Kita terbiasa menyimpan rahasia. Saling memaklumi dan sepakat begitu saja tanpa mengikrarkannya. Semua tersimpan dalam dalam, menjadi hal yang lumrah sebab semua punya rahasia. Kendati dilingkup ini tak seharusnya ada rahasia. Semuanya harus jujur terbuka. Namun terkadang hati dan sisi diri yang lain punya kecenderungan yang berbeda dari apa yang ditampakkan. Lalu, faktor lain dari luar mungkin terasa melenakan. Lupa… hanya untuk sesuatu yang bahkan tak tahu arahnya akan kemana. Bahagia? Sungguh maknaya telah kabur jika hanya mencari Kebahagiaan. Apa artinya semua yang telah terbangun disini selama puluhan tahun jika salah satu tujuannya bukan untuk mencari bahagia? Apakah ini palsu? Ataukah yang terbungkus bisu itu yang palsu? Kita tak pernah benar benar menyadari. Sampai kita mencari sendiri apa hakikat bahagia itu. Bagaimana bahagia yang sesungguhnya. Bagaimanakah kebahagiaan yang hakiki itu? kita tak kan pernah tahu jika pandangan terus lurus seputar dunia, tanpa sedikit pun memiringkan kepala dan melirik ke atas. Mengingat kembali siapa yang telah memberi kehidupan.
Rahasia, dan ada banyak hal hal lain yang selalu tenggelam dalam kebisuan. Disini, di bawah atap ini, banyak hal yang tak terkatakan. Sempat mencuat bergejolak dalam batin. Menggores hati, meninggalkan luka. Sedang kita selalu memilih jalan keluar ini: diam dan berusaha mengabaikannya. Lalu waktu berlalu membawa semua perkara itu. Namun rasa di hati terlanjur menjadi kerak yang sulit sekali dihalau. Menempel kuat sampai kapanpun.
Sampai kapan? Sampai kapan, tak terkatakan. Sampai kapan akan begini? Apakah ini memang sudah menjadi cerita kehidupan kita? Terkadang aku merasa lelah dengan kepura puraan ini. namun ku sadari bahwa aku pun ambil peran di dalamnya. Aku pun begitu. Rahasia melingkupiku. Kebisuan membungkusku. Untuk beberapa perkara, aku memilih diam dan pura pura semuanya baik dan tak harus dipermasalahkan. Aku menuntut dalam diamku, agar mereka pun tak mengejarku lagi dengan pertanyaan pertanyaan itu.
Kita semua punya rahasia. Kita kan menyimpannya dalam diam. Kendati kita bisa saling menerka, apa yang tengah disembunyikan diantara kita, selalu lah kita berpura pura tak tahu menahu. Lalu kita menjadi kita, di balik topeng yang tak kasatmata.