Menepi dalam Pikir
Juli 18, 2018"Kau mesti kuat..."
"Aku tahu."
"Kau harus disini, bertahanlah..."
"Aku ingin pulang saja."
"Pulang katamu? Apakah aku punya rumah dan apakah kau diterima disana?"
Lama aku terdiam. Pertanyaan itu berhenti menggantung di udara. Pertanyaan yang tak bisa aku beri jawaban. Sebab pertanyaan itu lebih seperti retoris. Tak butuh jawaban karena semua telah jelas. Aku tak punya rumah dan jika aku kembali ke tempat yang dulu aku sebut rumah, entah apakah aku masih diterima atau tidak. Kurasa tidak. Masih ada ketegangan yang entah akan sampai kapan semua berlangsung. Seperti tak kan ada ujung.
Sebuah percakapan dengan diriku sendiri. Tanya dan jawab yang terjadi dalam pikiranku. Terkadang aku menepi dari hiruk pikuk pikiranku sendiri. Mencari ruang di dalam pikiran dan bertanya jawab. Berkeluh kesah atas apa yang dirasa.
"Aku hanya ingin pergi."
"Sampai kapan kau akan lari seperti ini?"
"Setidaknya aku mempunyai tempat untuk diriku sendiri."
"Apa kau mampu?"
"Setidaknya aku berdiri dengan kakiku sendiri, bertanggung jawab atas diriku sendiri."
"Aku bertanya apakah kau mampu dan dapat memulainya?"
"Entahlah."
Sekali lagi...semua menggantung lagi diatas kepalaku. Apa aku mampu membuat sesuatu yang baru untuk hidupku sendiri? Salahku aku tak memiliki hati yang kuat. Salahku aku tak bisa berbuat apa apa.
"Aku ingin duduk di tepi pantai."
Bagian dari diriku yang lain tak menjawab dan menanggapi apa apa. Itu artinya bagian bagian dari diriku telah bersatu lagi. Sepakat dalam satu kalimat. Sepakat dalam satu rasa. Ingin berada di tepi pantai. Terdiam saja tanpa ada dialog. Biar alam saja yang saling berdialog. Menampilkan sebuah drama tanpa kata namun sarat akan makna.
"Hei..."
"Ya...?"
"Untuk sesaat ini bertahanlah..."
"Mampukah aku?"
Menggantung lagi di udara. Lantas aku berdiri. Berlalu.
0 Comments