Dimana Air Mata
Maret 09, 2019Aku ingin sekali menangis. Entah sebab apa aku ingin melakukannya. Terkadang akan ada saatnya aku ingin menangis tanpa sebab apapun. Tapi jika tak memiliki alasan, akan sulit bagiku untuk melakukannya. Menyayat dan sesak di dada. Sedih akan kehilangan sudah berlalu dan aku telah mengikhlaskannya. Bila sedih karena rindu, aku telah bersepakat pada diri sendiri dan pada seorang yang membuatku rindu untuk tetap tegar menghadapi ini. Memang benar rindu hanya punya satu penawar yakni bertemu. Namun bila waktu dan kesempatan belum membukakan jalan, kami sepakat untuk bersabar. Bukan karena rindu aku ingin menangis.
Ada perasaan tak nyaman. Ada kegelisahan yang tampak seperti kabut. Tak seberapa pekat tapi cukup mengganggu. Oleh karenanya aku merasa sesak. Aku masih ingin terisak. Tapi tertahan di ujung tenggorokan. Apa yang salah? Bila saja aku punya alasan untuk saat ini tersedu. Sungguh air mata jadi sebuah sungai yang kan mengalir menuju muara. Muara itu adalah kelegaan. Aku mencari muara rasa itu.
Ketika sesak makin menyiksa dan tangis tak bisa dipecah aku mulai memandang segala sesuatu dari sisi melankolisnya. Jika tadinya aku menolak untuk menjadikan rindu sebagai alasan untuk ku menangis. Kini aku melihat rinduku ini adalah perasaan yang sangat menyedihkan. Aku merindukan beberapa orang dan beberapa peristiwa. Aku hanya ingin menepi dan dipeluk sunyi. Meresapi segalanya dalam keheningan. Aku hanya ingin menangis. Sekali ini untuk selanjutnya aku kan tersenyum lagi.
Aku hanya ingin menangis. Tapi bagaimana?
0 Comments