Berpaut
Mei 02, 2024
Sekumpulan percakapan kita membentuk residu yang penuh dalam cangkir. Abu abunya kemarin baru saja aku buang sebelum kau mengucapkan salam perpisahan. Kau membawanya serta untuk dilempar ke tempat sampah. Namun sari pati dari obrolan kita telah mengendap di pikiranku. Bahkan jeda waktu yang hanya sepi, kepulan asap, dan kerlingan matamu memenuhi kepalaku. Segalanya akan menjadi bekalku untuk menghadapi hari hari ke depan tanpa aku bisa mengecup lembut jemarimu.
Aku selalu ingin membenci dan marah kepada siapapun yang dengan leluasa dan punya banyak waktu untuk bisa mendengar langkah kakimu. Melihatmu secara utuh dan mendengarkan suaramu. Aku ingin sekali mencekik leher mereka sampai wajahnya membiru. Aku cemburu. Namun aku urung. Toh yang sanggup mengisi setiap ruang dalam dirimu hingga ke celah celah paling rahasia, kurasa hanya aku? Atau paling tidak dia yang telah kita mohonkan tiap waktu dan kita usahakan siang malam.
Ku harap kau memahami. Segala hal yang terlalu banyak bahkan yang selalu kau beralasan hanya hal biasa rasanya tak bisa kutoleransi jika kau merelakan waktumu untuknya. Waktu... Kau tahu, sesuatu yang terbatas untuk kita dan menjadi rahasia yang tak akan pernah kita tahu benar seberapa.
Kita semua berpotensi menjadi makhluk yang suka berlebih-lebihan. Tanpa kita sadari. Aku tak peduli jika orang-orang bahkan juga engkau menganggapku berlebihan. Membesar besarkan hal hal sepele. Masa bodohlah. Aku kini tak lagi tersesat mengarungi diriku. Aku telah mampu mengetahui diriku sendiri termasuk hal hal absurd yang seringkali lahir dari pikiranku. Jika mereka tak memahami aku, itu bukan sesuatu yang dapat aku kendalikan. Namun bukan mereka yang penting bagiku sekarang. Karena aku telah cukup untuk dipahami olehmu yang meski aku diam pun kau telah menelanjangi isi kepalaku yang bahkan masih terbungkus rapi.
Kau selalu tahu arah pulang. Kau telah mengenali jalan jalan yang mesti kau tempuh tanpa panduan sekalipun. Maka pintu rumah kita yang selalu berderit saat dibuka itu masih selalu menanti untuk kau buka.
0 Comments