Pendakian ke Gunung Bromo dan Menjelajah Perbukitan Hijau

Maret 12, 2020

Bulan baru saja terbit petang itu saat kami berkendara menuju Pasuruan. Ba'da maghrib sekitar pukul setengah tujuh, seperti perjalanan pulang kampung sebelumnya, kami memilih perjalanan malam. Kami sangat beruntung, selain petang itu cerah, langit menyuguhkan pemandangan bulan berwarna merah dan terlihat sangat jelas bahkan baru kali ini saya melihat bulan sedemikian dekatnya hingga terlihat lebih besar. Terang saja sebab kami berada di jalan raya yang cukup dekat dengan laut. Mengagumkan saat melihat sebuah pemandangan tumpukan peti kemas yang dilatar belakangi bulan merah.

Kami merencanakan kunjungan sebulan sekali ke rumah ayah ditambah sedikit liburan ke Bromo. Sengaja memilih weekday karena tiket masuknya sedikit lebih terjangkau. Tentu saja, kami juga menginginkan jalanan yang lengang.

Kami memilih jalur penanjakan Bromo via Pasuruan. Akhirnya saya tahu bahwa Gunung Bromo dan kawasan wisata yang termasuk dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berada di empat wilayah sekaligus. Yakni Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang. Untuk kali ini karena kami berada di Pasuruan, kami memilih untuk masuk kawasan TNBTS via Tosari. Pukul tujuh kami baru tiba dan menurut penjaga loket tiket, kami kesiangan meski kami sudah berusaha berangkat mruput.

Sedari memasuki Kecamatan Tosari tubuh langsung disergap hawa dingin. Terlebih saat berada Sunrise Point, tangan saya nyaris kaku dan kebas. Bahkan saat saya mulai menaiki tangga keatas, tiba tiba saya terbatuk dan terasa mual. Saat itu kami berada di ketinggian kurang lebih 2770 mdpl. Kemungkinan besar saya belum terbiasa dengan kondisi udara disekitar sehingga saya terserang penyakit ketinggian, hehe. Namun syukurlah. Setelah berhenti sejenak dan mengatur nafas, saya mulai terbiasa. Saya dapat menikmati pemandangan luar biasa mengagumkan dari atas melihat deretan gunung di saujana dan disekelilingnya terdapat bukit bukit hujau dan lautan pasir. Beberapa gunung dan wilayah yang dapat saya lihat dari View Point Tosari adalah sebagai berikut:
- Gunung Jantur 2703 mdpl
- Gunung Bromo 2392 mdpl
- Gunung Kursi 2581 mpdl
- Segara Wedi 2482 mdpl
- Gunung Ider Ider 2521
- Gunung Batok 2440
- Gunung Watangan 2601 mdpl
- Segara Wedi Kidul 2490 mdpl
- Gunung Semeru 3676 mdpl
- Gunung Kepolo 3635 mdpl
- Gunungg Ayek Ayek 2819 mdpl
- Gunung Jembangan 3028 mdpl
- Gunung Widodaren 2614 mdpl

Rasanya baru kali ini saya melihat sebegitu banyak gunung yang lokasinya nyaris berdekatan satu sama lain. Dan impian saya untuk dapat mendaki gunung paling tidak sekali seumur hidup akhirnya terlaksana juga.

Setelah puas memandang keindahan gunung gunung dari View Point 1 ini, kami kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju gunung Bromo. Menuju Bromo lewat jalur Tosari jalanannya cukup curam. Tapi kami bersikeras untuk tetap mengendarai motor matic Yamaha X Ride bukannya menyewa Jeep. Ternyata dengan kapasitas si X Ride dan atas kuasa Allah, kami tiba juga di dekat gunung Bromo. Bahkan kami benar benar melintasi hamparan pasir hanya dengan berkendara motor. Tentu saja beberapa kali kami sempat oleng sebab ban terperosok ke dalam pasir. Namun kami cukup beruntung karena di beberapa wilayah pasirnya cukup padat karena basah oleh hujan.

Sebelum kami melakukan pendakian, kami mengisi perut dengan semangkuk mi kuah panas tapi sama sekali tidak terasa membakar mulut karena hawa dingin jauh lebih kuat. Dengan lahap kami menuntaskan mi rebus sesegera mungkin. Karena serangan lapar dan sayang jika keburu dingin.

Syukurlah, motor masih diperbolehkan masuk ke area sekitar Gunung Bromo. Sebab Jeep sudah tidak diperkenankan melewati kawasan ini. Kawasan tersebut termasuk ke dalam daerah suci dan terdapat sebuah Pure. Beberapa kali kami ditawari untuk menunggang kuda sampai bawah tangga menuju ke puncak (tepi kaldera). Tapi saya menolak dan berkata pada suami, lebih baik saya jalan pelan pelan daripada menunggang kuda. Sebab saya merasa sedikit tegang dan tentu hal itu menyebabkan tubuh saya kaku dan akhirnya justru terasa nyeri setelahnya. Dengan kekuatan seadanya tanpa persiapan olahraga sebelumnya, kami berdua mendaki. Sesekali kami harus menghindar dari kotoran kotoran kuda yang berserak disana sini. Sampai akhirnya sebuah tangga yang sangat tinggi dengan entah berapa anak tangga, mulai saya daki satu persatu. Tenaga saya benar benar terkuras. Suami saya berkata jangan lihat keatas. Tapi saya tidak bisa. Saya mencuri lihat keatas dan itu benar benar melelahkan karena saya merasa tak bisa mencapai puncaknya.

