Ekspektasi vs Realita
April 02, 2021![]() |
duet karbo (gambar dari sini) |
Kata dokter Ade Hasman dalam bukunya yang berjudul Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Nadjib, dunia ini dipenuhi dengan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Senada dengan pernyataan ini, Mbah Nun juga pernah bilang begini, apa yang membuat kita terasa tertekan atau nelangsa adalah ekspektasi kita yang terlampau tinggi. Saat dihadapan adanya orek tempe tapi kepikiran rendang, ya jadi menderita rasanya. Namun jika kita tak berekspektasi apa apa, hidangan di hadapan terasa nikmat sekalipun hanya nasi bertemankan sambel atau mie instant pakai nasi. haha
Ekspektasi kami: rumah bersih, minimalis, perabotan berwarna senada. Punya kulkas dua pintu isinya lengkap dengan sayur mayur dan lauk dari hasil reka reka food preparation ala ala. Namun realitanya, atap rumah bocor, boro boro beli perabotan, memperbaiki atap saja belum sempat. Jangankan kulkas dua pintu isi sayur mayur, esok hari mau masak apa, uangnya belum ada. Awal bulan harapan kami, tapi sayang, gaji telat datang yang tersisa tinggal uang sepuluh ribu.
Lambat laun kami belajar untuk berdamai dengan keadaan. Atap bocor, yo wes ben. Lantai bisa dikeringkan, atap bisa ditutup dulu dengan terpal sampai ada dana untuk renovasi. Bahan makanan tak tersedia di dapur, yo wes tidak apa apa, ada daun kelor di taman RT yang bisa dipetik dan dimasak. Belum gajian, yowes arep kepiye maneh?. Uang sepuluh ribu bisa dibelikan mi instant dulu harga dua ribuan untuk beberapa hari kedepan sambil nunggu gajian.
Lama lama saya tak ingin berekspektasi apa apa. Lebih baik jalani apa yang ada saja. Memelihara rasa suka, syukur, dan sabar bagaimanapun keadaannya. Apapun yang ada hari ini insyaAllah adalah yang terbaik dari Allah. Allah Maha Tahu sedang kami tidak.
Tifanny Lituhayu
0 Comments