Tak dapat dimungkiri jika saya turut khawatir dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Sebetulnya paparan informasi yang secara terus menerus saya lihat di media sosial jadi pemicu utama kekhawatiran yang saya alami. Ketika saya mencuci piring, buang air kecil, melipat baju, pikiran saya selalu berputar ke topik itu saja. Saya benar benar lelah dengan rasa khawatir ini.
Disaat seperti ini memang sebaiknya tetap menjaga pikiran tetap tenang. Selain menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan tentu saja. Untuk itu pekan kemarin saya benar benar cerewet soal beberapa barang kebersihan yang belum kami punya. Akhirnya saya bisa membereskan teras yang dari awal saya pindah kesini belum terjamah pel. Malahan kemarin sempat sangat kotor terlebih tetangga sangat abai dengan tempat sampahnya sendiri yang terguling dan menguarkan aroma tak sedap. Belum lagi tetangga pojok yang memelihara beberapa reptil tapi jarang sekali saya, melihat si pemilik membersihkan kandang. Sampai suami saya di suatu petang berkata bau disekitar sini mirip kandang bebek.
Minggu pagi ini dengan tubuh yang sudah berpeluh saya memutuskan untuk mandi setelah sore kemarin saya melewatkan mandi karena sedikit demam. Ah ya benar. Di tengah keadaan seperti ini kondisi tubuh saya malah kurang fit dan saya terserang radang tenggorokan disertai badan nyeri. Cukup khawatir tapi suami saya selalu berdiri disisi yang tenang dan selalu mengingatkan untuk tidak terlampau khawatir. Senada dengan ibu saya yang juga tetap tenang dan bijak,
"Iya kwatir boleh tp jgn berlebihan ada Alloh ....yg mengatur segalanya .."
Begitu kata ibu di grup keluarga.
Ya memangnya mau bagaimana lagi? Kita tetap ikhtiar sebaik mungkin tapi segalanya tetap pada Allah kan?
***
Usai mandi, saya membereskan peralatan makan dan mengambil cucian yang sudah kering di jemuran dan melanjutkan mencuci baju yang sudah saya rendam sebelumnya. Setelah semuanya beres, satu kegiatan yang sudah saya perhitungkan dan saya tunggu tunggu: mengepel teras yang keadaannya sudah menjijikkan. Saya sangat puas setelah semua selesai. Cucian sudah dijemur, teras sudah bersih, lantai di ruang bagian dalam pun demikian.
Tiba saatnya untuk mempersiapkan makan pagi tapi karena setelah aktivitas beberes saya merasa letih lagi dan tenggorokan masih sakit, saya ingin membeli lauk saja dan minum obat pereda sakit tenggorokan.
Pagi ini langit Gresik terlihat muram. Mendung kelabu sementara udara terasa kering. Namun saya melihat sepertinya orang orang masih terlihat biasa saja. Sebagian besar diantara mereka tak mengenakan masker. Orang tua, remaja, anak anak. Entahlah...saya merasa bingung. Bimbang. Meski saya tahu jawabannya. Namun saya tetap merasa bagai berpijak di suatu bidang yang tak stabil.
Siapa yang harus saya ikuti, siapa yang haru saya percayai. Itu yang membuat saya galau. Kakak saya berpesan ini dan itu, sementara suami saya tidak ingin terlalu berlebihan. Saat saya memberi tahunya untuk mengenakan masker saat hendak berangkat kerja ia hanya berkata iya siap bla bla bla tanpa tindakan. Namun saya kembali berpikir apakah saya sudah terbawa arus kekhawatiran yang berlebih seperti yang terjadi di sosial media?
Saya merasa justru sosial media kini terasa jauh lebih berpenyakit dan mengandung risiko tinggi terhadap kedamaian hati dan pikiran sayadan. Ya Rabb, lindungi saya, dan semua keluarga saya. Aamiin.
Tifanny Lituhayu
Minggu yang muram, 16 Maret 2020