Tak banyak cerita yang kau kisahkan. Memang karena tak banyak waktu untuk kita saling bertatap muka. Masing masing dari kita menjalani hari yang sama dengan kisah yang berbeda. Namun apa yang aku disini dan kau jalani disana,  sebenarnya tengah menuju satu tujuan yang sama. Kita seperti rel kereta api yang bersejajar tapi tak bertemu diujungnya. Karena masih sama sama membuat jalan untuk menuju ke persinggahan. Kapan kita akan mencapai titik itu? Nanti kita saling bersinggungan. Namun sebenarnya aku telah lama singgah dan menambatkan diriku padamu. Hanya saja yang tertambat itu baru perasaan dan fikirku. Sedang tubuhku masih berada jauh. Untuk itu mengapa kita masih seperti rel kereta api. Tapi nanti suatu hari kita akan buat kereta itu berhenti melaju ya, sebab relnya telah saling menyatu.

Kisah kisah yang kita simpan dalam hati, terus kita tumpuk dalam batin. Sembari kita berkata pada diri, nanti akan aku ceritakan padamu jika kita bertemu nanti. Sayang waktu yang kita punya untuk bersua pun hanya sejenak saja. Belum sempat aku bertanya. Apalagi kau tentu tak sempat untuk bercerita. Kita harus menunggu. Sabar lagi sebentar. Kelak waktu yang kita punya akan sangat banyak sampai kita mungkin akan kehabisan kata. Lalu hanya saling memandang. Di raut wajah kita berdua ada banyak kisah yang tak pernah selesai untuk dibaca.

Pernahkah kau bosan membaca pesanku yang berisi: aku rindu kau. Ataukah kata kataku itu lambat laun telah menjadi candu. Kau selalu ingin mendapatkannya dariku. Rindu, adalah keseharian kita. Hanya kalimat kalimat yang telah kau hafal diluar kepala dan ungkapan ungkapan rasa yang kita telah ketahui. Bahkan tanpa diungkap pun kita mengerti. Namun semua itu menjadi penghubung antara kita yang terpisah jarak ini.

Tifanny

Temanggung, 6 Juli 2019