Memperbaiki Rumah
Oktober 23, 2020Seandainya saja ini hari libur. Saya ingin sekali membantu mengamplas tembok yang sudah berjamur sebelum melapisinya dengan cat. Setidaknya sudah hampir 18 tahun atau mungkin 20 tahun rumah bagian belakang tidak lagi di tempati oleh kami. Eh... tentu saja dikurangi 2 tahun (saya rasa) dan beberapa bulan saat ada orang lain atau tetangga mengontrak rumah ini. Yang pasti, rumah ini jarang sekali di tempati meski sesekali kami masuk dan menaruh beberapa perabotan disana. Namun untuk bermalam dan beraktivitas, sudah sangat jarang.
Bangunan yang sudah jarang di tempati lambat laun akan rusak. Dinding dan atap, tahu tahu sudah berjamur dan berlubang. Setelah dua minggu lalu kami sempat beberes dan membuang barang barang yang tidak diperlukan, suami mencoba untuk mulai merawat dinding. Mula mula ia kelupas semua dinding yang permukaannya bergelombang dan berjamur, kemudian diplamir. Awalnya kami kira setelah itu bisa langsung ditimpa cat baru. Namun ternyata dinding harus diamplas terlebih dahulu dan dilapisi cat dasar. Saya terperangah karena tahapan itu harus diterapkan di seluruh dinding rumah. Lebih lebih suami saya memilih untuk melakukannya sendiri ketimbang memanggil tukang. Ia akan memanggil tukang nnti saja untuk memperbaiki atap yang berlubang.
Saya tidak sabar untuk menata dan mendekorasi rumah. Tentu saja, kami berdua sudah berkomitmen untuk tidak terlalu banyak memiliki barang. Meski kenyataannya belum apa apa, rumah ini sudah terasa penuh. Ada beberapa kardus berisi buku milik bapak dan sofa sofa besar yang sebenarnya ini sangat menjengkelkan. Desainnya terlalu kuno tapi tak estetik, memakan tempat dan bahkan sudah rusak. Namun kami pasrah saja daripada memicu konflik. Sebab perabotan itu milik bapak ibu. Meski sebetulnya sudah tidak lagi dipakai, tapi karena alasan sentimental, beliau berdua masih menyimpannya. Tempo hari usai membongkar lemari dapur yang sudah bobrok, bapak terlihat tak rela dengan mengatakan, bahwa dulu lemari itu dibuat dengan tetesan keringat dan air mata. Hadeehh... kalau sudah rusak dan bobobrok mau bagaimana lagi, pak? malah hanya jadi sarang penyakit dan serangga aneh yang membuat saya paranoid. Sampai saat ini kami belum membuangnya dan masih teronggok di halaman. Sangat menyebalkan, tapi lihat saja nanti. Pokoknya semua harus beres!
Semoga saja semuanya sudah beres saat bayi lahir. Kami bisa menempati rumah bersama, meletakkan barang seperti yang kami ingin, menempatkan peliharaan ikan di tempat yang layak, bercocok tanam, mendekorasi ruang kerja, merapikan dapur, hehe. Saya senang membayangkan itu semua. Semoga kami memiliki rezeki yang cukup untuk mewujudkan semua itu. Aamiin. Dan semoga niat ini menjadi sebuah niat baik yang tulus dan Allah meridhoi. Jika saja ada makhluk Allah yang sempat mendiami ruangan ruangan rumah ini semoga berkenan segera mencari tempat lain. :)
Tifanny Lituhayu
0 Comments