Mencari Ketenangan Dalam Secangkir Teh

Juni 14, 2020

Sudah mulai jenuh karena di rumah saja? Ada banyak cara untuk menghilangkan kejenuhan dan stress akibat berita buruk terus muncul di halaman sosial media serta tekanan pekerjaan yang masih sama berat tapi tidak kunjung punya agenda untuk sekadar melepas penat di akhir pekan dengan pergi berlibur. Jujur itu semua adalah pengalaman pribadi saya. Maka beberapa waktu belakangan ini saya mencoba menikmati hal hal di sekitar. Beranda kecil, jendela yang pemandangannya hanya tembok, lantai dua yang hanya mengagumkan saat sore, tingkah lucu 3 burung peliharaan, dan mengamati proyek bercocok tanam milik suami yang masih dalam proses pembibitan. Maka sekadar untuk menghadiahi diri sendiri yang sudah bertahan hingga hari ini saya membeli beberapa jenis teh.

Sebetulnya semenjak tahun lalu saya sudah mulai tertarik untuk bisnis berbagai teh bunga atau teh herbal. Namun sayangnya saya masih kurang memiliki banyak waktu untuk mencari suplier yang tepat dan masih terkendala dalam menyusun strategi pemasaran. Semua itu boleh lah dirangkum dalam: belum niat betul. Hehehe. Jadi untuk saat ini saya akan belajar terlebih dahulu mengenal jenis jenis teh dan menambah pengalaman.

Saya baru paham ternyata ada istilah Tisane. Tisane atau yang lebih kita kenal dengan teh herbal merujuk pada tanaman atau bagian bagian tanaman yang dapat dijadikan minuman dengan cara diseduh seperti teh. Tidak hanya daun, tisane bisa berasal dari bunga, batang, biji, akar, atau buah yang telah melalui proses pengeringan. Kira kira apa saja yang bisa disebut sebagai tisane? Yap pasti kawan sudah umum mendengar teh bunga krisan atau chamomile? Ternyata kita tidak bisa menyebutnya dengan sebutan teh atau tea dalam bahasa inggris. Khususnya dalam urusan pertehan. Halah. haha. Karena teh sendiri merupakan sebuah nama untuk daun yang selama ini telah kita kenal sebagai teh itu sendiri atau tanaman yang bernama latin Camelia sinensis. Kendati demikian menurut Ivan Lanin dalam salah satu episode podcast Coming Home with Leila Chudori mengatakan bahwa sifat Bahasa Indonesia sangat berbeda dan tidak terlalu memusingkan penyebutan kata seperti halnya yang berlaku dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh adanya perbedaan dalam menyebutkan bahasa, nama negara, dan sebutan bagi warga negara tersebut. Di bahasa Indonesia kita tidak mengenal aturan semacam itu. Wow... kok jadi melantur begini ya haha. Ya sudah tidak apa apa anggap saja sebagai sekilas info :D

Kali ini saya ingin mengulas tisane yang pernah saya nikmati beberapa waktu yang lalu. 

1. Butterfly Pea (Bunga Telang)
Bunga telang adalah jenis tanaman merambat yang sebetulnya tergolong sebagai tanaman liar. Bunganya berwarna biru keunguan. Untuk dijadikan minuman, bunga telang harus dikeringkan terlebih dahulu.

Rebusan bunga telang kering menghasilkan warna biru yang sangat cantik. Bila ditambahkan perasan lemon, ia akan berubah warna menjadi ungu. Kendati warnanya yang cenderung mencolok, seduhan bunga telang tidak menghasilkan aroma atau rasa apapun. Jadi sangat cocok digunakan sebagai pewarna alami untuk membuat makanan. Misalnya membuat kue atau pudding. Bisa juga disajikan menjadi teh latte, float, atau ice cream.

Saya pribadi kurang suka karena teh bunga telang tidak memberikan cita rasa yang kuat saat disruput. Lebih baik jadi bahan tambahan saja.


Dokumen Pribadi: Teh telang

Dokumen Pribadi: teh telang dengan perasa lemon warnanya menjadi ungu



2. Chamomile
Uap seduhan  bunga chamomile menghasilkan aroma yang unik dan menenangkan. Untuk rasanya cukup ringan. Maka tak heran jika tisane chamomile diklaim dapat memberikan ketenangan dan mengatasi insomnia. Saya cukup menyukai seduhan chamomile terlebih jika ditambah dengan madu. Rasanya akan jauh lebih nikmat

dokumen pribadi: Chamomile

3. Chrysanthemum
Bunga krisan punya bentuk yang sangat cantik dan tentu bagi kaum wanita akan sangat senang jika dihalaman rumahnya tumbuh bunga krisan. Ternyata selain cantik ia juga punya manfaat untuk kesehatan tubuh. Seduhan bunga krisan kering dapat mengatasi panas dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Pertama kali minum seduhan teh krisan awalnya yang sudah berupa granula. Saya cukup langganan mengalami stomatitis aftosa. Jadi bapak menyarankan saya untuk minum teh krisan. Aromanya agak aneh seperti semut. Rasanya melegakan saat teh krisan mengenai sariawan saya. Panas sedikit perih tapi setelahnya jadi nyaman karena rasa sakitnya berkurang. Tahun lalu saya mencoba teh krisan dari bunga kering yang asli. Aromanya tak jauh berbeda dari yang berbentuk granula. Hanya saja lebih kuat. Untuk rasa hampir mirip dengan chamomile. Lebih nikmat memang jika ditambah madu atau gula batu. 

Bagi yang kurang menyukai aroma yang sedikit aneh dan rasa yang tak lazim mungkin akan kurang suka. Kalau saya pribadi meski bisa menerima aroma dan rasanya, tapi saya lebih suka menikmatinya sesekali saja. Mungkin ketika sedang sangat lelah, tidak enak badan, atau sedang pilek. Hehe

sumber: google.com | teh krsan yang pernah saya nikmati merupakan jenis kunlun snow yang berasal dari negri Tiongkok 

***
Kebiasaan minum teh saya dapatkan dari mbah uti dan bapak. Mbah uti biasanya akan meluangkan waktu selepas subuh dengan menikmati segelas teh dan kudapan ringan. Saya masih ingat saat saat minum teh bersama mbah uti di meja makan. Kudapan kesukaan mba uti adalah gethuk bertabur parutan kelapa yang gurih. Bahkan saya ingat bagaimana mbah mengunyah gethuk dan seakan gigi palsunya nyaris copot hehe. Selain ngeteh di rumah, mbah juga mengajak saya berkunjung ke rumah tetangga kampung sebelah. Disana beliau berdua mengobrol ringan sembari minum teh. Saya yang masih kecil dan tidak tahu apa apa soal pembicaraan itu di persilakan duduk di kursi dan meja kecil yang diatasnya ada secangkir teh. Tak lupa juga kue kering dalam toples.

Bapak dan ibuk sama halnya dengan mbah uti. Meluangkan waktu dipagi hari selepas subuh juga. Semuanya sama. Kami bercerita dan berdiskusi ringan, sesekali mendapat petuah juga dari bapak.

Saya rasa teh adalah teman yang cocok untuk sejenak bersantai melepas penat dan menyatukan anggota keluarga untuk bercengkrama karena cita rasa teh cocok untuk semua kalangan.

***
Saya berencana untuk membagi pengalaman saya dalam minum teh maupun tisane melalui blog ini. Untuk itu sampai bertemu di tulisan selanjutnya ya, karena akan ada ulasan tentang ketiga teh yang saya beli minggu lalu.

Tifanny Lituhayu

You Might Also Like

3 Comments

  1. Sekalipun banyak ngomongin Tisane (Teh Herbal), saya taunya cuman Sari Wangi, Sari Murni, sama Teh Murni cap Naga. Saya tidak begitu fasih soal teh sih, tapi saya ingat pernah kepikiran nyobain teh yang dibikin langsung dari perkebenan teh karena nonton sinetron Heart.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe tidak apa. Wah itu ide bagus. Atau barang kali bisa coba nyobain teh hijau. Rasanya mungkin sama sama segar dg teh yg dibikin langsung di perkebunan :)

      Klo di shopee teman sy pernah kasih saran beli di seduh tisane

      Hapus
    2. Wah, kayaknya worth to try. Noted, mbak.

      Salam kenal, sebelumnya 😁

      Hapus

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling