Seperti apa warna pagi yang tertangkap oleh pandangan matamu hari ini? Apakah pagi yang teramat belia yang bahkan kau masih bisa melihat sisa kerlip cahaya bintang di langit? Ataukah pagi yang sudah membentangkan selendang jingga dengan gradasi warna yang membuatmu terpana? Atau mungkin pagimu yang lagi lagi terlewat dan kau merasa diburu waktu. Waktu seakan tak pernah memihakmu. Hanya seperti pemburu yang menodongkan senapan yang sudah siap untuk memuntahkan pelurunya.
Aku ingin tahu. Apakah ketika engkau terjaga dari lelapmu semalam yang lagi lagi terlalu larut, ada sebersit ingatan tentangku? Entah itu hanya nama, untaian percakapan kita, atau sepotong potret diriku yang pernah melintas di layar yang kau genggam?
Adakah aku yang terlalu berharap agar aku ada disela sela pagimu? Adakah aku yang terlalu ingin berada diantara harapanmu yang kau gantung tepat diatas kepalamu? Adakah aku yang terlalu berharap ada di benakmu sebelum kau jatuh dalam lelap?
Aku selalu menyelipkan engkau diantara waktu. Diantara gelap dan terang. Diantara bayang bayang yang rendah, menghilang lalu meninggi dan hilang lagi. Diantara hiruk pikuk dan kesenyapan. Kau hidup diruang antara. Sehingga aku tak bisa tinggal disana. Kita tak bisa tinggal disana.
Aku memanggilmu... tapi kau tak menjawab meski melihat dan katakanlah kau mendengar. Kau tak lagi mencariku meski aku mengikutimu dibelakangmu meniti jejak dan bayanganmu. Aku terseok. Adakah cara untuk aku melompat kesana. Jika tidak, aku mengutuk semua hal yang mampu melintaskan engkau di kepalaku.