Pejuang ASI
Maret 06, 2021Sedari awal kehamilan, saya bercita cita untuk memberikan asi ekslusif pada buah hati kelak. Namun terbersit perasaat khawatir tidak dapat mewujudkan hal itu mengingat ukuran payudara yang kurang proporsional. Ukuran payudara antara kanan dan kiri cukup berbeda. Tak hanya itu, untuk usia wanita dewasa payudara saya jauh dari ukuran normal. Kendati demikian suami meyakinkan, saya pasti bisa memberikan asi untuk bayi kami nanti.
Hari pertama hingga ketiga asi belum juga keluar. Sampai akhirnya Bening harus dirawat inap di rumah sakit, asi yang keluar masih sangat sedikit dan tidak pekat seperti susu melainkan mirip air biasa. Saya sempat frustrasi. Tapi ibu dan anggota keluarga lainnya selalu memberi saran agar saya rajin mengkonsumsi sayuran hijau. Terutama daun kelor dan katuk.
Semenjak saya menyusui Bening, menu makan hanya seputar sayur dengan bumbu brambang salam. Katanya apa yang dimakan oleh ibu akan berimbas langsung pada bayi. Jika sembrono makan pedas, asi juga akan terasa pedas. Pup si kecil pun akan mirip seperti ulekan sambel dan tentu saja anus bayi akan terasa perih. Saya percaya ini. Sebab hari hari pertama menyusu setelah Bening pulang dari rumah sakit, pupnya mirip sekali seperti tumbukan daun. Soalnya waktu itu saya makan daun kelor rebus. Hehe.
Agak membosankan makan makanan tanpa rasa pedas dan selalu menu sayuran berkuah bening. Padahal saya penggemar berat sayur tumis dengan bumbu yang beragam dan pekat. Namun demi si kecil saya harus bersabar. Bahkan mengkonsumsi mi instant saja sepertinya harus dihentikan. Pernah suatu hari saya makan mi rebus rasa ayam bawang. Selang beberapa jam saat saya menyusui Bening, ia tampak gelisah saat menyusu. Kejadian seperti ini sudah terjadi dua kali. Sehingga saya menyimpulkan bahwa mi instant punya imbas yang buruk untuk kualitas rasa asi. Huhu.
Selain menu makanan yang harus terjaga, saya pun berusaha mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat meningkatkan produksi asi atau asi Booster. Sekali waktu suami pernah membelikan dua botol susu oat. Ia juga selalu paling rajin mencari berbagai informasi tentang pemberian asi ekslusif. Saya juga meminum jamu enam kali dalam seminggu. Jamu uyup uyup berwarna hijau dengan rasa yang agak pahit tak jadi soal jika baik untuk asi. Tapi selain jamu, saya punya solusi enak. Beberapa hari yang lalu saya membeli asi booster berupa minuman ekstrak almond dan kedelai dalam bentuk serbuk dengan berbagai varian rasa. Bahkan ia punya pilihan rasa Matcha yang jadi favorit saya ^^
***
Menyusui dan memberikan asi ekslusif ternyata punya banyak sekali cerita dan drama. Terlebih jika itu pengalaman pertama. Saya bersyukur karena lambat laun kepekatan asi saya semakin baik dan sudah terlihat layaknya susu. Namun demikian hingga kini saya masih harus menghadapi rasa sakit dan perih saat menyusui. Terutama dibagian payudara kiri. Karena ukurannya yang kecil saya rasaya Bening perlu bekerja ekstra. Hihi. Namun lidahnya yang kasar membuat puting lecet. Petang ini mulut Bening ternoda darah. Saya sempat kaget. Ternyata darah itu berasal dari puting, bukannya mulut Bening.
Sekali waktu saya pernah demam gara gara merasakan nyeri luar biasa di dada kiri. Setelah malam sebelumnya menahan perih saat menyusu, esok harinya saya mogok menyusu dibagian yang sakit. Alhasil dada terasa keras dan perih. Saya mendadak demam dan menggigil semalaman.
Selain drama perih saat menyusu sampai bikin saya bersedu sedan, drama kecil dialami bayipun juga tak terlewatkan. Misalnya saja posisi menyusu yang kurang pas bisa bikin dia senewen. Posisi yang itu itu saja membuat saya sempat khawatir berimbas pada bentuk kepalanya. Saya sempat stres saat ibu saya berkata bentuk kepala Bening jadi peang gegara miring kanan terus saat menyusu. Lagi lagi saya menangis sambil mengadu ke suami ^^" pernag juga Bening muntah usai minum. Atau cegukan.
Ah banyak sekali cerita bersama Bening. Untuk sesaat ini rasanya ingin Bening cepat besar. Tapi kelak saat Bening sudah besar dan membuat teh sendiri di dapur, momen saat ini pasti akan sangat dirindukan.
Saya ingin berterima kasih kepada ibu. Perjuangan ibu dulu pasti tak jauh berbeda dengan apa yang saya alami sekarang. Terima kasih atas kesabarannya bu... semoga saya bisa seperti ibu.
Tifanny Lituhayu
0 Comments