Tetes Hujan Terakhir
Mei 10, 2024Sebuah patahan di dasar laut telah mengguncangkan daratan. Menyurutkan gelombang sebelum menciptakan gelombang lain yang maha besar. Menghantam apa apa saja di daratan, segala galanya runtuh. Sepeninggal gelombang besar itu tersisa sepi. Kemarau menjerang luka luka yang masih terbuka. Perih dari hari ke hari. Andai saja aku mampu menjelma hujan pertama selepas musim kemarau panjang. Namun aku hanya menjadi tetes terakhir di penghujung musim hujan. Sambil berharap, semoga tetes ini Dia ubah menjadi serupa oase di padang gersang. Ah namun keterlaluan aku punya harapan itu.
Aku setetes hujan terakhir di permulaan musim kering yang ternyata jatuh di tengah jaladri. yang tersembunyi dalam dirimu. Menerima setetes yang tiada berarti ini.
Pada tepian pantai yang tenang kita rakit lagi perahu. Dari bilah bilah perasaan yang kita bentuk ulang perlahan. Tanpa ada satupun paku yang mesti ditancapkan lagi, untuk merekatkan susunannya. Sebab aku tahu kita terlalu lelah untuk merasakan pukulan dan kegaduhan yang ditimbulkannya. Percayakan saja pada bilah bilah perasaan itu yang kan kita susun dengan saksama. Saling mengisi saat tiap sisinya direkatkan. Satu bilah papan tak akan jadi bilah lain, mereka punya peran dan bentuknya sendiri.
Saat perahu itu telah terapung...
Sisa perasaan yang masih kelabu kita larung
Berganti dengan perasaan lain yang baru...
Yang kan kita jaring saat perjalanan nanti
Kembali kita berlayar pelan...
now playing: Reruntuh - Kembali Kita Berlayar Pelan
0 Comments