@bandaneira_official |
Saya adalah orang yang sangat melankolis dan sentimental. Yang bisa menangis karena adegan sedih dalam sebuah film meskipun itu hanya sebuah film animasi. Atau teringat akan suatu hal yang menyedihkan. Ketika pikian saya menyentuh memori masa silam, perasaan saya kembali bergejolak.
Pagi tadi disela sela waktu bekerja, pandangan mata saya jatuh pada buku Arah Langkah milik Bung. Saya raih buku itu dan saya buka buka lagi. Sengaja saya telah menandai beberapa halaman jika saya menemukan kalimat kalimat yang membuat saya terkesan atau hal hal yang cukup menarik perhatian. Salah satunya adalah saat dimana Bung mendengar lagu Banda Neira untuk pertama kalinya. Dalam paragraph itu bung mengutip lirik lagu Di Atas Kapal Kertas. Membacanya saja saya terharu.
Seperti ada sentuhan magis disetiap lagunya. Entah bagaimana proses kreatif yang dijalani oleh mba Rara Sekar dan bang Ananda Badudu ketika menciptakan sebuah lagu. Saya yakin meskipun mereka mengklaim Banda Neira hanyalah proyek iseng yang menjunjung amateuritas, tapi karya mereka tidak bisa dipandang sebagai proyek iseng atau dinilai amatir. Saya bicara tentang lirik dan kedalaman makna lagu yang mereka ciptakan. Jujur saja sampai saat ini saya masih sulit untuk sekedar bernyanyi kecil, menyanyikan lagu mereka. Apapun itu, entah itu dari EP mereka atau album penuh mereka sebelum mereka akhirnya berpamitan. Suara saya selalu bergetar menahan tangis saat menyanyikan Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti. Jangankan lagu itu, lagu Di Atas Kapal Kertas saja membuat saya terharu.
Apa yang membuat saya terharu? Perasaan saya bercampur baur pun dengan pikiran saya. Saya teringat banyak hal akan Banda Neira. Sudah tentu saya teringat akan kenyataan Banda Neira sudah usai. Saya teringat hal hal sedih di balik album Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti, dialami oleh bang Ananda Badudu.
Kendati mba Rara Sekar telah menjalani proyek musik lain seperti Dara Muda Project bersama Danilla dan Sandrayti Fay rasanya tentu masih kurang. Memang rasa rindu saya pada suara mba Rara Sekar bisa terobati. Tapi tetap saja kerinduan saya pada Banda Neira belum menemui penawarnya. Mba Rara Sekar sempat kembali ke panggung dan melakukan tur tapi menjadi bagain dari Dara Muda. Bahkan ia bersenandung bersama Polka Wars band favorit saya. Sebuah proyek yang menurut saya gila. Luar biasa gila dan mengejutkan. Lalu baru baru ini mba Rara berkolaborasi secara serius bersama sang adik, Isyana Saravati dalam sebuah lagu berjudul Luruh. Yang mana lagu itu menjadi bagian dari OST film drama komedi Mamet & Milly. Sungguh luar biasa. Lantas bagaimanakah dengan bang Ananda Badudu?
Setahu saya bang Nanda adalah kontributor hairan Tempo. Namun sepertinya dia sudah pindah. Kini dia bergabung dengan VICE.id. Kemampuan menulis bang Nanda sangatlah bagus. Mungkin hal itu ia warisi dari almarhum kakek, J.S. Badudu. Seorang guru besar dan Pakar Bahasa Indonesia. Bagi saya bang Nanda adalah salah satu penulis panutan saya. Lalu bagaimana dengan kehidupan bermusiknya? Pernah suatu ketika, bang Nanda kembali ke panggung. Kalau tidak salah itu adalah sebuah konser solo mas Gardika Gigih. Disana mas Gardika juga turut mengundang bang Nanda dan Monita Tahalea. Mereka membawakan lagu Sampai Jadi Debu. Dalam penampilan itu, bang Nanda berusaha keras untuk menahan tangisnya. Tapi pecah juga. Ia teringat pada mendiang Oma dan Opanya. Sebab lagu tersebut ia ciptakan berkat terisnpirasi dari kisah cinta Oma dan Opanya. Bang Nanda juga sempat bercerita sedikit tentang hal itu di hadapan penonton. Suaranya bergetar. Tapi ia terus mencoba tuk tabah. Di beberapa kesempatan pada gigs gigs kecil, bang Ananda Badudu juga turut hadir sebagai bintang tamu. Bersama Senar Senja dan yang lainnya.
Kini bang Nanda dan mba Rara sekar berjalan sendiri sendiri. saya tidak akan memaksakan mereka untuk reuni lagi atau membangkitkan Banda Neira lagi. Tidak. Meski mba Rara sekar telah menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia dan kiranya banyak kesempatan bila Banda Neira kembali. Ah…Mungkin telah jalannya jika Banda Neira hanya akan menjadi kenangan. Mereka akan selalu dikenang sebagai duo akustik yang luar biasa. Bila kita ketik Banda Neira di mesin pencari, tidak hanya tentang sebuah pulau yang muncul pada hasil pencarian. Tapi juga secuplik kisah tentang duo musik yang luar biasa serta beberapa lagu yang sungguh membekas di hati.
-Mengenang dua tahun Banda Neira yang menutup perjalanan pada 23 Desember 2016