Malam dan Sang Pelantur (2)
Juli 15, 2019Semuanya pernah terekam dalam memori. Namun waktu membuat ingatanku menjadi tumpul. Satu persatu hilang dan hanya jadi pendar cahaya yang temaram. Mengabur, aku tak dapat mengingat apa yang terjadi disana. Namun getar suaranya aku masih selalu terngiang. Tapi hari ini apakah aku terlalu batu. Sehingga aku tetap bergeming meski alirannya melewatiku. Aku hanya mampu memberikan sedikit belaian. Menyandarkan kepalaku di bahunya. Sekian tahun ini begitu kuat menahan dan melewati segalanya. Segala bentuk terpaan pernah ia hadapi.
Apakah aku akan menjadi seperti mereka yang kelak juga harus pergi untuk menjalani fase hidupku yang herikutnya. Tapi aku pergi bukan karena ingin meninggalkannya. Entah skenario macam apa yang Tuhan berikan pada ku. Mengapa Dia memilihku untuk menjadi aku yang selalu bertahan disini. Seolah enggan pergi. Tapi sejatinya takdir pulalah yang menambatku.
Malam ini aku adalah pelantur. Seperti malam kemarin dan dulu. Selalu saja aku melantur. Tapi malam ini aku ingin melayang layang jauh berdialog dengan diriku sendiri. Saling melempar tanya pada aku yang ini, aku yang itu menjawab, dan aku yang disana menyimak. Malam ini dimana semua air mataku? Mungkin air mataku sudah tiada lagi.
0 Comments