­

Maafkan Ibuk, Nak!

April 04, 2021



Meskipun belum genap dua bulan, Bening sudah menunjukkan kepintarannya seperti mendengarkan saat diajak bicara dan mengoceh tipis. Bahkan ia seperti sudah bisa membaca ekspresi terutama ekspresi saya.

Sore ini Bening menangis saat diganti popok karena tak sabar ingin menyusu lagi. Pikiran saya berkecamuk. Terlintas dipikiran saya mengapa orang tua membiarkan saya mengurus semuanya sendiri. Jarang sekali ibu saya menengok dan membantu menggendong Bening atau menggantikan popok. Justru yang cukup peka adalah bapak. Jam jam sholat seperti dhuhur atau ashar bapak pasti akan menengok dan menggendong Bening selagi saya mandi, sholat, lalu makan. Saya maklum jika kedua orang tua saya tidak bisa menemani karena usia beliau berdua sudah tak semuda dulu. Kondisi tubuh juga barangkali tak sebugar dulu. Namun rasanya itu tak berlaku bagi ibu. Ibu masih selalu bugar untuk melakukan banyak aktivitas. Mengantar pesanan jualan, berenang, senam, berpergian jauh, berkendara motor, dan masih banyak kegiatan lain. Namun untuk Bening dan saya? Saya kecewa saat ibu datang ke rumah, semua sudah beres bahkan Bening sudah tidur pulas, ibuk tak mengajak saya berbicara hanya sibuk dengan ponsel. Bahkan dari ponsel itu bebunyian nyaring terdengar saat ibuk melihat lihat status whatsapp. Saya agak terganggu khawatir Bening terbangun. Namun saya hanya diam.

Bening masih terus menangis bahkan tangisnya semakin keras dan terdengar menyesakkan. Padahal ia sudah saya gendong dan siap menyusu. Tapi mulutnya tak mau mendekat dan terus menjejakkan kaki. Saya meminta maaf padanya seraya mencium kening dan pipinya. Saya juga mengusap usap tubuhnya yang mungil. Tak terasa air mata saya ikut berjatuhan dan menangis bersamanya. Ini terlihat konyol memang. Seorang ibu yang menangis bersama anaknya. Namun, jujur saja, saya merasa bersalah pada Bening hingga ia menangis begitu sesaknya. Melihat saya menangis, tiba tiba ia berhenti menangis dan menatap wajah saya. Tatapannya begitu dalam dan sepertinya penuh tanda tanya. Ia mendengarkan saat saya meminta maaf padanya. Lalu ia menangis lagi tapi tangisannya terdengar sangat sedih. Saya memeluknya dan akhirnya ia menyusu hingga lelap.

***
Bening, maafkan ibuk. Ibuk banyak sekali kurangnya, kadang buat Bening sedih dan menangis. Maafkan ibuk nak. Ibuk ingin sekali bisa memberikan segalanya yang terbaik untuk Bening dan buat tersenyum. Bantu ibuk juga ya nak supaya bisa menjadi lebih baik lagi dikemudian hari.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling