya diendus. Lalu saya ingat dengan pesan teman saya yang juga memelihara kucing. Katanya jika kucing sakit, obatnya bisa sama kaya manusia. Kalau dia flu atau demam obatin pakai inzana digerus campur air. Kalau mencret pakai obat mencret entrostop dan seterusnya. Saya tengok di warung ada obat apa. Awalnya saya ingin beri cipung tolak angi anak eh ternyata stok inzana masih ada. Mungkin cipung masuk angin? Akhirnya saya gerus satu tablet inzana yang dicampur sedikit air. Lalu larutan inzana itu saya suap ke cipung dengan metode pemaksaan. Alhamdulillah obat itu tertelan. Setelah itu semalaman dia tidur.

Pagi harinya saat saya tengok ke luar, cipung sudah tidak ada di beranda. Saya pikir dia sudah membaik dan bisa pergi. Tapi ternyata, cipung masuk ke rumah saat ibuk membuang ampas teh untuk menyiram bunga. Lalu ibuk giring cipung ke luar, ke halaman belakang. Yap. Lagi lagi sarimin marah. Yah apa boleh buat. Kata bapak, cipung berhasil muntah. Di muntahan cipung ada cacing ukurannya lumayan panjang. Cacing itu keluar dari dalam perut cipung. Yes....! Alhamdulillah, pertolongan Alloh lewat perantara inzana membuahkan hasil. Cipung pun sudah lebih baik meskipun ia masih terlihat lemas. Dia itu klemar klemer dan suara ngeongnya sangat pelan. Seperti keluar dari nafas perut. Dalam sekali. Tapi dia sudah mulai makan walaupun sedikit.

Siang tadi saat bapak pulang bekerja dan memasukan mobil, cipung malah keluar dan pintu pun ditutup. Masih dengan pertimbangan yang sama. Cipung mungkin harus keluar karena sarimin selalu marah dan kesal terhadapnya. Saya khawatir. Sangat khawatir karena cipung terlalu kecil dan kurus. Bagaimana kalau nyawanya terancam? Siang tadi pas sekali dengan jam pulang anak SD sebelah. Saya lihat cipung mencari perhatian mereka. Cipung ini jablay sekali. Dia minta dielus dan berguling di depan anak anak. Tapi ukurannya yang kecil membuat saya kasihan terlebih saat ada anak kecil mempermainkan dia. Menendang dia! Syukurlah ada anak lain yang memperingatkan. Dari dalam warung saya lihat cipung berjalan ke arah warung. Alhamdulillah cipung datang lagi. Dengan sigap saya tangkap dan bawa dia ke belakang rumah. Saya tidak peduli lagi meskipun sarimin marah. Sarimin harus belajar berbagi. Sarimin tidak boleh egois. Padahal dulu nasib sarimin juga sama seperti cipung. Dia anak pungut, bahkan dia tidak tahu diri. Sudah dipungut eh mbekes juga. Dia galak. Dia bisa jinak seperti sekarang karena sudah dikarantina di kandang.

Saya coba beri makan cipung dengan pakan kering, syukur alhamdulillah dia mau memakannya. Akhirnya cipung bisa makan. Semoga saja dia lekas membaik dan aktif lagi. Kucing seumuran cipung harusnya ceria dan aktif. Tapi saat ini cipung tidak responsif bila diajak bermain. Dia masih ingin dibelai. Mungkin saya harus membersihkan badannya dulu. Dia beda dari sarimin. Meski sama sama belum dimandikan dengan air, sarimin terlihat bersih dan tanpa kutu. Karena itulah saya tidak keberatan untuk memangku dia atau memeluk. Sarimin rajin mandi sendiri ala kucing. Namun cipung harus dapat perawatan dulu. Lagi pula dia dari luar, pasti berkutu. Saya tidak mau sarimin tertular kutu gara gara cipung.

Cipung, cepat sembuh, cepat besar ya. Semoga sarimin lekas baik sama kamu dan bisa bermain bersama.

Dimana air mata itu

Aku rindu

Mungkinkah hatiku membeku

Ataukah hati ini terbelenggu

Oleh keangkuhan yang tanpa sadar telah menggerus

Perlahan sedikit demi sedikit

Hingga aku tak menyadari apa yang terjadi

Serupa tepian pantai yang ditingkahi air laut

Tanpa lindungan hijau bakau

Tanahnya abrasi, musnah

Mungkinkah hatiku kehilangan pelindungnya?

Aku takut, sungguh sangat takut

Apabila aku jauh dan jauh lagi

Lalu hatiku hitam dan mati

Aku takut, teramat takut

Jikalau diri ini tersesat dan jatuh dalam gelap

Tak bisa temukan lagi benderang

Aku tak ingin meraba dalam gelap yang tanpa ujung

Lebih baik aku berada dalam terang di jalanNya meski aku juga meraba dan merangkak

Dimana aku, dimana letak perasaan ini?

Sudahkah hati ini tunduk seutuhnya pada Sang Pencipta?

Sudahkah keseluruhan dari diriku ini berserah?

Ragaku, jiwaku, hatiku, pikiranku

Dimanakah semua itu?

Apakah mereka pada satu jalur yang sama?

Ataukah salah satunya masih bergeming?

Ya Alloh, selaraskan segala yang ada pada diri hamba ini

Maafkan kesalahan dan dosa hamba

Jangan biarkan hati ini beku dan diliputi keangkuhan.

Hanya padaMu hamba berserah 

Hanya padaMu hamba mohon perlindungan.

Aku berjalan menyusuri trotoar. Di bawah terik matahari aku berjalan tanpa henti. Hingga pada akhirnya aku merasa lelah. Bukan karena perjalanan ini, melainkan lelah karena hakku sebagai pejalan kaki telah di rampas oleh kendaraan bermotor yang terparkir menghalangi jalanku. Apakah hidup sekarang ini hanya soal mesin beroda itu? Yang dikendalikan dan bertenaga bahan bakar minyak. Yang sisa pembakarannya membuat sesak dan semakin panas saja udara ini. Mereka sudah merampas hak udara bersih dan sekarang, trotoar untuk pejalan kaki? Berapa banyak pelanggaran yang sudah terjadi? Bahkan beberapa diantaranya sudah merenggut nyawa para pejalan kaki.

Aku hanya bisa terdiam. Aku hanya bisa mengambil jalan lain saat trotoar itu terhalang motor. Terpaksa aku turun ke jalan raya. Aku harus cepat dan waspada akan kendaraan lain yang memang sudah jalurnya melintas disitu. Terkadang aku kesal. Tapi mengapa dua kaki ini harus kalah dengan dua roda yang bahkan tak punya saraf perasa. Miris.

Sulit untuk merubah tatanan yang ada bila tak ada kesadaran dari masing masing kepala. Sulit jika kesadaran hanya dimiliki segelintir kalangan. Entah kapan bangsa ini menjadi lebih baik. Andai saja mereka yang berpikiran kolot dan sempit serta sok berkuasa itu sadar. Dibukakan mata hatinya. Menyadari bahwa kita hidup berdampingan dan mesti memperhatikan hak orang lain.

Betul jika kita bisa memilih, pada perasaan apa yang ingin kita rasakan. Menanggapi sesuatu yang menyebalkan tak mesti selalu dengan amarah. Jika kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda, sekalipun hal itu terasa menyebalkan kita bisa memilih untuk tertawa. Menertawakan kemalangan atau...yah hal yang menyebalkan itu. Lalu beranjak untuk melupakannya agar hati tak semakin terluka dibuatnya. Namun saya hanya manusia yang lemah dan rapuh. Sekuat apapun saya mencoba untuk tegar dan berbagia, ada kalanya saya merasa sedih dan tertekan.

