Mendengarkan "Nyala" dan Menikmatinya
November 08, 2017Setelah cukup lama menunggu, akhirnya saya bisa mendengarkan album milik mas Gardika Gigih yang bertajuk Nyala. Awalnya saya pikir album tersebut sudah lama dirilis. Namun ternyata memang baru hari Senin, 6 November 2017 secara resmi mas Gigih bersama dengan Sorge Records merilis album tersebut dalam format digital dan cakram padat (CD). Alhamdulillah pagi ini ketika saya membuka Spotify dan mencari album Nyala, ternyata sudah ada. Beberapa hari yang lalu saya sempat cari cari namun tidak ada. Sampai membuka profil mas Gigih tapi juga belum ada disana. Ternyata memang baru rilis Senin lalu. Saya sangat senang dan lega. Sudah sejak lama saya ikuti informasi mengenai album ini. Memang perekaman musiknya telah dilakukan tahun lalu tepatnya tanggal 25 hingga 26 Juni 2016. Kerennya, perekaman semua lagu dilakukan secara live di Yogyakarta. Live loh! Jadi ya memang rasanya seperti ketika mendengarkan album Live and Loud nya Payung Teduh x Yamaha.
Memang sebetulnya akan menyenangkan kalau mendengar album baru menggunakan hands-free. Tapi karena smartphone saya masih diisi daya baterainya, lantas saya menyambungkan ke speaker saja. Rupanya justru cara ini adalah cara yang sangat cocok. Diawal track, sudah disambut dengan musik yang lumayan ngebeat. Saya suka dengan suara drumnya. Beberapa komposisi musik yang ada di album ini sudah pernah saya dengar sebelumnya di Soundcloud mas Gigih. Album Nyala sendiri merupakan album komposisi musik yang mas Gigih ciptakann sepanjang tahun 2015 – 2016. Namun ada yang beda dari yang di soundcloud dengan yang ada di album ini. Contohnya saja komposisi musik yang berjudul Dan Hujan memiliki part I dan II. Saya sangat terkejut di bagian duanya. Disitu terdengar vokal bang Ananda Badudu. Lirik yang ia nyanyikan pun sangat menyentuh. Jujur saya sangat terbawa perasaan.
Dan hujan kini turun lagiDan sepi kini menuntun rinduSembilu hati membelengguDan rasa ini terpaku waktu
Saya merasa lirik itu menggambarkan perasaan dan keadaan saya. Tak sampai disitu saja saya dibuat terkejut dan kagum oleh karya luarbiasa mas Gigih ini. Pada track selanjutnya, tepatnya yang berjudul Hujan dan Cahaya, saya mendengar suara kak Rara Sekar membacakan sebuah puisi.
Untuk pembaca sekalian yang pernah menonton langsung atau mendengarkan live album Kita Sama sama Suka Hujan, tentu kalian paham betul bahwa Gardika Gigih, Rara Sekar, dan Ananda Badudu pernah berkolaborasi dalam konser tersebut. Tidak hanya mereka tapi juga ada mas Suta dan mas Alvian (di konser Suara Awan). Sehingga di album Nyala ini, mas Gigih menggandeng mereka untuk proyek album musik pertamanya. Semula saya mengira ini merupakan album instrumental. Dari awal hingga akhir track hanya akan mendengar suara piano. Sebab yang saya ketahui, mas Gigih adalah seorang pianis yang handal. Ternyata disamping suara piano, ada instrument lain. Seperti gitar akustik oleh Febriann Mohammad (Layur), drum oleh Wasis Tanata, cello oleh Alvian Aditya, violin oleh Dwi Ari Ramlan, biola oleh Suta Suma, dan gitar electric oleh Damar Sosodoro. Eh iya...unik! disini ada suara tepuk tangan juga, tepatnya di track yang berjudul Improvisasi. Mungkin dalam proses perekamannya banyak improvisasi? Saya juga tidak tahu. Hehe hanya menduga. Selain instrument yang bermacam macam, dalam album yang memiliki 13 track ini terdengar suara vokal mezzo sopran kak Desti Indrawati dan vokal sopran kak Nurhana Azizia Latief.
Ada yang menarik dari album Nyala khususnya untuk rilisan fisiknya. Paket CD nya akan disertai booklet. Nah dalam booklet tersebut akan ada beberapa lukisan karya Gata Mahardika. Beliau merespon nuansa dan rasa dari tiap lagu karya mas Gigih. Jadi kita bisa melihat wujud viasual dari lagu lagu di album Nyala melalui lukisan Gata Mahardika. Sementara desain sampul dan kemasan CD Nyala dikerjakan oleh ilustrator asal Bandung, Mufqi Hutomo. Gambar yang tertera di sampul album ini dinamakan simbol enso. Enso berasal dari bahasa Jepang yang berarti lingkaran. Dalam aliran seni lukis Zen, simbol enso mempunyai makna pencerahan. Maka dari itu menurut saya pribadi simbol enso ini sangat cocok dengan tajuk album yaitu Nyala. Mungkin juga memang sengaja dipilih karena maknanya sejalan dengan tajuk album.
Tracklist:
1. Rain Is Falling from You
2. Kereta Senja
3. Michiko
4. Dan Hujan I
5. Pada Tiap Senja
6. Dan Hujan II
7. Hujan Dan Cahaya
8. Lucent
9. Nyala
10. Improvisasi
11. Kepada Kuning (An Old Photograph)
12. And We Saw the Lights Beyond the Hills
13. Ending: Departure
Bagaimana ya saya harus mengungkapkan pendapat saya mengenai album Nyala? Saya bukan pengamat musik atau apapun itu yang paham soal musik. Saya sebatas penikmat tanpa pengetahuan khusus. Yang pasti album ini unik dan indah. Kata andalan saya sih: Luarbiasa! Hehe. Saya beruntung sekali bisa mendengarkan album Nyala ini. Selain mengobati rasa rindu saya pada komposisi musik ciptaan mas Gigih, beliau juga sudah membuat kejutan yang luar biasa. Saya bisa mendengarkan suara bang Nanda dan juga kak Rara Sekar meski tidak dalam satu track yang sama :’ tapi setidaknya mereka ada pada dua track yang berurutan. Bang Nanda bernyanyi di track keenam dan kak Rara membaca puisi di track ke 7.
Akhir kata, ini bukanlah ulasan album Nyala, melainkan hanya tanggapan pribadi saya mengenai karya pianis dan komponis favorit saya mas Gardika Gigih Pradipta. Sukses terus untuk mas, semoga album ini mendapat sambutan dan apresiasi yang luar biasa dari siapapun. Aamiin.
-penikmatsunyi
0 Comments