Perempuan itu rumit dan sebagian dari mereka selalu punya waktu untuk berfikir yang tidak tidak meski dalam 24 jam yang harus ia lakukan banyak sekali. Termasuk tidur cukup. Disitu kadang, waktu tidur yang harusnya dimanfaatkan dengan baik, justru dihamburkan untuk kegiatan yang unfaedah. Misalnya overthinking.
Kontak Whatsapp saya terbatas. Hanya diketahui orang terdekat seperti keluarga. Yang terlintas di story pun hanya kakak saya, ibu, dan beberapa teman. Hanya beberapa. Yang paling sering muncul, embak. Dua hari terakhir ia seperti nyindir saya lewat status. Setelah kami berkirim chat membahas hidangan idul adha dan adik laki laki kami yang baru saja ditunjuk sebagai pembina Mts di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta.
Palingan dia khawatir ga punya waktu buat ngegame. Aku paling ga suka liat orang ngegame
Sama. Males banget. Ayah Bening juga suka banget ngegame. Tapi ya wes tak maklumi. Soalnya kerjaan rumah juga beres wkwkwk..
Ah adek.
Embak sedikit tahu sepenggal cerita tentang kehidupan rumah tangga saya. Perihal suami saya yang sering ambil peran dalam hal masak memasak dan beberes rumah. Itu yang terlihat. Namun di dalam bukan berarti saya lepas tangan untuk pekerjaan rumah. Kami saling bantu. Tak ada paksaan pula pada suami untuk menangani pekerjaan rumah. Semua dikerjakan suka rela dan jika masing masing dari kami tidak bisa melakukan akan saling backup. Namun sepertinya embak mengira saya "seratu" itu. Segalanya dilayani.
Sampai suatu pagi ia buat status: pengen bikin sinetron judulnya Jobdesc yang Tertukar.
Suatu malam: mengirim tangkapan layar dengan tulisan: aku yo masak, yo umbah umbah, yo resik resik, yo mencintaimu. Sibuk yo aku.
Siang ini, meski statusnya bernada positif masih ada keluhan yang dibalut sukacita. Hmm saya jadi sinis begini ya? Ia bersyukur meski terjebak dalam rumah yang tak begitu luas.
Saya saat ini tinggal di rumah milik orang tua. Menurut saya rumah ini luas dan semakin terasa lega karena saya dan suami memutuskan untuk tidak memiliki terlalu banyak barang (selain karena tak mampu beli ini itu. haha).
Harus saya akui bahwa saya adalah perempuan beruntung. Puji syukur sebab Allah memberikan kenikmatan ini pada saya. Namun satu hal yang perlu diketahui dan ini kunci untuk hidup tenang, tidak membandingkan diri dengan orang lain. Filosofi Hidup dari Jawa yang bijak: urip iku sawang sinawang.
Uraian dari falsafah hidup ini adalah,
jangan memandang apa yang terlihat saja. Kita tak tahu apa yang ada di dalamnya.
Tambahan dari saya pribadi,
maka kita tak layak untuk mengambil kesimpulan atau menghakimi berdasarkan standar yang kita punya atas hidup orang lain.
Kakak saya bersuamikan seorang genius programer yang pekerja di perusahaan IT swasta di Jakarta. Ia menjabat sebagai senior Programer. Pernah dikeluarkan dari perusahaan karena masalah kedisiplinan (harus ngantor tepat waktu tapi beliau lebih suka WFH sebelum jadi lumrah sekarang ini) lalu dipanggil kembali untuk bergabung. Nyatanya perusaahn itu menyesal dan tak ingin kehilangan beliau. Gaji? Jangan tanya gaji. Namun kakak saya mampu membeli mobil dan KPR di Kota Depok. Uang belanja, kakak saya yang pegang. Meski memang segala sesuatu urusan domestik rumah tangga hampir seluruhnya ditanganinya sendiri. Bahkan ia juga memiliki usaha frozen food yang sudah berjalan setidaknya 5 tahun. Tentu secara ekonomi kami berbeda. Namun segalanya itu ditutup oleh hal hal yang tak kalah istimewa untuk saya Seperti yang sudah saya ceritakan diatas. Suami saya sangat baik hati, tak pernah membiarkan saya kelelahan. Namun ia merasa tak masalah meninggalkan saya di rumah setiap harinya tanpa sepeser uang. Asalkan di rumah beras masih ada.
Jikaa benar itu sindiran untuk saya, tak apa. I know I'm a Lucky Girl, dan saya sangat bersyukur.
Now Playing: Fazerdaze - Lucky Girl