Kunci dari bahagia itu adalah, ingatlah Alloh sebanyak dan sesering mungkin. Kata Ustadz Hanan Attaki, jika kita ingin bahagia, dekatilah Alloh. Maka Alloh akan menggenggam hati kita dan menghembuskan perasaan bahagia ke dalamnya. Mungkinkah saya belum berusaha keras untuk menjadi lebih dekat dengan Alloh? Pasti saya masih lalai akan suatu hal. Pasti masih ada yang salah dalam diri saya. Sehingga hari ini saya merasa sedih.

Mungkin masalahnya sederhana dan boleh dibilang ini konyol. Dari dulu saya memang tidak suka dengan bebunyian yang aneh atau sesuatu yang terdengar terus menerus. Misalnya benda yang dipukul dan bergetar dengan frekuensi yang konstan. Atau mendengarkan lagu yang diputar berulang ulang sementara saya tidak menyukai lagu itu. Rasanya saya bisa gila. Dulu pernah saat saya sedang sakit, sehabis berobat ke dokter saya diajak ke rumah makan. Sebelum minum obat saya harus makan terlebih dahulu. Saya kesal sekali karena dirumah makan itu memutarkan lagu yang sama terus menerus tanpa henti. Kondisi saya yang sedang pusing dan lemas rasanya menjadi lebih buruk berkalo kali lipat. Serasa ingin muntah dan amarah benar benar sudah memuncak. Tidak hanya itu, saya sangat kesal jika ada orang mengunyah makanan dengan bersuara. Cap cap cap cap keras sekali. Saya benar benar merasa terganggu dan kesal. Saya juga kesal saat mendengar suara menguap dan sendawa yang berkali kali bahkan seolah disengajakan untuk terus terusan. Biasanya yang sering sendawa terus terusan itu, maaf maaf sekali sebelumnya, mbah mbah. Ketika dulu sholat tarawih di masjid saya kerap mendengar orang sendawa. Sudah begitu berkali kali. Eeeg...eeg... astaghfirulloh. Saya benar benar berdosa. Saya tidak khusyuk dan saya jadi kesal.

Akhirnya saya menyadari suatu hal. Rupanya apa yang saya alami ini merupakan sebuah kelainan atau gangguan kejiwaan. Yap. Dengan kata lain, jiwa saya agak terganggu. Gangguan kejiwaan yang saya alami ini dinamakan Misophonia. Dimana penderita misophonia ini akan merasa gelisah, kesal, marah, bahkan tertekan saat mendengar bunyi atau suara tertentu. Beberapa ahli kesehatan dari Belanda menggolongkan Misophonia sebagai gangguan kejiwaan. Namun dari sumber lain.yang saya dapatkan, ini merupakan gangguan neurologis dan emosi. Memang benar bagi pengidapnya akan sulit untuk mengontrol emosi apabila ia mendengar suara yang ia benci. Rasanya pingin marah atau menangis. Itu kalau saya. Dan ya...malam ini saya menangis karena merasa terganggu. Saya merasa bersalah sekali kenapa saya merasa marah terhadap mereka yang menguap atau sendawa.

Ampuni dosa dan kesalahan hamba ya Alloh. Sungguh ini sudah melampauin batas. Saya sudah berlebihan. Semoga saja saya bisa lebih mengendalikan emosi. Bisa menahan amarah. Sebab amarah itu datangnya dari setan. Tapi...ya...ya...menguap itu juga datangnya dari setan loh. Apalagi kalau menguap tidak ditutup dan bersuara. Bisa diketawain setan loh.

