­

Si Anak Baru

Februari 19, 2018


Dua hari yang lalu saat bapak menjemur pasir pup si pus, bapak bertemu dengan kucing kecil sedang sendirian. Sepertinya kucing itu kehilangan induknya. Dia senasib dengan si pus dulu. Mengais sampah untuk mencari makan. Si kucing kecil itu ehh begini saja biar mudah. Kucing kecing pungut saya beri nama cipung lalu kucing peliharaan saya namanya sarimin. Jadi si cipung itu dibawa masuk ke rumah oleh bapak. Ternyata, sarimin tidak terima. Dia marah besar dan cemburu buta. Dia menggeram kearah cipung bahkan mbekes. Saat saya memberi minum cipung, sarimin tambah geram. Mungkin salah saya juga. Soalnya waktu saya mau kasih minum ke cipung, saya sempat nengok dulu ke sarimin dan cuma lewat di depannya. Akhirnya saya dicuekin, dibekesi, pokoknya dia menghindar terus dari saya :' beneran saya sedih dan galau. Sarimin kok tidak mau mengerti. Cipung masih kecil dan dia terlihat tidak sehat waktu itu.

Sore harinya bapak memutuskan untuk membawa keluar cipung karena sikap sarimin yang demikian. Sarimin bahkan seolah mencoba kabur dari rumah. Mungkin dia merasa sudah tidak dianggap. Padahal bukan seperti itu. Selang beberapa menit setelah cipung dibawa keluar, saya intip dari balik jendela ruang tamu. Ternyata cipung duduk di kursi yang ada di beranda. Dia lemas dan terlihat lunglai. Sebelumnya juga saya memergoki dia muntah berwarna kuning. Di lubang eeknya juga ada sisa pup yang agak encer. Kuat dugaan saya, cipung ini sakit. Cipung tidak mau makan apapun. Bahkan susu yang saya sodorkan hanya diendus. Lalu saya ingat dengan pesan teman saya yang juga memelihara kucing. Katanya jika kucing sakit, obatnya bisa sama kaya manusia. Kalau dia flu atau demam obatin pakai inzana digerus campur air. Kalau mencret pakai obat mencret entrostop dan seterusnya. Saya tengok di warung ada obat apa. Awalnya saya ingin beri cipung tolak angi anak eh ternyata stok inzana masih ada. Mungkin cipung masuk angin? Akhirnya saya gerus satu tablet inzana yang dicampur sedikit air. Lalu larutan inzana itu saya suap ke cipung dengan metode pemaksaan. Alhamdulillah obat itu tertelan. Setelah itu semalaman dia tidur.

Pagi harinya saat saya tengok ke luar, cipung sudah tidak ada di beranda. Saya pikir dia sudah membaik dan bisa pergi. Tapi ternyata, cipung masuk ke rumah saat ibuk membuang ampas teh untuk menyiram bunga. Lalu ibuk giring cipung ke luar, ke halaman belakang. Yap. Lagi lagi sarimin marah. Yah apa boleh buat. Kata bapak, cipung berhasil muntah. Di muntahan cipung ada cacing ukurannya lumayan panjang. Cacing itu keluar dari dalam perut cipung. Yes....! Alhamdulillah, pertolongan Alloh lewat perantara inzana membuahkan hasil. Cipung pun sudah lebih baik meskipun ia masih terlihat lemas. Dia itu klemar klemer dan suara ngeongnya sangat pelan. Seperti keluar dari nafas perut. Dalam sekali. Tapi dia sudah mulai makan walaupun sedikit.

Siang tadi saat bapak pulang bekerja dan memasukan mobil, cipung malah keluar dan pintu pun ditutup. Masih dengan pertimbangan yang sama. Cipung mungkin harus keluar karena sarimin selalu marah dan kesal terhadapnya. Saya khawatir. Sangat khawatir karena cipung terlalu kecil dan kurus. Bagaimana kalau nyawanya terancam? Siang tadi pas sekali dengan jam pulang anak SD sebelah. Saya lihat cipung mencari perhatian mereka. Cipung ini jablay sekali. Dia minta dielus dan berguling di depan anak anak. Tapi ukurannya yang kecil membuat saya kasihan terlebih saat ada anak kecil mempermainkan dia. Menendang dia! Syukurlah ada anak lain yang memperingatkan. Dari dalam warung saya lihat cipung berjalan ke arah warung. Alhamdulillah cipung datang lagi. Dengan sigap saya tangkap dan bawa dia ke belakang rumah. Saya tidak peduli lagi meskipun sarimin marah. Sarimin harus belajar berbagi. Sarimin tidak boleh egois. Padahal dulu nasib sarimin juga sama seperti cipung. Dia anak pungut, bahkan dia tidak tahu diri. Sudah dipungut eh mbekes juga. Dia galak. Dia bisa jinak seperti sekarang karena sudah dikarantina di kandang.

Saya coba beri makan cipung dengan pakan kering, syukur alhamdulillah dia mau memakannya. Akhirnya cipung bisa makan. Semoga saja dia lekas membaik dan aktif lagi. Kucing seumuran cipung harusnya ceria dan aktif. Tapi saat ini cipung tidak responsif bila diajak bermain. Dia masih ingin dibelai. Mungkin saya harus membersihkan badannya dulu. Dia beda dari sarimin. Meski sama sama belum dimandikan dengan air, sarimin terlihat bersih dan tanpa kutu. Karena itulah saya tidak keberatan untuk memangku dia atau memeluk. Sarimin rajin mandi sendiri ala kucing. Namun cipung harus dapat perawatan dulu. Lagi pula dia dari luar, pasti berkutu. Saya tidak mau sarimin tertular kutu gara gara cipung.

Cipung, cepat sembuh, cepat besar ya. Semoga sarimin lekas baik sama kamu dan bisa bermain bersama.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling