­

Bijak Bermedsos

November 20, 2021

Seiring berkembangnya teknologi, apa yang sedang kita lakukan bahkan apa yang sekadar terlintas dipikiran dapat diketahui banyak orang. Saya sedang memikirkan fitur story di whatsapp maupun instagram. Waktu luang selalu saya isi dengan membuka dua media sosial tersebut. Memang sebuah pilihan apakah saya ingin menyimak story mereka atau tidak. Saya pun juga kerap membagikan foto atau suatu hal yang menarik perhatian. Namun lambat laun justru saya ingin menciptakan sebuah persona dari apa yang saya bagikan. Seperti ingin menunjukkan siapa diri saya tapi versi yang berbeda. Ah.... melelahkan. Qodarullah, smartphone saya rusak dan tidak bisa jauh jauh dari charger. Itu membuat saya malas untuk membawanya. Sisi baiknya saya jadi belajar untuk sedikit "ngerem". Tak semua hal perlu  dibagikan dan waktu yang saya miliki tak tersita olehnya. 

Saya mencoba untuk menikmati keadaan sekitar dan meresapi. Meski selalu terbersit pemikiran : wah ini bagus untuk difoto dan diabadikan, tapi mengingat smartphone saya rusak, akhirnya urung. Tentu saja saya tetap berharap agar suatu hari nanti saya mampu membeli smarphone untuk memudahkan berkomunikasi. Sembari menabung, mungkin Allah memberikan saya waktu supaya belajar untuk bijak bemedia sosial. Menata hati untuk tidak mudah terbawa perasaan dan terlalu menyerap mentah mentah segalanya. Saya masih sering memusingkan perkara remeh temeh. Padahal banyak hal lain yang lebih penting untuk saya kerjakan dan pikirkan. 

Sebagai gantinya saya ingin kembali rutin menulis untuk sedikit melepaskan beban pikiran saya, sembari belajar tentang batasan dan privasi.

***

Bulan lalu saya sangat bersemangat untuk bercocok tanam. Kami mendapat empat karung tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang dari salah seorang teman. Kebetulan juga ternyata ibuk sudah sejak lama ingin menanam berbagai macam sayuran dan memilki berbagai benih sayur lengkap dengan polybag kecil,  dan pupuk dengan kemasan ekonomis. Ibu bilang, semuanya itu terdapat dalan satu paket kecil seharga 24 ribu. Ibu sudah membelinya bahkan sebelum pandemi. Namun beliau tak kunjung punya waktu luang. 

Dengan semangat saya menanam kangkung, pok choy, seledri, dan caisin. Beberapa sayuran yang paling sering dikonsumsi tentunya. Sebetulnya saya  termotivasi setelah melihat instagram story milik tetangga yang sudah disematkan menjadi highlight dengan tajuk berkebun. Saya ingin melakukan hal yang sama. 

Qodarullah, meski beberapa biji mulai bertunas, ternyata mereka mengalami kutilang (kurus tinggi langsing). Jika sudah begini mereka tidak bisa berkembang menjadi tanaman sayuran. Kami gagal. Saya ingat kata kata suami. Biarkan mereka tumbuh seperti yang mereka kehendaki. Kami hanya berkewajiban untuk merawatnya. Tidak perlu ekspektasi yang berlebihan.



Benar juga apa kata suami. Saat saya terlalu berlebihan dalam berekspektasi, justru hal yang sebaliknya yang terjadi. Saya sudah sesumbar dengan membagikan pengalaman bercocok tanam kemarin. Haha. 

Beberapa hari yang lalu usai memasak cah pok choy, saya letakkan bonggol pok choy ke dalam polybag berisi tanah dan meninggalkannya begitu saja tanpa ekspektasi apapun. Karena kondisi tanah yang masih cukup lembab dan lumayan basah saya tidak memberinya air. Dalam hati, jika tumbuh Alhamdulillah, tapi kalau busuk ya sudah tidak apa.

Alhamdulillah, selang beberapa hari bonggol itu mulai berbertunas. Saya melihat daun kecil muncul ditengahnya. 

Suatu siang yang mendung usai meneduhkan jemuaran saya berdiri di hadapan deretan polybag. Salah satunya pok choy yang mulai tumbuh itu. Ah benar ternyata. Lebih baik saya tidak usah terlalu ambisius dan berekspektasi berlebihan. Akan lebih baik jika saya meluruskan niat terlebih dahulu.

***

Semenjak resign dan kebetulan smarphone rusak, saya bisa lebih fokus mengerjakan pekerjaan rumah yang ternyata MasyaAllah tiada habisnya. Terlebih saat ini Bening sudah belajar makan dan mulai aktif. Namun saya tetap merasa senang saat semuanya sudah beres. Apalagi saat suami juga ikut membantu :)

Tifanny

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling