Senja di Sekar Langit
Desember 03, 2016Rasanya seperti mimpi. Itulah yang saya rasakan saat ada hal hal menyenangkan tiba tiba datang ditengah keadaan melelahkan dan pelik. Alloh memang Maha Adil. HambaNya tak mungkin dibiarkan diterpa keadaan yang selalu membuat sedih dan lelah. Ada saatnya hal menyanangkan terselip diantaranya. Membuat kami melupakan sejenak beban beban yang kami pikul.
Sungguh suatu kejutan meski saya tak tahu kisah di balik pulangnya kakak dan keponakan saya ke Temanggung. Hal yang saya tahu saat saya pulang kuliah minta jemput ibuk, alhamdulillah yang datang lebih dari yang saya harapkan. Bapak, kakak dan keponakan (tanpa ibuk karena ibuk sedang memasak di rumah). Saat itu petang sudah mulai turun dan saya baru saja selesai kuliah. Sembari menunggu jemputan saya mampir ke bazar buku murah di samping aula kampus. Saat saya tengah asyik melihat lihat buku disana tiba tiba saya seperti mendengar seseorang memanggil saya. Ternyata kakak dan ponakan saya. Akhirnya kakak mengizinkan saya mengambil satu buku yang saya inginkan dan ia yang membayar buku itu. Terimakasih.
Usai sholat maghrib kami segera pulang ke Temanggung. Perjalanan cukup lancar. Saat memasuki kabupaten Temanggung bapak menawari..."arep mimik sing anget-anget ra? Ronde?— mau minum yang hangat hangat ga? Ronde?"
Kami berempat menuju warung tenda di daerah Rolikuran. Diasana banyak warung tenda salah satunya warung tenda yang menjual minuman ronde yang bisa dibilang sangat legendaris. Warung ini sudah ada lebih dari 20 tahun. Dan semuanya masih sama. Tenda, kursi, gerobak, meja, toples kaca berisi keripik paru, emping, gorengan, dan semua citarasa makanan yang ada disana tak bergeser sedikitpun. Tetap nikmat seperti yang saya kenal dan icipi pertama kali. Saya tam ingat persis kapan pertama kali saya kesana. Yang saya ingat saat itu saya masih TK. Kini saya sudah berusia 21 tahun dan warung ini masih sama. Tidakkah ini membuat saya merasa kagum?
Menyantap ronde dan gorengan hangat memang nikmat rasanya. Rasa hangat menjalar dari kerongkongan hingga ke perut. Nyaman sekali. Sesampai di rumah saya mandi air hangat. Setelah itu saya beristirahat.
...
Sabtu siang ibuk mengajak kami semua pergi ke Grabag mengunjungi rumah salah seorang teman beliau dulu semasa SMA. ibuk mengatakan bahwa rumahnya hampir berdekatan dengan tempat wisata air terjun Sekar Langit. Saya tertarik untuk ikut dengan harapan bisa mampir ke tempat wisata itu.
Setelah berbincang selama hampir 3 jam, kami pamit kemudian menuju tempat wisata. Meski sudah sore, sedikit hujan, kabut dan dingin bapak bersedia mengantarkan. Katanya sih demi mengobati rasa penasarannya si Fany. Hehe. Terimakasih, pak.
Tak disangka setelah melewati loket, jalur ke air terjunnya cukup jauh. Yah seperti wisata air terjun lada umumnya. Namun jalurnya sudah sangat rapi dan cukup aman. Kami seperti berada di tengah hutan. Terkadang kami memasuki kawasan yang penuh dengan pohon bambu. Rasanya sudah seperti liburan di Jepang saja. Hihi.
Kami berjalan cukup jauh. Sampai pada akhirnya sudah hampir dekat di lokasi utama. Tempat dimana aor terjun itu berada. Namun sayangnya saya tidak bisa melanjutkan perjalanan. Jalan menuju air terjun itu masih harus melewati jembatan kayu dan tangga. Bukan masalah sebetulnya. Yang jadi masalah adalah hari sudah sore dan kedua orang tua saya sudah mengajak putar balik untuk pulang. Saya tidak bisa membantah daripada hal buruk terjadi. Meski kecewa saya sudah cukup puas dengan berjalan jalan menyusuri hutan itu. Berfoto bersama. Jalan berdua bersama kakak meskipun kami hanya bisa terdiam. Tak ada percakapan. Hanya suara langkah dan nafas kami.
Alhamdulillah. Ditengah perasaan kalut ini saya masih bisa merasakan kebahagiaan. Sungguh akhir pekan yang menyenangkan.
0 Comments