Selama seorang hamba berniat untuk melupakan dan tidak berusaha tinggal dalam masa lalu, Alloh akan memberikan jalan keluar. Dan Alloh akan menghapuskan rasa yang pernah ada di hati orang itu, andai kata ingatannya kembali berkelebat tanpa sadar. Pada akhirnya, seseorang itu kan melihat dan merasa dengan sudut yang telah jauh berbeda. Memahami arti yang tak ia ketahui saat ia masih berada dalam masa itu. Yakinlah demikian. Selama kau tak berusaha untuk tetap tinggal di masa lalu. Dan mohonlah ampun atas masa lalu yang kelam pada Alloh. Maafkan diri sendiri dan berjanji untuk tak terjatuh lagi. Semoga Alloh melindungiku dan kita semua.

Begitu ringkih dan rapuhnya hati ini. Bagaikan kaca yang mudah retak bahkan hancur berkeping keping. Alloh telah menganugerahkanku hati yang kuat. Jika rapuh, itu karena diriku yang tak menjaganya dengan baik.

Dosa dan kesalahan telah menjadi noda di hatiku. Begitu keruh bahkan hitam legam. Namun Alloh selalu memberikan kesempatan padaku. Memberikan keringanan pada lisan ini tuk senantiasa beristighfar. Memberikan kemudahan dan kesehatan jasmani agar senantiasa bersujud padaNya. Sungguh Alloh maha pemurah. Hanya dengan kuasaNya lah noda di hati ini kan memudar. Kerapuhan diganti dengan kuat. Dan ringkih diganti dengan lembut namun mampu bertahan.

Aku hanya seorang perempuan yang penuh noda dan dosa. Namun Alloh senantiasa melindungiku dan memberiku kesempatan untuk menjadi pribadi yang berbeda. Aku ingin meninggalkan masa lalu. Aku ingin melupakan. Aku ingin berhijrah. Sebab dan tujuanku hanya Alloh. Mengharap ridhoNya. Semoga niatku selalu lurus dan tak pernah goyah. Senantiasa istiqomah meski tekanan demi tekanan menghujam dari segala arah. Tak kubiarkan ada celah. Sebab aku yakin, Alloh yang akan melindungiku.

Ya Rabb. Terimakasih atas petunjuk dan hidayahmu. Semoga Engkau memberikan hidayah untuk saudara saudaraku di luar sana. Semoga kami senantiasa ada di jalanMu dan diberi kenikmatan iman Islam hingga akhir hayat. Aamiin.

Saat semuanya kian jauh meninggalkanku, aku semakin tersadar. Bahwa apa yang di dunia ini hanyalah sementara. Aku tak perlu menggenggamnya terlalu erat. Seerat apapun, Alloh akan tetap membuatku terlepas darinya jika Dia berkehendak.

Kerinduan tak ada yang seindah rindu padaNya. Mengharap, tak ada yang lebih layak selain padaNya. Mencinta, tak ada yang hakiki selain cinta padaNya. Hati, siapa yang tahu. Hanya Dialah yang tahu. Bahkan ketika diri sendiri tak tahu apa yang tengah dirasa, Alloh tahu apa yang ada. Yang sengaja di sembunyikan atau tersembunyi. Alloh Maha Tahu.

Aku bersama rintik hujan. Aku ditemani angin yang berhembus. Aku bersama alam yang telah Alloh ciptakan. Aku tak kan merasa sepi. Aku tak merasa kosong atau hampa. Hatiku kini terisi penuh. Setelah sekian lama terisi dengan sesuatu yang semu. Kini aku memahami hal hal yang teramat penting dalam kesendirianku. Ini adalah perjalanan yang bersifat personal. Melalui waktu, Alloh memulihkan keadaanku. Dalam waktu, aku ingin selalu ingat. Disetiap waktu, aku ingin melewatinya sebaik mungkin.

Kau tuangkan air panas ke dalam cangkir. Kau seduh minuman yang uapnya mengepul diatas cangkir itu. Menari manari dengan gemulai. Lantas kau hirup aromanya...kemudian kau letakkan lagi cangkirmu. Mengapa tak kau seruput? Ya...sebab kau tahu panasnya akan mengejutkan lidahmu. Kau memilih memutar mutarkan sendok ke dalam minumanmu. Mengaduk aduknya perlahan dan uap itu semakin gemulai menari diatasnya. Sesaat kemudian kau angkat sendok. Kau seruput airnya yang terbawa sang sendok keluar dari cangkir.

