unsplash.com : dapur impian |
Merapikan tempat tinggal bagi saya merupakan suatu kegiatan yang tak pernah mengenal kata akhir. Pada hari biasa saya bisa melakukannya di akhir pekan saja. Maka hari hari terakhir liburan ini saya mulai memanfaatkan waktu dengan membenahi dapur secara keselurahan dan menata ulang pakaian kami. Karena kebetulan sekali suami sedang bekerja, saya menjadi leluasa melakukan banyak hal. Haha. Yah beginilah, ketika saya sendirian rasanya jauh lebih produktif.
Sebetulnya semua terjadi tanpa rencana. Hari Kamis kemarin saya membongkar barang barang (yang tak seberapa banyak) di dapur dan memilahnya. Rak, meja dapur, botol botol bumbu hingga kolong saya bersihkan. Kemudian semuanya saya tata ulang. Mengingat sebuah tayangan* di Youtube yang sedikit memperlihatkan bagian dapur beserta perabotannya membuat saya agak iri. Namun seperti yang sudah saya tuliskan di tulisan sebelumnya, saya tidak ingin menambah pengeluaran dan memilih bertahan dengan apa yang sudah saya miliki. Memang jika dilihat tidak cukup estetis. Tapi saya mencoba melihat dan merasakan dari sudut pandang lain. Dapur yang bersih dengan perabotan tertata rapi meski tidak memiliki warna natural yang senada sudah cukup menyenangkan bagi saya.
Pagi ini ketika bersantai usai menjemur pakaian, saya menikmati deretan lagu baru yang rilis di hari Jumat sembari minum kopi. Tiba tiba terlintas dalam benak untuk membeli rak gantung tempat menyimpan charger, handsfree, aksesoris, dan tasbih yang selama ini hanya tergantung bertumpuk berantakan. Disisi lain saya juga memikirkan apa sebaiknya saya membuat sendiri dengan menjahitnya? Sekalian saja mengasah kemampuan menjahit. Namun sampai tiba pukul sembilan keputusan belum diambil dan saya mengalihkan pikiran ke hal lain. Saya menonton tayangan di kanal Youtube Marie Kondo. Saya mencoba cari tahu bagaimana cara melipat baju agar lebih rapi saat disimpan. Kebetulan cucian kemarin sudah kering dan hendak saya lipat. Akhirnya tanpa diduga karena keasyikan melipat pakaian, semua yang ada di rak pakaian saya keluarkan dan tata kembali.
Ngopi dulu |
Sampai tiba waktu dhuhur belum sepenuhnya selesai. Pukul satu siang setelah terjeda ishoma, semuanya berhasil tertata cukup rapi dan membuat saya sedikit keheranan. Sebab, sebelum saya lipat dengan metode Konmari, pakaian yang sudah saya lipat atau saya gulung selalu saja tak muat ketika disimpan. Sehingga susunannya menjadi berantakan. Terkadang agak susah mencari dan mengambil suatu barang yang saya inginkan. Ternyata saat saya melipatnya dengan cara yang sama dan semuanya bisa tersusun menempati luas kotak tanpa harus menumpuknya.
1. kotak paling bawah: pakaian dalam dan baju rumah |
2. Celana panjang, rok, gamis, cardigan sweater, kaos panjang, dan blouse |
3. serba serbi: Seprei, apron, sarung bantal, scarf, ciput, kaos tangan, kaos kaki, mukena |
4. Kepunyaan Suami: celana, seragam kerja, sarung |
5. Kepunyaan Suami: kemeja, kaos, celana pendek, celana dalam |
Setelah selesai dengan pakaian saya kembali merapikan kotak obat, perawatan kulit, alat rias, dan barang lain yang kami miliki. Saya dan suami memanfaatkan kardus pembungkus kaca dan barang barang yang sempat kami beli sebagai kotak menyimpanan. sekali lagi, kendati bentuknya tidak estetis dari segi fungsi cukup bermanfaat.
Nah itu tadi sedikit cerita saya tentang merapikan dapur dan rak pakaian untuk mengisi liburan di tengah pandemi ini. Kalau kamu, aktivitas seperti apa yang dilakukan di rumah saja?
Mari kembali bebenah agar suasana tempat tinggal terasa lebih nyaman dan siapa tahu saat membersihkan rumah, kamu kembali menemukan barang yang sudah lama hilang (ngomong ngomong tadi saya menemukan lip cream kesayangan yang hilang dan saya pikir ia tak sengaja masuk ke tempat sampah dan terbuang. Ternyata ia ada di kolong lemari pakaian saya haha).
- Tifanny Lituhayu
Gresik, 29 Mei 2020
Catatan:
*) meaningful minimal: day in the life of a minimalist #1, chill out at home
Catatan:
*) meaningful minimal: day in the life of a minimalist #1, chill out at home