­

Menikmati Berbagai Kudapan Tradisional di Pasar Papringan

Maret 21, 2023

 Sudah 6 tahun berlalu sejak kunjungan pertama saya ke Pasar Papringan (kunjungi juga : PASAR PAPRINGAN TEMANGGUNG: PASAR ANTIMAINSTREAM BERKONSEP "BACK TO NATURE")Pasar tradisional yang diadakan setiap Ahad Pon dan Wage ini tak hanya menarik warga Temanggung tapi juga masyarakat di luar kota bahkan Mba Najwa Shihab. Beberapa waktu yang lalu, ia mengabadikan momen ketika bertandang ke pasar yang diadakan di bawah rindangnya pepohonan bambu di dusun Ngadiprono, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.

Mungkin saat ini sudah banyak pasar yang digelar dengan konsep serupa di berbagai kota di Jawa Tengah. Bahkan di beberapa desa lain di Temanggung juga mengadakan acara yang sama. Namun demikian acara tersebut belum rutin dan terjadwal sebagaimana Pasar Papringan. Sehingga, kemasyhuran Pasar Papringan dan segala daya tariknya masih belum tergantikan.





Banyak hal di Pasar Papringan yang akan selalu melekat di ingatan para pengunjungnya. Lokasinya, alat tukar dengan kepingan bambu, makanan dan jajanan yang khas, kemasan yang ramah lingkungan, serta alunan musik karawitan yang dimainkan secara langsung oleh penabuh dari paguyuban karawitan setempat. Oh ya dan tentu saja, Spedagi dan berbagai produk dari Magno.

Sejak awal bulan mas Erwin sudah berencana untuk pergi ke PasPring. Kebetulan, tanggal 19 merupakan jadwal terakhir sebelum libur bulan ramadhan dan lebaran.

Tidak ada yang berubah dari Pasar Papringan. Semuanya masih nampak sama. Pada kesempatan kemarin mas menukarkan uang 50 ribu dengan 25 keping bambu. Berarti satu keping bambu setara dengan 2000 rupiah. Jika ada yang berbeda dari 6 tahun lalu, mungkin adanya hewan ternak seperti kambing yang pengunjung dapat memberinya makan dengan satu ikat rumput seharga 1 keping bambu. Itulah yang dilakukan Bening. Ada juga marmut yang bisa dibawa pulang dengan menukarkan 8 keping bambu.




Karena belum sarapan kami membeli Gablog Pecel. Gablog merupakan olahan nasi yang campur dengan parutan kelapa dan sedikit garam kemudian ditutu (ditumbuk). Rasanya gurih dan mengenyangkan. Cocok untuk dimakan bersama sayur pecel. Harga sepiring Gablog Pecel hanya 2 keping bambu saja. Kemudian mas memesan kopi arabika dengan sedikit tambahan gula pasir. Kopinya sendiri sudah sangat nikmat. Disana tersedia kopi arabika dan robusta produk lokal. Selain kopi, ada banyak minuman yang dijajakan disana seperti Wedang Pring, Dawet, Teh, dan Jeruk, semuanya di lapak yang berbeda. 




Kami melanjutkan dengan jajan rondo kemul dan yangko. Oh iya. Rondo Kemul merupakan kudapan dari jadah yang tangkupkan dan pada bagian tengahnya diberi gula aren. Sebetulnya di daerah lain penampakan rondo kemul berbeda dari yang ada di PasPring. Harga untuk satu potong Rondo Kemul 1 keping bambu.



Selanjutnya kami membeli secangkir dawet ireng dengan harga 2 keping bambu. Rasanya manis dan ada sedikit aroma nangkanya. Saya menduga ibu penjualnya memang menambahkan sedikit cacahan nangka dalam campuran gulanya atau mungkin dalam dicampur dalam kuali cendolnya. Saya jarang menemui dawet ireng dengan nangka. Namun ini terasa nikmat dan cocok.



Setelah puas jajan kami duduk menyaksikan live music karawitan. Hihi. Saya sangat takjub karena musik tradisional yang mengalun bukan hanya dari rekaman tapi benar benar dibawakan langsung. Penabuhnya mengenakan pakaian tradisonal jawa lengkap. Semoga saja banyak anak muda yang bisa meneruskan kesenian tradisional ini.

Sebelum beranjak pulang kami membeli satu sisir pisang mas dengan harga 6 keping bambu. Pisang mas ini rasanya manis dan sudah matang dengan sempurna. Benar benar hasil kebun yang nikmat. Hehe.

***
Tanpa persiapan mas mengajak kami langsung gas ke Telaga Menjer, Wonosobo. Padahal hari sebelumnya memang sudah direncakan untuk kesana. Namun batal pada menit menit sebelum berangkat ke PasPring. Maka dari itu saya tidak membawa jaket, hanya mengenakan sandal jepit, dan tidak membawa bekal air minum.



Saya sangat menikmati pemandangan disana. Hanya saja karena hari Ahad suasananya cukup ramai. Itu yang membuat mas terlihat kurang nyaman. Terlebih kami tidak punya banyak waktu karena sore hari ada rencana lain yang tidak bisa kami tinggalkan: pertemuan keluarga.

***
Nah sebentar lagi sudah akan memasuki bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir batin dari saya, Tifanny. Semoga kita semua diberi kelancaran dalam menjalankan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan dan selalu diberikan kesehatan. Aamiin

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling