Belakangan ini banyak sekali berseliweran kabar mengenai menyerahnya Marie Kondo pada berbenah. Bu Kondo yang dikenal sebagai seorang ahli berbenah yang profesional tiba tiba menyatakan bahwa ia sudah tak punya energi lagi untuk merapikan rumahnya semenjak dikaruniai anak ketiga. Yap beliau baru memiliki bayi. Kabar ini lantas semacam dijadikan tameng atau pembelaan bagi mereka yang mungkin kurang berminat merapikan tempatnya. Semacam menjadi pembelaan, "nih Marie Kondo aja nyerah loh". Hmmm.
Saya merasa wajar jika Marie Kondo mengeluarkan pernyataan demikian. Beliau tengah sibuk mengasuh bayi. Kesibukan menjadi Ibu bagi tiga orang anak memang cukup melelahkan. Beliau bilang ingin mendedikasikan seluruh waktunya untuk anak anak. Saya kira itu hal terbaik yang harus dilakukan Bu Kondo. Sebab waktu kebersamaannya dengan anak (bahkan harus bisa sefokus itu) tidak akan terulang kembali. Waktu saat mereka benar benar tak bisa lepas dari Ibu memang sementara. Sedangkan untuk berbenah dapat dilakukan kapan saja bahkan menanti waktu yang tepat. Saya pun pernah berada di fase itu. Apa yang sudah saya benahi dan tata sedemikian rupa akhirnya menjadi berantakan saat Bening mulai belajar berdiri dan meraih benda benda di sekitarnya. Baginya sesuatu yang tertata rapi sangat menarik perhatian dan membuatnya penasaran. Saya sempat stress karenanya dan merasa lelah. Namun kemudian saya sadar bahwa tak ada gunanya saya marah atau merasa tertekan karena harus merapikannya berulang kali. Untuk beberapa waktu saya membiarkan semuanya berantakan, tapi saat Bening tidur saya rapikan kembali. Saat ini Bening sudah mulai mengalihkan perhatiannya pada hal hal lain. Ia juga mulai senang bermain dengan mainan yang sudah disediakan untuknya. Seiring bertambahnya usia ia juga sudah mulai mengerti bahwa pakaian yang sudah dilipat harus di letakkan di rak maupun lemari dengan rapi. Jadi bagi saya tidaklah sulit untuk berbenah lagi. Saya rasa begitu pula dengan Bu Kondo. Mungkin saat ini memang menyerah tapi setelah anak anaknya tumbuh besar beliau akan kembali berbenah lagi? Mungkin saja.
Saya tahu bahwa mantra Sparks Joy adalah yang paling terkenal dari metode Konmari. Jadi buat Bu Marie yang sekarang ini menimbulkan bahagia adalah hal hal yang terjadi di sekitarnya termasuk rumahnya yang berantakan. Saya juga percaya bahwa berantakan yang di maksud bu Kondo tidak seperti yang orang lain bayangkan. Pasti masih tergolong cukup rapi, kan? Hihi. Lagi pula masih banyak kiat lain yang cukup relevan untuk selalu diterapkan, misalnya saja merapikan barang berdasarkan kategori, bukan lokasi. Ini adalah salah satu kiat yang selalu saya ingat dan menjadi fondasi dalam berbenah. Cara ini sangat efektif untuk membuat rumah tetap rapi dan mengingatkan saya untuk selalu mengembalikan barang yang sehabis dipakai ke tempatnya. Setidaknya jika kita sudah memiliki cara berbenah yang tepat, merapikan tempat yang berantakan tidaklah sulit. Selain itu hanya memiliki barang yang benar benar dibutuhkan atau esensial juga membuat kita lebih mudah untuk merapikan rumah. Mana yang lebih baik? Rumah berantakan dengan barang barang esensial atau rumah berantakan oleh barang barang yang bahkan kita saja malas untuk mengurusnya?
Mungkin benar jika metode Konmari tidaklah relevan bagi ibu ibu yang memiliki banyak anak kecil di rumah. Namun tak sedikit juga ibu ibu yang masih berusaha untuk beres beres dan menata barang barang dengan metode Konmari. Tak sedikit pula yang pada akhirnya menyerah seperti bu Kondo karena yang menjadi prioritas mereka adalah anak. Semuanya tak ada yang keliru atau dapat disalahkan. Hanya saja kita tidak bisa menjadikan pernyataan Bu Marie Kondo saat ini menjadi alasan untuk tidak mulai berbenah, memilah barang, dan menatanya dengan baik.