Kota Rantau dan Hal hal Lainnya
Januari 01, 2020
Tujuan kami adalah kota Gresik. Gambaran umum mengenai kota tersebut di benak saya adalah sebuah kota industri yang terkenal dengan BUMN sekaligus produsen semen terbesar di Indonesia . Selain itu yang ada dalam bayangan saya, Gresik adalah salah satu kota tujuan wisata religi karena terdapat dua makam wali, yakni Sunan Syeikh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri.
Secara dadakan kami membeli tiket bus Safari Dharma Raya untuk keberangkatan di hari yang sama. Kami mendapatkan dua tiket Bus Eksekutif tujuan Surabaya-Malang lewat jalur utara. Sebab, semua tiket bus tujuan tersebut via Jogja sudah habis terjual. Maka sore itu juga pukul setengah lima kami berdua berpamitan dengan kakak, kakak ipar, adik, dan kedua ponakan saya yang masih dirumah. Untuk ke armada bus membawa bawaan kami yang lumayan banyak, bapak dan ibuk bersedia mengantarkan.
Tak perlu menunggu terlalu lama, usai melakukan validasi tiket di loket, supir menginstruksikan kepada para penumpang bus untuk segera naik. Saya dan suami pamit dan dilepas dengan pelukan hangat dari bapak ibuk.
Tak disangka, momen naik bus berdua dengan pasangan akhirnya saya dapatkan. Jika hari hari yang lalu saya selalu melakukan perjalanan sendirian, kali ini ada seseorang yang saya kenal duduk disamping saya. Perjalanan cukup lancar. Istirahat makan juga terasa cukup menyenangkan. Sebab saya jadi ingat, menu makanan di rumah makan yang disinggahi oleh bus Safari Dharma Raya jalur utara selalu punya lauk yang jauh lebih baik. Sepotong ayam goreng tepung yang bentuknya masih jelas dan dapat dibedakan. Berbeda dengan rumah makan yang disinggahi bus jalur Jogja. Terkadang semur ayam yang hanya berupa potongan tak berbentuk atau cacahan. Haha. Bahkan kami berdua mendapatkan masing masing satu gelas besar teh panas manis.
Meski bus melewati Gresik, kami tidak lantas turun disana. Sebab suami saya harus mengambil sepeda motor yang diparkirkan di terminal Bungurasih. Waktu itu ia memilih bus tujuan Temanggung pemberangkatan dari terminal ini. Dengan barang bawaan yang cukup banyak dan berukuran besar, kami berupaya menata sedemikian rupa barang barang tersebut dan menembus heningnya dini hari Kota Surabaya menuju Gresik.
Perjalanan kami tempuh selama satu jam. Selama perjalanan saya harus memangku tas berukuran besar dan tas ransel di punggung. Keduanya sama sama berat. Tiba di kosan badan terasa hancur lebur. Usai mandi dan sholat subuh, kami istirahat sejenak sebelum perjalanan lagi untuk berkunjung ke rumah Ayah di Pasuruan dan mengembalikan jas yang disewa oleh suami saya
Sekitar pukul sembilan pagi kami sudah bersiap. Ahh perjalanan lagi. Bisa dibayangkan betapa lelahnya kami berdua. Namun saya cukup senang jika bersama suami ^w^. Sebelum itu kami perlu membeli sebuah helm untuk saya. Akhirnya, setelah sekian lama, saya bisa memiliki helm untuk saya sendiri. Sebuah helm dengan model yang sangat kekinian. Berbahan kulit perpaduan warna hitam, coklat, dan terdapat lis berwarna putih. Saya merasa sangat cocok dengan helm ini dan langsung merasakan sebuah ikatan emosional. Sangat sentimental :v
***
Selama di rumah Ayah kami dapat melepas penat. Kami benar benar merasa lelah. Bahkan ketika hampir sampai, kami justru mendapati ban sepeda motor mengalami kebocoran. Sehingga suami memutuskan untuk mengganti ban dalam.
Alhamdulillah kami juga sempat ziarah ke makam ibu. Kali ini adalah kesempatan kedua bagi saya. Kunjungan kedua ini saya telah resmi menjadi menantu ibu. Hehe.
Menjelang maghrib kami baru bersiap pulang. Hujan tiba tiba turun dengan deras. Ada sedikit kejadian konyol saat itu. Saya merasa sudah menyimpan ponsel suami. Tapi saya ragu karena saat saya cek ditas tidak ada. Sampai akhirnya kami putar balik. Dengan konyolnya saat saya turun dan mengecek ulang ke dalam tas, rupanya ponsel tersebut terselip diantara benda benda lain di dalam tas. Hahaha.
***
Hari hari selanjutnya merupakan fase adaptasi di kosan. Saya mendapat kesan bahwa Kota Gresik sangat panas. Bahkan terlalu panas dan gerah dibandingkan saat saya di Depok dulu. Bagi saya yang terbiasa dengan hawa dingin pegunungan, hari hari di Gresik bagaikan sedang di sauna. Terlebih saat di kosan. fyuhh
Awalnya saya berpikir, mungkin karena hanya tinggal dalam ruangan kos yang tak begitu luas dan barangkali atap menggunakan material fiber, tapi kemudian saya punya firasat. Sesunggunya saya terlalu kudet dan bodoh saja kenapa tidak mempelajari letak geografis lokasi saya tinggal.
Selain kota ini merupakan kawasan industri, firasat saya mengatakan daerah ini berdekatan dengan laut atau pantai yang identik dengan hawa panas. Saya bertanya kepada suami, apa benar kota ini berdekatan engan, laut. Ternyata memang benar.
Selain kota ini merupakan kawasan industri, firasat saya mengatakan daerah ini berdekatan dengan laut atau pantai yang identik dengan hawa panas. Saya bertanya kepada suami, apa benar kota ini berdekatan engan, laut. Ternyata memang benar.
"Adek ingat waktu kita dari Surabaya, kita lihat banyak banget peti kemas? Disana ada pelabuhan."
Ya... saya ingat, waktu itu saat tiba disuatu daerah, saya melihat banyak sekali container, truk, dan peti kemas. Saya hanya berkata dalam hati, peti kemas kaya gini kan biasanya ada di pelabuhan. Ini kok di tengah kota sih. Saat itu saya hanya punya pikiran seperti itu.
Akhirnya saya memastikan lagi menggunakan Google Map. Ternyata benar. Pelabuhan tersebut kurang lebih berjarak 5 kilometar dari kosan. Dapat dipastikan hawa panas atau angin lautnya kemungkinan berembus juga sampai sini.
Pelabuhan Gresik pada abad ke 17 merupakan pusat perdagangan dunia. Beradaban ekonomi dan religi bermula dari sini. Pelabuhan Gresik adalah gerbang dari segala sejarah yang ada hingga saat ini. Namun kemudian pelabuhan ini tidak lagi menjadi pusat berdagangan, melainkan hanya tempat sandaran kapal.
Mengingat bahwa Gresik merupakan sentra perindustrian, pelabuhan ini digunakan sebagai jalur masuk atau pendistribusian barang dari pabrik untuk disalurkan ke daerah lain. Jika saya lihat di peta, ada garis biru putus putus disepanjang teluk Lamong dan disekitaran pelabuhan Gresik. Itu artinya memang jalur ini adalah jalur utama bagi kapal kapal.
Siang tadi saya membuka mesin pencari dan melihat lihat bagaimana penampakan pelabuhan tersebut. Sampai saya merayu suami agar ketika libur nanti bisa kesana. Namun ia berkata bahwa tempat itu panas dan merupakan tempat orang kerja bukannya tempat wisata. wkwkwk... ah mas, saya kan ingin sesekali melihat pelabuhan, melihat kapal kapal yang bersandar. Melihat peti kemas yang sedang dinaikkan ke kapal. Mungkin akan sangat menyenangkan melihat matahari terbit di pelabuhan dan belum begitu banyak aktivitas yang beralngsung disana.
***
Bicara soal pergantian tahun, semalam justru saya lewatkan dengan lembur. Begitu pula dengan suami. Ia baru pulang dini hari dan langsung mengajak saya keluar untuk makan. Jalanan begitu lengang. Saya yakin beberapa jam yang yang lalu jalanan menjadi lautan manusia. Lebih lebih di sekitaran alun alun.