Akhirnya kami tiba di bibir kaldera Bromo. Saya diserang rasa khawatir terlebih saat angin beberapa kali bertiup sangat kencang. Mengingat tepian kaldera itu hanya dibatasi pagar yang sudah terkikis disana sini. Ditengah rasa takut dan khawatir saya menikmati pemandangan menakjubkan dari kaldera yang mengepulkan asap. Bahkan sebelum asap menutupi lubang besar itu saya sempat melihat cairan mendidih berwarna kelabu meletup letup. MasyaAllah...

Kami tidak bisa berlama lama diatas karena cukup membahayakan. Sehingga kami memutuskan untuk segera turun. Berbeda dengan perjalanan saat mendaki, perjalanan turun terasa sangat ringan.

Menuju ke lokasi berikutnya, kami tetap berkendara motor dan berjibaku dengan lautan pasir. Sedikit oleng dan diterpa angin berpasir, kami berhasil tiba di sebuah lokasi yang sangat cantik. Dengan hamparan ilalang dan bukit hijau yang menjulang tinggi sebagai latar belakangnya. Kami baru saja mengambil beberapa foto saat tiba tiba angin kencang datang. Berpasir. Maka kami segera melanjutkan perjalanan menuju bukit tabi. haha. Dinamakan bukit teletubies karena bukit tersebut terdiri dari gundukan gundukan yang menyerupai bukit di serial teletubies. Di perjalanan menuju kesana, saya dibuat terpana melihat pemandangan yang sangat indah dan sangat saya dambakan. Pemandangan yang selama ini hanya dalam angan dan saya lihat melalui foto yang tersebar di internet.

Tiba di dekat kawasan bukit tabi, ternyata kawasan tersebut menjadi sebuah destinasi wisata yang tentu saja disana akan dikenai biaya parkir. Ah saya lelah karena setiap kami berhenti disatu kawasan selalu saja ditarik biaya parkir. Padahal di awal saat tiba loket tiket kami sudah membayar biaya retribusi 63 ribu. Di dalamnya sudah termasuk biaya memasuki beberapa kawasan wisatanya. Namun di lapangan kami tetap ditarik biaya. Suami saya menengankan saya yang mulai sesewen "gapapa, mungkin saja dengan hanyabdengan cara itu mereka bisa memperoleh uang." Namun demikian, kami tetap tak menyambangi bukit tabi melainkan hamparan reruputan dan bukit bukit kecil di seberang bukit tabi. Cukup menengangkan karena areanya luas dan kalaupun ada pengunjung lain, jaraknya sangat jauh. Ketika berfoto rasanya seperti sendirian. Hehe.
***

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang dan kami harus menunaikan ibadah sholat dhuhur. Kami meningggalkan kawasan wisata Bromo dan kembali harus melewati tanjakan jalan yang cukup curam. Awalnya suami saya ragu. Namun saya yakinkan, kami bisa. Si Itam pasti bisa.

Kami sudah dihadang tukang ojek bahkan dibuntuti. Itu baik karena jika suatu hal terjadi seperti misalnya motor kami tak kuat digeber, penumpang dibelakang bisa menumpang ojek sampai ke jalan yang sudah cukup aman. Namun dengan kuasa Allah, kekuatan X Ride dan tak tik suami saya dalam mengendarai motor, Alhamdulillah kami berhasil melewati tanjakan tanjakan curam. Fyuh. Bahkan suami saya yang pernah ke Bromo tapi selalu mengambil jalur pulang via Malang, sedikit tekesima. Karena ternyata motor matic kesayangannya bisa memecah keraguannya.

Kami menemukan sebuah mushola kecil. Disanalah kami sholat dhuhur sekaligus rehat sejenak. Setelah usai, kami makan siang dengan semangkuk bakso.

Perjalanan berlanjut melewati beberapa desa yang sangat asri. Kami tiba di wilayah Nongkojajar yang dikenal sebagai sentra penghasil susu sapi. Rata rata penduduknya beternak sapi perah. Hasil dari perahan tersebut biasanya dijual ke koperasi. Di koperasi, susu yang dikumpulkan dari para peternak disterilkan.

Saat kami menyambangi koperasi tersebut, terdapat sebuah truk dengan label Indomilk tengah terparkir di halaman koperasi. Saya menduga beberapa pabrik susu kemasan memperoleh bahan baku dari sini. Saya teringat akan produk susu kesukaan saya, Bear Brand yang label lokasi produksinya terletak Pasuruan. Mungkin saja susu yang mereka kemas berasal dari peternakan Nongkojajar :)

Oh ya sekadar informasi bagi kawan yang mampir ke Nongkojajar dan ingin membeli susu segar, bisa datang ke KSPS Setia Kawan yang berlokasi di Jl. Raya Wonosari Nongkojajar No. 38, Pasarbaru, Wonosari, Tutur, Pasuruan, Jawa Timur. Harga untuk 1,5 liter susu segar hanya 15irbu rupiah. Namun jika 1,5 liter terlalu banyak, jangan khawatir, karena di Koperasi tersedia juga kemasan botol siap minum seharga 9000 rupiah. Selain itu untuk kemasan ini punya beberapa varian rasa buah seperti strawberry dan melon.
***

Perjalanan kali ini sangat menyenagkan tanpa ada hambatan yang berarti. Sebab cuaca sangat cerah dan kami nyaris tak bertemu hujan. Kecuali hanya rintik yang sangat singkat di daerah Pasuruan. Bahkan perjalanan pulang menuju Gresik juga terasa lancar tanpa dihadang macet. Kami benar benar beragkat saat adzan subuh berkumandang dan tiba di Gresik pukul setengah tujuh. Kami bisa rehat sejenak sambil menikmati kue pukis yang kami beli di tepi jalan Surabaya. 10 ribu dapat 20 biji, dinikmati sambil minum susu segar.


Tifanny Lituhayu
Gresik, 12 Maret 2020

Foto foto:














You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling