Pulang
Agustus 01, 2020
Dan lalu...
Sekitarku tak mungkin lagi kini
Meringankan lara
Bawa aku pulang, rindu!
Segera!
Float-Pulang
Selepas dhuhur, semua tas yang hendak saya bawa sudah terisi penuh dengan pakaian. Terutama pakaian saya. Kendati demikian masih ada saja yang tertinggal dan sengaja saya biarkan karena toh tidak muat lagi. Sembari menunggu sore hari tiba dan suami pulang, saya hanya duduk diam mengamati sektiar. Ruangan ini nantinya akan lengang tanpa ada obrolan dan senda gurau tentang kucing seperti biasanya. Atau keluhan soal lauk nasi campur yang itu itu saja.
Pukul empat sore ternyata suami sudah pulang dan itu membuat saya kaget. Saya kira ia akan tiba jam lima sore. Akhirnya saya bergegas mandi dan ganti baju, bersiap untuk berangkat berkendara motor terlebih dahulu menuju terminal Bungurasih Surabaya.
Gara gara pandemi covid, tidak ada bus jurusan Temanggung yang lewat terminal Bunder Gresik. Dengan berat hati saya dan suami harus melewati kemacetan kota Surabaya. Karena esok adalah hari lebaran, jalanan penuh. Barangkali orang orang ini juga hendak pulang kampung?
Menjelang maghrib kami tiba di terminal. Tanpa berlama lama kami langsung menuju tempat dimana bus terparkir. Saya heran mengapa tidak ke loket dulu untuk menbeli tiket?
"Ga usah, langsung ke kondekturnya aja"
Ah saya baru tahu bisa demikian. Hehe. Toh harga tiketnya juga sama sama mahal seperti membeli di loket. Malahan mungkin di loket bisa lebih mahal karena kami sempat bertemu calo.
Kami mendapatkan bus jurusan Surabaya Banjarnegara via Temanggung. Perasaan saya tenang ketika sudah mendapat bangku bersebelahan dengan suami. Sejam yang lalu, saya masih diliputi rasa khawatir, bagaimana kalau ketinggalan bus?
***
Pagi itu kota Temanggung masih terlelap. Masih terlau pagi saat kami memasuki kawasan kabupaten Temanggung. Belakangan karena sering nonton Ekspedisi Kisah Tanah Jawa di Youtube, begitu melewati daerah Kranggan terutama jembatan kranggan, saya sedikit tegang. Meskipun saya sudah pernah mendapat cerita yang sama persis tentang sejarah kelam tempat ini, namun penuturan dari Om Hao sang rekogniser lebih detail hingga pembahasan sosok sosok astral yang bersemayam disana membuat perasaan saya sedikit berbeda. Kendati demikian ada hal positif yang saya dapat dari menonton tayangan semacam itu. Bisa lebih memahami sejarah dan untuk selalu waspada serta mohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala macam bahaya. Hmm...bener kan?
Kondektur bus lupa kalau kami harus turun di depan Telkom Temanggung. Bus yang kami tumpangi kebablasan. Namun syukurlah tidak terlalu jauh dari telkom.
Jalanan cukup sepi dan kami kedinginan. Bahkan hawa dingin kota Temanggung mengalahkan AC bus. Sambil menenteng barang bawaan, kami berjalan membelah pagi yang gelap dan dingin.
***
Akhirnya setelah 7 bulan di rantau saya kembali ke kota kelahiran. Tentu saja saya sangat lega dan bahagia. Kami tiba tepat di pagi hari Idul Adha. Selepas istirahat sejenak, suami saya terbangun mendengar suara gaduh orang orang menurunkan hewan qurban dari mobil pick up.
"mau lihat kesana bentar"
ternyata ia baru kembali selepas dhuhur dengan kondisi bau kambing dan tangan yang lengket. Bersama adik saya, ia barusan menguliti kambing. Katanya itu merupakan pengalamannya yang pertama.
Sedangkan adik saya mendapat sedikit pujian dari tetangga melihat betapa cekatannya ia menguliti kambing.
"pinter banget dek kok bisa sih"
Adik saya hanya tersenyum. Terang saja, baru tahun ini dia berlebaran di rumah semenjak nyantri di Jogja. Selama nyantri, acara idul adha seperti ini merupakan hari paling sibuk. Soal mengurus qurban hingga menguliti hewan qurban tentu sudah menjadi hal biasa bagi para santri. Wah mba bangga banget dek hihi
Jujur saya kaget waktu berjumpa dengannya setelah 7 bulan tak bersua. Rambutnya gondrong, kulitnya kembali cerah dan terlihat lebih ganteng. hahaha... ia kini juga sudah maggang di sebuah perusahaan swasta yang dikelola saudara jauh kami. Namun sampai saat ini ia masih sering mengeluh dan homesick, padahal kantornya di daerah hanya Kaliurang, Jogja. Ah semoga kamu lekas memahami dan dewasa dek. Justru memiliki pekerjaan dimasa seperti ini adalah sebuah berkah. Apapun yang terjadi, jalani, bersabarlah. Allah bersama orang orang yang sabar, nang...
***
Kemarau di Temanggung merupakan keadaan terdingin yang pernah saya rasakan. Rasanya sama seperti ketika di dataran tinggi Dieng. Bahkan saya juga mengalami kepala pusing saking dinginnya. Namun, biar bagaimanapun saya tetap merasa nyaman. Senang bisa memakai sweater dan baju berlapis lagi. Hehe
Hari hari kami di Temanggung sangat santai sembari merayakan lebaran dengan berbagai macam hidangan berbahan utama daging. Namun sayang, ibu dan bapak sedang tidak enak badan. Tentu suasananya jadi kurang semarak. Masakan ibu pun terasa hambar. Sehingga suami saya berinisiatif untuk menambahkan beberapa bumbu agar rasanya pas.
Si adek tetap seperti biasa. Dengan nafsu makannya yang luar biasa itu, dalam sehari ia mengaku telah makan sampai enam kali. Hadeehh. Akibatnya, malam hari ia mengeluh sakit perut dan tak enak badan. -_-
***
Soal karantina di rumah belakang, ternyata kami tidak mempraktekannya. Barang kali kami membandel? Tapi dengan luas rumah bapak dan banyaknya ruangan, kami sudah bisa menjaga jarak. Air melimpah, tidak ada alasan untuk kami tidak rajin cuci tangan.
***
Kepulangan saya ke Temanggung tentu karena kehamilan. Saya ingin dekat dengan ibu agar ibu juga bisa memantau saya. Banyak pelajaran dan nasihat seputar kehamilan yang saya dapatkan. Itu sangat berguna dan demi kebaikan bayi. Soal bahan pangan untuk diolah alhamdulillah cukup tanpa harus keluar rumah.
Sementara saya di Temanggung, suami akan tetap di Gresik. Karena biar bagaimanapun pekerjaannya masih disana. Tentu saja sebenarnya saya tidak mau jauh darinya. Namun semua demi kebaikan bayi. Bukankah ibu hamil harus menjaga suasana hatinya untuk tetap baik? Saya merasa suasana kampung halaman sangat nyaman bagi saya.
Semoga saja kami bisa bersama lagi, menjalani kehidupan rumah tangga di Temanggung. Apapun yang terjadi, kami jalani bersama. Aamiin
Tifanny Lituhayu
0 Comments