Tiba kembali di kosan, tak berselang lama waktu subuh tiba. Setelah sholat subuh berjamaah, kami pun mengantuk berjamaah pula. Kami sepakat bahwa malam pergantian tak jauh berbeda dengan malam malam biasanya. Kami tak perlu tenggelam dalam euforia yang orang orang ciptakan. Pemikiran ini sebetulnya telah saya anut seumur hidup saya. Dan Kebetulan suami saya punya pemikiran yang sama. Mungkin juga untuk sesaat ini kesepakatan itu menjadi sebuah penghiburan diri? Sebab di malam pergantian tahun kami berdua masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.
Mengingat bahwa Gresik merupakan sentra perindustrian, pelabuhan ini digunakan sebagai jalur masuk atau pendistribusian barang dari pabrik untuk disalurkan ke daerah lain. Jika saya lihat di peta, ada garis biru putus putus disepanjang teluk Lamong dan disekitaran pelabuhan Gresik. Itu artinya memang jalur ini adalah jalur utama bagi kapal kapal.
Siang tadi saya membuka mesin pencari dan melihat lihat bagaimana penampakan pelabuhan tersebut. Sampai saya merayu suami agar ketika libur nanti bisa kesana. Namun ia berkata bahwa tempat itu panas dan merupakan tempat orang kerja bukannya tempat wisata. wkwkwk... ah mas, saya kan ingin sesekali melihat pelabuhan, melihat kapal kapal yang bersandar. Melihat peti kemas yang sedang dinaikkan ke kapal. Mungkin akan sangat menyenangkan melihat matahari terbit di pelabuhan dan belum begitu banyak aktivitas yang beralngsung disana.
***
Bicara soal pergantian tahun, semalam justru saya lewatkan dengan lembur. Begitu pula dengan suami. Ia baru pulang dini hari dan langsung mengajak saya keluar untuk makan. Jalanan begitu lengang. Saya yakin beberapa jam yang yang lalu jalanan menjadi lautan manusia. Lebih lebih di sekitaran alun alun.
Tiba kembali di kosan, tak berselang lama waktu subuh tiba. Setelah sholat subuh berjamaah, kami pun mengantuk berjamaah pula. Kami sepakat bahwa malam pergantian tak jauh berbeda dengan malam malam biasanya. Kami tak perlu tenggelam dalam euforia yang orang orang ciptakan. Pemikiran ini sebetulnya telah saya anut seumur hidup saya. Dan Kebetulan suami saya punya pemikiran yang sama. Mungkin juga untuk sesaat ini kesepakatan itu menjadi sebuah penghiburan diri? Sebab di malam pergantian tahun kami berdua masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.
Hmm Kendati demikian, pergantian tahun kali ini perlu sedikit dirayakan. Tanggal satu Januari kali ini jatuh pada hari Rabu. Hari Rabu memiliki arti penting dalam kehidupan saya pribadi. Pertama, saya lahir di hari Rabu. Begitu juga dengan ibu saya. Kedua, Akad nikah saya dan suami juga diadakan di hari Rabu. Untuk itu sebagai perayaan kecil, pada hari ini Rabu 1 Januari 2020 akan menjadi hari dimana saya ingin mengukuhkan supaya bisa lebih konsisten dalam menghidupi blog ini. Saya berencana untuk membuat jadwal posting entri blog setiap hari Rabu di mulai dari sekarang.
Selain dua hal tentang keistimewaan hari Rabu, saya juga terinspirasi dari Duo Budjang (Mario x Eda) yang senantiasa konsisten mengudarakan podcast mereka di Spotify sejak tahun 2017 setiap hari Rabu. Saya belajar banyak soal konsisten dari sosok Narendra atau yang lebih akrab disapa Eda. Ia adalah seorang pemuda yang cukup teratur dan konsisten dengan segala hal yang ia kerjakan. Terbukti, dengan keteraturan dan kekonsistenannya, saya merasa kehidupan bang Eda berjalan dengan baik.
Selain dua hal tentang keistimewaan hari Rabu, saya juga terinspirasi dari Duo Budjang (Mario x Eda) yang senantiasa konsisten mengudarakan podcast mereka di Spotify sejak tahun 2017 setiap hari Rabu. Saya belajar banyak soal konsisten dari sosok Narendra atau yang lebih akrab disapa Eda. Ia adalah seorang pemuda yang cukup teratur dan konsisten dengan segala hal yang ia kerjakan. Terbukti, dengan keteraturan dan kekonsistenannya, saya merasa kehidupan bang Eda berjalan dengan baik.
Tifanny Lituhayu
Gresik, 1 Januari 2020
0 Comments