Yang Terjadi Di Pagi Hari
Maret 06, 2019Sudah dua hari terakhir ini hujan turun usai waktu subuh dan terus bertahan dengan intensitas sedang hingga pukul 8 pagi. Atau mungkin 7.30. Saya menandai bila hujan sudah bertabiat seperti ini, maka itu artinya sebentar lagi ia akan undur diri dan musim kemarau akan segera mengambil alih. Hujan bertingkah seperti awal musim penghujan. Datangnya pagi pagi. Ah ya... kalian tak perlu memperdebatkan ini. Ini hanya saya saja yang membaca tanda dan merangkainya sendiri. Tidak berdasarkan perhitungan yang rumit apalagi ilmiah. Hanya membaca situasi seperti yang sudah sudah. Tapi ini bulan Maret, bukankah memang sudah waktunya bagi hujan untuk pamit?
Hujan di pagi hari mungkin akan membuat sebagian orang sedikit enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Memulai lagi aktivitasnya, menjejak tanah basah dan membelah hujan. Memang udara disini tak terlalu dingin. Cenderung hangat dan lembab. Jika duduk, minum teh, sambil membaca buku boleh jadi pilihan, siapa yang sanggup menolaknya? Memandang hujan dari balik jendela tanpa harus beradu langsung dengannya. Hehe.
Semenjak ketibaan saya di kota ini, saya belum lagi beranjak keluar. Sebab semua kebutuhan sudah terpenuhi disini. Saya teringat saat tiba disini setelah turun dari bus. Jalanan langang. Kendati demikian masih cukup banyak angkutan umum, ojek dan taksi daring yang beroperasi. Agak khawatir dengan situasi pagi itu. Sebab suasana masih gelap. Namun saya lebih memilih untuk membuang ingatan akan berita berita kriminal yang sering saya dapati dari televisi, terjadi di kota ini. Untung saja waktu itu hujan tak turun. Dengan langkah yang dimantap mantapkan saya menepi dan segera memesan taksi daring. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya saya bisa duduk dengan tenang diantar ke tempat tujuan. Tak banyak obrolan. Sebab saya juga sedang taj berminat mengobrol. Hanya ketika sudah sampai gang depan rumah saja obrolan mulai terbangun.
Dari Jawa? Namanya kok ga kaya orang jawa ya?
Pengemudi taksi itu menyampaikan apa yang ada dibenaknya soal nama. Mungkin baginya nama perempuan Jawa itu berada di lingkaran: Lastri, Sekar, Rahayu, Sri, dan sederet nama yang lebih menampilkan identitas Jawa nya. Sedangkan Tifanny?
Ada beberapa hal yang tak ingin saya ungkap melalui nama. Biarlah singkat saja nama itu dan tak terlalu akrab bahkan dengan keseharian saya. Saya gunakan hanya untuk menggenapi data yang diminta oleh sejumlah akun yang saya pakai. Tifanny. Sebatas itu saja yang saya izinkan untuk mereka ketahui. Tak perlu lebih.
Depok, 6 Maret 2019
0 Comments