Kau tinggalkan cangkir panasmu. Hilir mudik melakukan aktivitas lain. Sampai kau lupa dan akhirnya air dalam cangkir itu telah kehilangan tarian gemulai uapnya. Apa yang kau inginkan? Mengapa kau seduh minuman panas jika kau hanya akan meminumnya ketika sudah dingin? Mengapa tidak kau ambil saja air yang sudah dingin agar kau bisa meminumnya seketika itu juga? Apa yang kau inginkan?

Ku kembalikan semua rasa yang pernah ada

Rasa yang mungkin aku salah mengartikannya

Ataukah mungkin aku tak pernah benar benar mengerti dan bisa mengartikannya

Ku kembalikan padaMu, yang Maha membolak balikan hati manusia

...

Aku berlindung padaMu dari segala rasa yang tak semestinya

Jika Engkau menitipkan rasa itu pada hati ini, beri aku kekuatan agar tak tersesat

Jika Engkau menghendaki dua hati tuk bertemu, jadikan pertemuan itu indah dan berkah

Jikalau memang tak ada lagi perjumpaan, mohon hilangkanlah rasa apapun di hati ini ya Rabb

Izinkan hati ini hanya terisi oleh cinta yang hakiki

Cinta seorang hamba pada yang Maha Kuasa, Alloh Subhanahu wa ta'ala

Terkadang saya merasa gelisah. Bahkan dulu rasanya hampir setiap saat saya merasa was was. Alhamdulillah Alloh telah memberi saya petunjuk dan solusi dari segala rasa tak nyaman di hati ini. Saya masih diberi waktu untuk memperbaiki keadaan dan pulih dari rasa sakit dan kecewa. Bahkan saya dihadiahi ketentraman hati.

Saya kini menyadari, bahwa sesuatu yang hilang atau terenggut dari kehidupan kita pastilah mempunyai hikmah dibaliknya. Kita mesti sadari mengapa Alloh menghendaki sesuatu hilang dari kehidupan kita. Mungkin kita terlalu berfokus pada hal tersebut hingga lupa dengan kewajiban bahkan melakukan kesalahan dan dosa. Sehingga Alloh menjauhkan kita dari hal tersebut agar kembali padaNya. Pasti berat saat menerima kenyataan. Namun saat kita benar benar menyadari kesalahan dan kembali pada Alloh, sungguh kita akan mudah melepaskannya. Kita akan dengan mudah mengikhlaskannya. Dan hati kita akan diisi rasa tentram oleh Alloh. Saat kita benar benar kembali dan berfokus mengharap ridhoNya, yakinlah bahwa kesedihan karena kehilangan itu akan sirna. Itu yang saya rasakan.

Begitu besarnya cinta Alloh. Meski hambanya terkadang lalai, tapi peringtan demi peringatan masih selalu Alloh berikan. Rindu Alloh masih selalu saja tercurah. Seandainya kita mau menghayati semua ini. Pastilah kita akan merasa malu. Ya, saya merasa malu karena saya bersalah pada Alloh. Untuk itu, saya ingin mencurahkan rasa cinta ini hanya padaNya. Kepada Alloh yang selalu memberikan kenikmatan yang tak terkira banyaknya. Yang selalu memberikan kesempatan untuk hambaNya.

Mari kawan, jika engkau dilanda susah dan sulit melupakan sesuatu, ingatlah Alloh sebanyak mungkin. Seperti firman Alloh dalam surah Ar Ra'd ayat 28, yang artinya:

Maha benar Alloh dengan segala firmanNya

Semoga kita semua senantiasa diberi kentraman hati dan dimudahkan dalam segala urusan. Aamiin.