­

Tentang Ibu dan Hangatnya Keluarga Itu

Desember 14, 2021

 Sabtu petang mas ipar dan istri tiba di Temanggung. Beliau berdua baru saja menghadiri acara pernikahan teman kantor yang diadakan di Cirebon. Sekalian sebelum kembali ke Jawa Timur menyambangi kami terlebih dahulu.

Sama seperti saat dikunjungi om, Bening langsung akrab dengan pak dhe dan tanpa ragu maupun rewel nemplok gitu aja. Hihi. Senang rasanya karena ada bu dhe juga. Ini menjadi kali pertama saya ketemu embak. Sebab sewaktu menikah dulu, embak baru saja melahirkan dan putranya masih berusia dua bulan. 

Sayang, kunjungan kali ini pun juga tanpa anak anak. Qodarullah, sang sulung ternyata terserang tipes tepat saat embak dan mas sudah tiba di Cirebon. Di tengah liburannya di Malang, ia justru dirawat di rumah sakit. Sedangkan si bungsu, berada di Situbondo (rumah mas dan embak) bersama pengasuhnya. Saya yakin mas dan embak sangat kepikiran dan khawatir. Namun embak sangat tegar dan tak menunjukkan kekhawatiran di raut wajahnya. Ia tetap tenang dan mengobrol bersama saya. Meski disaatt jeda, ia kembali memeriksa ponsel memantau keadaan buah hatinya. 

Petang itu setelah tiba, mas dan suami saya langsung gas katanya mau cari roko. Duh tapi sampai pukul sepuluh malam belum juga pulang. Ah laki laki hihi. Namanya juga jarang bertemu, banyak sekali yang diobrolkan. Meski begitu kenapa ya mereka enggan mengobrol di rumah saja. Akhirnya kelak saya tahu, bahwa mas tetap ingin menjaga sang istri dari pembicaraan yang sekiranya tidak perlu di dengar olehnya. Dan saya lihat, embak juga sangat pengertian. Lagi pula dari obrolan kami berdua malam itu, saya cukup tahu bahwa embak bukan tipe perempuan yang suka membicarakan orang lain yang kemudian mencul prasangka terlebih prasangka buruk. Yang saya senangi dari obrolan kemarin, saya mendapat gambaran mengenai sosok ibu dari sudut pandang embak. Selama ini saya hanya mendapat cerita dari suami. Itupun karena saya tanya. Jarang sekali ia bercerita banyak. 

Ibu adalah sosok yang kuat dan senang sekali berbagi. Meski keadaan ekonomi ibu pas pasan dan bahkan cenderung kurang, almarhumah di masa hidupnya selalu menolong orang yang membutuhkan pertolongannya. Dalam mendidik anak pun ibu menggunakan cara yang menurut embak sangat baik. Ibu tidak pernah menjatuhkan mental anaknya. Jika anaknya ketahuan berkelahi, ibu akan menjemput anaknya dan memintanya pulang dengan ucapan yang lembut. Di hadapan teman teman putranya ibu tak memperlihatkan amarah. Ibu akan menasihati putranya setelah berada di rumah. Begitu pula saat putranya pulang terlalu larut. Ibu akan duduk di depan pintu menunggu. Dengam cara cara seperti itu, justru sangat menyentuh dan membuat anaknya berpikir. Kelembutan itu menyentuh hati sang anak. Ibu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk belajar dan membaca tanda. Saya sangat kagum ada ibu. :') entah bagaimana saya menjadi sangat rindu. Salam sungkem untuk ibu, semoga ibu disana mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin. Alfatihah...

***

Pukul sebelah mas dan suami saya pulang. Sebelum beristirahat kami makan malam terlebih dahulu. Setelah makan malam kami mengobrol sedikit. Ini pertama kalinya saya mendapatkan kesempatan duduk bersama dan mendengar wejangan mas. Ahh sebetulnya bukan wejangan juga sih. Hanya pemikirannya, tapi ucapannya sangat kontemplatif. Dibanding mas suami yang agak hemat bicara, mas Ayie punya banyak hal untuk dibicarakan. Yang membuat saya merinding, mas Ayie, mas Erwin dan dek Erwan berada di satu jalur pemikiran. Apa yang dikata kan Mas Ayie pernah saya dengar dari mulut mas Erwin. Apa yang menjadi pemikiran mas Ayie pernah saya baca di caption instagram dek Erwan. Waw. Mereka sangat kompak. Mungkin juga mas Yayan demikian. Namun mas sangat sibuk dan berhemat kata sebagaimana mas Erwin. Mas Erwin mirip dengan mas Yayan, sedang dek Erwan mirip dengan mas Ayie. Wah keempat bersaudara ini sangat kompak. Meski jarang memperlihatkan kekompakan di media sosial masing masing, keempatnya sangat hangat dan terhubung satu sama lain. Kedekatan mereka sangat murni. Itu tentu tak luput dari kehebatan ibu dalam mendidik keempatnya. Ibu pasti dulu juga selalu berdoa dan yakin jika keempat putranya akan selalu menjaga kedekatan. Saat berpamitan pulang, mas mengusap rambut adiknya dengan kehangatan seorang kakak. Ya Rabb saya sangat kagum dengan pemandangan itu. Sebab selama ini saya jarang sekali menyaksikkan hal semacam ini. 

Duduk ngeteh dan beribincang diatas karpet


Yang dapat saya pelajari adalah, tak perlu terlihat mengagumkan dan akrab di media sosial jika ternyata di kehidupan nyata sangatlah berbeda 180'. Menjadi nyata, hangat, dan simpan semuanya. Tak perlu orang lain tahu. Yang terpenting, hubungan baik tetap selalu terjalin baik di keluarga.

Tak perlu terlihat dan dianggap sempurna. Yang terprnting, jalani.  sebaik mungkin.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling