Ketika Segalanya Terasa Membosankan, Berbenahlah
April 26, 2023Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam saat mata rabun saya menangkap pergerakan makhluk hitam kecil yang kemudian menghilang di antara kasur dan tembok. Saya bergegas membuka pintu kamar lebar lebar. Siapa tahu makhluk itu akan keluar. Tapi jika tidak keluar, saya yang memutuskan untuk keluar dan tidur di ruang tengah. Bantal dan guling sudah berpindah tempat. Bening menggeliat dalam tidurnya saat saya mengendongnya untuk direbahkan di kasur ruang tengah. Saya tidak sudi jika ketika sedang tidur nyenyak kecoa itu diam diam menggerayangi tubuh kami. Hmm menjijikan sekali. Baiklah. Malam ini kau boleh saja menguasai kamar tapi lihat saja besok!
Sudah sejak bulan puasa kemarin saya berniat membersihkan kamar secara menyeluruh. Debu debu tebal di kolong kasur sulit dijangkau jika tidak mengeluarkan beberapa perabotan terlebih dahulu. Ketika satu persatu barang barang saya keluarkan, si coro muncul dari balik lemari dengan posisi terbalik. Dengan bantuan sapu, akhirnya saya bisa mengeluarkannya dari rumah. Tempatmu bukan di rumah, apalagi di kamar wahai kecoa busuk!
Saatnya melanjutkan beres beres. Supaya debu debu tidak beterbangan saya perlu menggunakan penyedot debu terlebih dahulu. Baru setelah itu menyapu bersih benda benda yang berserakan. Terakhir mengepel lantai kamar.
Biasanya pukul 6 pagi Bening sudah mandi dan bersiap untuk sarapan. Namun jam mandi dan sarapannya harus tertunda. Syukurlah ia sudah minum segelas susu dan makan camilan. Bening mondar mandir melihat saya mendorong berbagai perabotan serta berteriak teriak mengalahkan bisingnya suara penyedot debu.
Saya perlu meletakkan lemari partikel di ruang tengah karena sirkulasi udara disini cukup baik agar tidak berjamur lagi. Akhirnya setelah dorong sana sini dan berganti berbagai posisi, lemari itu saya tempatkan di ruangan yang sebelumnya ditempati oleh rak dan meja. Maka mereka harus dipindah ke sisi lainnya, tempat dimana sebelumnya kami meletakkan kasur. Kasur itu biasanya ditempati mas. Namun karena mas ada di rantau, saya pikir kasur itu tak perlu lagi dibentangkan disana setiap hari. Meski ruang tengah saat ini terkesan penuh dengan hadirnya lemari partikel itu, setidaknya masih ada area kosong untuk membentangkan karpet dan sebagai ruang bermain Bening.
Sejujurnya banyak hal yang mungkin agak janggal jika dibahas. Pengalaman lebaran untuk sebagian besar orang merupakan hal yang menyenangkan. Bisa berkumpul dengan saudara, kembali ke kampung halaman, dan menikmati liburan. Meski singkat pasti mereka akan menikmati momen lebaran. Namun seperti yang tertulis di email terbaru Klub Menulis Locita yang baru saja saya baca.
Lebaran tahun ini menurutku kaya kembang api. Cepat meletus, tapi juga cepat redup dan menghilang.
Seperti baru kemarin sore saya menyambut mas pulang membawakan oleh oleh hampers yang ia terima dari tempat kerja. Lalu kami bangun pagi dan sholat ied di masjid bersama. Bening tantrum dan saya harus membujuknya agar mau bertahan sejenak sampai sholat dan khutbah usai. Lalu kami pulang kerumah,n berkumpul untuk sungkem dan bermaaf maafan.
Mengapa harus maaf memaafkan setahun sekali saja? Jika saja setelah melakukan kesalahan kita bisa saling mengucapkan maaf, tak akan ada rasa sakit yang begitu dalam yang saya rasakan saat ini. Luka itu yang sepertinya membuat saya begitu sinis dengan momen maaf memaafkan kemarin. Dan mungkin, saya belum memaafkan diri sendiri? Entahlah.
Di lingkungan tempat saya tinggal, acara kunjung mengunjungi sudah diganti dengan berkumpul bersama dan bersalam salaman. Dengan begitu kami juga menghemat waktu serta tenaga. Namun saya merasa seperti terhimpit dan sesak karena keramaiam itu. Banyak sekali orang yang jarang saya temui. Atau orang orang yang mungkin berpapasan tapi ia selalu buang muka saat saya berusaha menyapanya dan momen itu kami harus berhadapan, bersalam salaman. Rasanya sungguh canggung dan aneh. Ini semua omong kosong. Toh esok kami akan seperti hari hari kemarin lagi. Tidakkah ini percuma dan hanya buang waktu saja?
Semua sudah terlewat. Namun perasaan tidak nyaman itu masih tertinggal. Mencurahkan tenaga serta pikiran untuk beres beres dan berbenah kemarin rasanya cukup membantu melepaskan beban itu. Melihat rumah yang bersih dan rapi serta suasana berbeda karena tata letaknya yang baru membuat saya cukup puas.
Saat kamu lelah dengan keseharian dan hidup ini, mengapa tidak mencoba untuk memilah barang barang, membuang yang tak perlu, membersihkan rumah, dan menata ulang? Lakukan dengan perlahan. Setiap prosesnya akan mengajak kita untuk merasakan berbagai perasaan, menerimanya, dan meletakkannya untuk kemudian siap menghadapi hal hal yang akan terjadi berikutnya. InsyaAllah.
#merespon
#KlubMenulisLocita
#edisimasihsyawal
#mohonmaaflahirbatin
0 Comments