­

Ketika Diam Menjadi Solusi Terbaik

Februari 20, 2018


Dalam hidup bermasyarakat kita menemui banyak sekali sifat atau karakter orang. Dalam pertemanan terkadang ada perbedaan pendapat atau mungkin ada sikap sikap orang lain yang membuat kita terganggu. Sebetulnya apa sih yang membuat kita tersinggung dan kecewa terhadap seseorang? Masalah tersinggung, ada dua kemungkinan. Yang pertama, mungkin saja orang tersebut sikapnya memang kurang baik. Yang kedua, antara sikapnya dengan prinsip yang kita pegang berbeda. Sehingga kita punya kecenderungan untuk menolak. Masalah kecewa, jawabnya sederhana. Kita terlalu menaruh harap padanya.

Terkadang kita ingin sekali mengungkapkan suatu hal, mengkritik seseorang yang sangat menjengkelkan. Namun alangkah baiknya jika kita berfikir dahulu sebelum berkata kata. Apakah dengan kita berkata jujur menyampaikan sesuatu masalah akan selesai? Apakah dengan blak blakan semua konflik bisa terkendali dan menemui akhir? Atau justru kita akan menghadapi masalah baru? Terkadang, diam adalah solusi. Kita tak perlu menanggapi mereka dengan balik mengatakan sesuatu. Cukuplah kita sampaikan lewat doa. Sampaikan segalanya pada Alloh. Alloh yang Maha membolak balikan hati manusia. Jika kita tidak bisa membuka hati mereka dengan kata kata kita, cukuplah kita diam darinya dan berdoa pada Alloh. Berdoa mohonkan keselamatan bagi mereka. Terkadang kita mesti tahu kapan harus berhenti kemudian bertawakal.

Mengungkapkan sesuatu dengan jujur tentang orang lain mungkin baik. Namun kita juga mesti berfikir tentang orang lain. Apakah dengan kita mengutarakan hal itu dia mampu menerima? Terkadang kita mesti menahan diri demi menjaga persatuan dan harmonisnya hubungan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seseorang yang tidak suka dengan orang lain tapi bisa bersikap baik dihadapan orang yang tidak ia sukai bukan berarti ia bermuka dua. Bukan berarti ia munafik. Justru dia mampu menahan egonya. Justru ia mampu berdamai dengan perasaannya dan lebih mementingkan hubungan baik dengan orang tersebut. Dengan kata lain, orang itu sudah mencapai kedewasaannya. Dia mengerti bahwa ada yang harus diutamakan. Ia memilih memendam perasaannya dan berharap bisa melupakan rasa yang ada.

Wallahu a' lam bishawab.

Merasakan sesuatu itu adalah pilihan. Rasa itu kita sendiri yang tentukan. Kecewa tidak akan pernah ada jika kita mengenal apa itu rida dan ikhlas serta selalu melibatkan Alloh disetiap perkara.

Mari kita mohon ampunan pada Alloh atas semua perasaan yang keliru terhadap orang lain. Mudah mudahan kita selalu ada di jalan yang benar dan dijauhkan dari segala penyakit hati. Doa dan keselamatan bagi semua saudara sesama muslim.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling