Dimanapun, kapanpun, saat ini pasti sering sekali mendengar lagu yang berjudul Akad. Minimal tahu judulnya. Perihal tahu tentang apa nama grup musik yang membawakan lagu itu, mungkin baru sedikit yang tahu. Bahkan saya berani taruhan, orang orang yang mengaku suka sekali dengan lagu Akad, beberapa diataranya baru tahu jika ada grup musik namanya Payung Teduh. Pasti dia tidak menyangka jika grup musik ini punya beberapa judul lagu lain yang tak kalah romantis dan bikin baper dari lagu Akad.
Saya tak lagi heran jika kini lagu Payung Teduh diputar maupun diperdengarkan dimanapun. Bahkan kini banyak sekali orang orang menggarap ulang lagu Payung Teduh (khususnya Akad) dengan aransemen yang berbeda. Ada yang versi perempuan, versi akustik, versi piano saja, bahkan juga ada yang membawakan lagu Akad dengan lirik bahasa jawa. Tahun ini, menjadi tahunnya mas Is dan kawan kawan. Lagu Akad benar benar membuat khalayak ramai dibuat baper. Menariknya lagi, lagu Akad sudah bisa dipakai sebagai ring back tone. Ah ya…kenapa saya tidak lagi heran mengapa Payung Teduh bisa sebegini hits? Sebab sejak pertama kali saya dengar dan menyukai lagu mereka, saya punya firasat band ini akan menjadi besar dan dikenal banyak orang meski mereka adalah sebuah band indie.
Masyarakat Indonesia benar benar antusias menyambut lagu Akad. Seperti yang sudah saya bilang tadi bahwa banyak sekali yang menggearap ulang lagu tersebut. Sampai saya merasa begitu banyak versi yang berbeda dari yang asli. Pagi ini saya melihat sebuah video unggahan mas Is tentang masalah ini. Kenapa jadi dibilang masalah? Dalam video tersebut mas Is menyebutkan bahwa banyak aktivitas digital yang brutal. Seperti misalnya memproduksi lagu tersebut dan mengunggahnya di itunes, spotify, hingga tampil di tv serta meraup keuntungan tanpa seizin management Payung Teduh. Saya benar benar prihatin. Memang dari pengamatan saya banyak sekali orang orang yang secara niat upload upload garapan mereka di Youtube dan akhirnya meraih banyak viewer. Saya tidak mencela atau menyalahkan mereka yang berkarya. Tapi setidaknya mereka izin, okelah sekadar mencantumkan siapa pemilik asli lagunya tapi tolong hargai yang punya lagu. Kan miris jika ada yang tahu lagu Akad tapi tidak tahu siapa pemilik asli lagu itu. Duh jangan sampai seperti itu.
Ada satu hal lagi yang membuat saya agak kesal. Yakni tentang logo. Saat saya memasukkan kata kunci Payung Teduh ke mesin pencari google, ada beberapa logo yang seharusnya itu milik Bring Me The Horizon. Sebuah logo bergambar payung yang digunakan pada album That’s The Spirit. Saya yakin, seyakin yakinnya bahwa itu bukan tindakan Payung Teduh sendiri. Melainkan warga net yang seenaknya comot gambar. Disematkan nama Payung Teduh, kemudian diunggah dan dipakai terus menerus sampai akhirnya sering muncul. Seolah oleh itu memang benar benar logo Payung Teduh. Ada juga yang memiliki lagu Akad tapi art covernya logo itu. hey… saya kasih tahu ya, lagu Akad sudah ada art covernya sendiri. coba lihat di Spotify! Tolong jangan main main soal ini. Sebab kalau sampai pihak BMTH tahu mungkin ini akan jadi masalah. Bisa jadi runyam.
Ada satu hal lagi yang membuat saya agak kesal. Yakni tentang logo. Saat saya memasukkan kata kunci Payung Teduh ke mesin pencari google, ada beberapa logo yang seharusnya itu milik Bring Me The Horizon. Sebuah logo bergambar payung yang digunakan pada album That’s The Spirit. Saya yakin, seyakin yakinnya bahwa itu bukan tindakan Payung Teduh sendiri. Melainkan warga net yang seenaknya comot gambar. Disematkan nama Payung Teduh, kemudian diunggah dan dipakai terus menerus sampai akhirnya sering muncul. Seolah oleh itu memang benar benar logo Payung Teduh. Ada juga yang memiliki lagu Akad tapi art covernya logo itu. hey… saya kasih tahu ya, lagu Akad sudah ada art covernya sendiri. coba lihat di Spotify! Tolong jangan main main soal ini. Sebab kalau sampai pihak BMTH tahu mungkin ini akan jadi masalah. Bisa jadi runyam.
Baiklah kembali soal lagu Akad. Memang sih jika boleh jujur dan berpendapat, lagu Akad berbeda dari lagu lagu Payung Teduh sebelumnya. Baik dari album Payung Teduh maupun Dunia Batas. Nuansa folk dan unsur jazznya sudah agak pudar. Terdengar lebih pop. Mungkin itu juga alasan mengapa masyarakat lebih bisa menikmati. Diluar zona para penikmat musik indie, lagu ini sudah sangat akrab di masyarakat umum. Dan…seperti yang kita tahu, kita sedang ada di zaman apa apa dibuat baper. Dari dulu juga siapa yang tak suka cinta cintaan. Lagi pula lirik Akad lebih lugas dan tegas ketimbang lirik lirik lagu Payung Teduh lainnya. Namun diluar itu semua mas Is telah menyadari memang ada yang berbeda. Dia juga sudah mendengar berbagai opini dan tanggapan mengenai lagu Payung Teduh yang baru. Terutama dari para penggemar yang sudah lama mengikuti jejak band yang telah ada sejak 2007 ini. Mas Is bilang, normalnya seorang musisi harus mengabaikan tanggapan tanggapan miring soal musiknya. Seorang musisi juga ngga perlu memusingkan apa pendapat orang. Kalau terlalu pusing dengar pendapat orang lain maka tidak akan maju.
Bagi saya pribadi, memang sebetulnya rindu sekali dengan musik musik Payung Teduh yang bergaya folk dan agak ngejazz. Saya benar benar kagum dengan kekuatan dua album Payung Teduh. Sebetulnya antara album pertama dan kedua, materinya sama. Hanya berbeda label rekaman. Kemudian selang empat tahun, dimana orang orang sudah menunggu karya baru Payung Teduh, lagi lagi justru disuguhi album yang materinya masih saja sama. Tapi itulah uniknya Payung Teduh. Mereka hadir dengan lagu yang sudah akrab ditelinga penggemar namun dengan balutan musik yang lebih megah. Bersama dengan Yamaha, Payung Teduh membawakan 11 lagu mereka dengan aransemen baru dan direkam secara live. Suara mas Is mulus tanpa minus sedikitpun. Begitu juga dengan permainan musik personil lain. Hanya saja, beberapa lagu mungkin memang kelewat megah dan riuh. Seperti kata bang Ananda Badudu dalam tulisannya, lagu Tidurlah malah terlalu riang. Beda dengan yang aslinya. Seakan makna lirik dan musiknya tidak sejalan. Namun sebagai seorang yang awam, saya merasa album Live and Load sangat luar biasa.
Saat ini Akad sudah membuka lembaran baru. Entah kejutan apa lagi yang akan hadir selepas ini. Saya benar benar tak sabar menantikan single kedua bahkan juga album baru Payung Teduh. Apakah seluruhnya bergenre pop? Atau masih ada nuansa folk dan jazz nya? Yang pasti lagu Akad ini mungkin sudah membawa sebagian besar fans Payung Teduh move on dari lagi Untuk Perempuan yang Sedang Di Pelukan. Dan sebaliknya, lagu Akad menjadi awal bagi orang orang yang baru mengenal Payung Teduh. Saya penasaran bagaimana reaksi mereka saat mendengarkan lagu lagu lain yang tak kalah romantis dan menyentuh. Tapi bagi sebagian besar perempuan, tak ada yang lebih romantis selain diminta menjadi istri oleh seseorang yang ia cintai sambil diperdengarkan lagu Akad. Nggeh nopo mboten, lur?
-penikmatsunyi