Suatu Siang Di Curug Tithang
Februari 20, 2024Langit sedang cerah cerahnya saat kami berkendara menuju desa Nampirejo. Tujuan kami adalah Curug Titang. Sebetulnya mengunjungi wisata alam air terjun saat musim hujan seperti ini tidak terlalu disarankan. Sebab seperti yang kita tahu, hujan akan membuat debit airnya meningkat drastis. Namun karena cuaca sedang sangat cerah kami memutuskan untuk kesana.
Meskipun saya warga Temanggung ini adalah kali pertama bagi saya ke Curug Titang. Jadilah kami berangkat dengan panduan Gmaps. Menurut Gmaps kami sudah berada di tujuan dan hanya perlu tracking ke curugnya. Namun kami dibuat agak ragu karena disana hanya ada sebuah area lengang dan gubuk besar serupa panggung yang ditinggalkan begitu saja. Tidak ada loket masuk maupun penjagaan. Area kosong ini dikelilingi oleh hutan bambu yang mengingatkan saya akan Pasar Papringan di Ngadiprono. Menurut informasi, tiap Ahad Pahing lokasi ini memang digunakan untuk menggelar pasar tradisional dengan konsep yang sama persis dengan PasPring Ngadiprono.
Awalnya kami hendak putar balik dan pulang sebelum akhirnya menemukan sebuah tanda bertuliskan "parkir sepeda motor". Meski agak ragu kami akhirnya turun dan mulai menelusuri jalan setapak menuju Curug Titang.
Jalan yang kami lewati diselimuti oleh dedaunan kering. Di kanan kiri jalan terdapat semak dan selebihnya merupakan perkebunan kopi. Kami disambut dengan kerumunan nyamuk yang lapar dan menggila serta suara kumbang yang berdesing. Pepohonan di sepanjang jalan menaungi kami sehingga meski matahari cukup terik kami tidak merasa kepanasan.
Tiba di ujung jalan setapak, kami menemukan tangga. Tangga itu terbuat dari semen dan memiliki pegangan besi. Cukup aman hanya saja karena cukup curam kami harus berhati hati.
Kami menemukan aliran sungai dengan bebatuan besar hingga kerikil kecil disekitarnya. Jalan menuju pemandangan air terjunnya saat itu teraliri air sehingga tak memungkinkan untuk kami turun. Akhirnya kami memilih beristirahat di tepi sungai yang lokasinya di atas curug.
Syukurlah ketika di tepi sungai nyamuk yang semula mengerumumi kami berangsur hilang. Bening menikmati bermain di sungai melempar lempar batu. Sangat mengasyikkan memang melihat cipratan air dan suara yang ditumbulkan saat batu jatuh ke air.
Setelah puas bermain air kami harus kembali tracking menuju parkiran. Anak tangga yang kami lewati menjadi sebuah tantangan berat bagi saya yang jarang olah raga. Stamina terkuras dan nafas tersengal. Hahaha. Saya lantas berpikir, jika saja rumah saya dekat dengan curug mungkin saja tracking ini bisa saya manfaatkan untuk berolahraga melatih otot dan membakar lemak lemak 😂
Kunjungi juga instagram @punchpopjournal untuk foto lainnya. Terimakasih :)
4 Comments
Gambar-gambarnya puitis. Kontennya juga. Blogwalking, salam kenal....
BalasHapusTerimakasih 😍 salam kenal juga kak, terimakasih sudah berkunjung.
HapusBlog kk juga keren sekali. Sebagai penyuka foto blognya sangat menyenangkan untuk di jelajahi 😁
Dulu aku juga pernah ke pasar papringan. Lumayan lama juga.
BalasHapusKalau main ke curug itu paling seru pas tracking ke curugnya. Anggap saja sebagai olahraga sambil menikmati keindahan alam.
air terjunnya bagus. Sepi dan airnya jernih. aku cek di gmaps, di temanggung banyak curug bagus dan layak untuk dikunjungi.
Pasar Papringan destinasi wisata yang harus di kunjungi setidaknya sekali seumur hidup menurutku hihi
HapusBetul, menantang dan menguras energi tapi seru.
Iya kak, aku pribadi malah baru ke beberapa curug aja blm semua 😅 aku pernah ke Curug Surodipo bagus sekali. Tp kendalanya klo tempat tempat wisata disini pemeliharaannya agak kurang. Beberpa lokasi jalannya atau fasilitas untuk pengunjung masih kurang.