Bu, saya tak bisa membaca garis wajah dan tatapan mata. Tapi saya mampu merasakan apa yang engkau rasakan. Saya tahu bu, bukan sekedar mengira. Namun kiranya ibu begitu cakap menyembunyikan semuanya. Perasaan perasaan itu, bu. Apa yang terjadi di kehidupan ini begitu keras. Kini saya memahaminya. Hantaman hantaman keras itu yang harus kita hadapi. Menjadikan kita lebih kuat dari hari ke hari.
Saya tahu, ibu berusaha tak terlalu meresapinya sampai ke hati. Kesedihan, bu...tak terhitung banyaknya. Jika kita menampung itu semua dan meresapinya, mungkin kita hanya akan terhenti di satu titik. Kita kan hancur, benarkan?
Saya tak ingin menunggu detik detik kehancuran atas diri saya. Saya ingin belajar dan menjadi setangguh ibu. Saya ingin tangkis semua kepedihan ini, bu. Mohon bimbing saya. Teruslah ada disisi saya. Hingga kelak nanti ketika saya telah benar benar kuat, saya akan mampu menerima kenyataan bahwa hidup ini adalah sebuah siklus. Saya akan mengantar ibu dengan keteguhan hati.
Saya akan mohonkan kepada para malaikat untuk menjaga ibu. Ikut mendoakan ibu. Sebab saya tahu, tak kan cukup doa saya untuk ibu. Tak pernah sebanding dengan doa doa ibu yang begitu mustajabnya. Tapi saya juga tahu bu...Alloh Maha Baik dan Maha mendengar. Selirih apapun doa ini saya yakin kan terijabah. Untukmu ibu, saya mengharap keselamatan dunia dan akhirat. Untukmu ibu, saya meminta agar engkau senantiasa bahagia di dunia dan akhirat.