Di Kota Asing

Maret 11, 2019


Apakah mungkin kita akan memulai sebuah kisah di kota ini? Hal hal yang sama sekali asing buatku. Dan hal hal yang meski tak begitu asing untukmu akan menjadi babak baru dalam hidupmu. Kita yang telah saling bertegur sama meski hanya lewat pesan singkat, tapi setidaknya kita melalui rentang waktu sekian tahun ini dengan sesekali bertukar kalimat. Menanggapi sesuatu yang terlintas di fitur sebuah media sosial kita.

Aku hanya mendalamimu lewat tulisan tulisanmu. Lewat pemandangan yang kau bidik lewat kameramu. Dan sesekali dengan begitu isengnya aku mencoba dengarkan daftar putar lagu lagu yang kau sukai. Aku mengenalmu hanya sebatas itu dalam diamku. Menyeret dirimu dalam sebuah percakapan yang lebih intensif sungguh bukan keahlianku kini. Semenjak aku beranjak jadi perempuan berusia dua puluhan, kini aku merasa malu bila teringat dulu kala sering aku yang membuka obrolan. Kini aku tak lagi punya keberanian. Namun saat aku tahu engkau berada disini, di kota rantau yang juga kusinggahi, aku seakan menemukanmu kembali. Bagai sebuah jarum yang telah lama hilang ditumpukan jerami. Jarum itu kini di depan mata.

Aku membayangkan sebuah hari dimana kita berada dalam satu gerbong kereta. Kau mempersilakan aku duduk sedangkan kau berdiri dihadapanku. Kau tersenyum padaku tak mengatakan apapun. Dan tat kala kereta telah sampai di stasiun yang kita tuju, kau merai telapak tanganku dan kau genggam. Kita berjalan keluar bersama arus orang orang asing. Kau terus menggenggam erat tanganku hingga sekitar kita mulai lengang.

Kau bercerita tentang banyak hal. Tentang berbagai pemikiranmu entah itu tentang sebuah buku yang kau baca. Atau sebuah film yang baru saja kau tonton semalam. Mungkin juga tentang sebuah lagu yang hendak kau perdengarkan kepadaku. Lalu kau tersenyum. Tanganmu yang gemetar tipis ku raih dan ku genggam. Ku tatap wajahmu. Disanalah aku menjumpai sebuah rupa yang terpengaruh oleh rupa rupa yang bukan seperti diriku yang sepenuhnya Jawa. Alismu yang tebal, hidungmu yang mancung, dan sorot matamu yang sedemikian itu. Aku begitu payah menggambarkanmu dalam kata kata. Di darahmu mengalir darah moyangmu yang beliau adalah orang Yaman.

Akankah kita bertemu di kota ini? Lamunanku buyar oleh gemuruh guntur. Ada kepentingan apa kau di kota ini aku belum mengerti. Hujan turun dan aku masih diliputi tanda tanya.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling