Acara TV Semalam
Oktober 29, 2020Seorang wanita berkacamata dan berambut pendek itu berbicara dengan lacar dan tegas. Saya benar benar kagum dengan sosok kak Asfinawati, direktur YLBHI yang semalam saya tonton di Mata Najwa. Saya sering kali menghindari tontonan seperti ini karena tak kuat melihat orang orang berdebat. Maklum, sebagai orang yang memiliki kencendrungan untuk menghindari konflik, perdebatan seperti itu membuat saya alergi. Namun sesekali malam itu saya duduk dan mengikuti setiap segmen acaranya bersama suami. Ia tampak tenang dan sesekali mendengus tak puas atau seperti ejekan saat mendengar argumen yang berbelit belit dari salah satu narasumber malam itu. Sementara, justru saya yang berapi api dan menonton dengan cukup emosional. Ah acara ini, pantas saja jadi kesayangan banyak orang terlepas dari sang pembawa acaranya, yang memang paling dikagumi. Hehe.
Saya benar benar salut dengan tim Mata Najwa yang mampu menayangkan sebuah tayangan berbeda. Disaat televisi lain hanya latah bicara soal itu itu saja. Menyoroti hal yang tak penting tapi dibuat penting. Sementara, hal yang seharusnya masyarakat tahu justru ditenggelamkan. Malam itu, Mata Najwa menayangkan sebuah video dengan rangkaian waktu mengenai siapa sebetulnya perusuh dalam aksi demo tolak UU Cipta Kerja tempo hari. Jawabannya? Ya tentu masih kabur tapi itu cukup untuk kami berfikir. Tentu, bukan mahasiswa.
"Nih seharusnya mahasiswa nonton yang beginian, jangan nontonin tiktok mulu"
Suami saya berkata demikian. Yah, harusnya. Tapi saya yakin di luar sana benyak mahasiswa yang sudah melek persoalan semacam ini dan terus mengawalnya. Namun sayang, apa yang ditayangkan televisi perihal demo kemarin seperti mencoba mencuci otak orang tua agar anak anaknya tidak ikut demo. Mencitrakan pada para orang tua, demo itu rusuh, demo itu urakan, demo itu bikin kerusakan.
Tak perlu jauh jauhlah, adik saya yang saat ini juga merupakan mahasiswa tingkat pertama sepertinya masih belum terlalu peduli. Sedangkan orang tua saya, yah seperti yang saya tulis diatas. Telah sampai pada tahap : nak jangan ikutan demo. Tidak boleh ikut ikutan.
Awalnya saya juga tak ingin kehidupan saya yang tenang ini terusik. Boro boro ikut demo. Berkehidupan tenang saja sudah syukur. Namun sebagai manusia tentu rasa empati, simpati itu masih ada kan. Mungkin saya tidak bisa melakukan apa apa dan jauh dari sosok seperti kak Asfina. Maka saya hanya bisa berpesan,
Hati hati, jaga diri, jaga temanmu dikanan dan kiri, depan dan belakang. Saling jaga ya...
saat Suami saya berpamitan mengikuti demo kemarin di Yogyakarta.
Lagi pula, jika hanya diam saja kehidupan tenang yang saya dambakan mungkin saja akan semakin jauh dari jangkauan...
Tifanny Lituhayu
0 Comments