Manunggaling Rasa

Oktober 02, 2022

Suara spatula dan wajan beradu membangunkan saya pagi ini. Beberapa menit sebelum itu sebetulnya si kecil sudah lebih dulu terjaga tapi masih bermalas malasan dan mencari kehangatan dalam dekapan, menyusu. Suasana di dapur sudah cukup hangat dengan aroma nasi goreng yang menguar ke seluruh penjuru dapur. Saat saya keluar dari kamar hendak cuci muka, sewajan nasi goreng sudah matang dan masih mengepulkan asap. Sementara itu mas melanjutkan membuat telur dadar selagi saya menyiapkan wadah usai mencuci muka.



Tak terasa aktivitas menyiapkan nasi goreng untuk kami jual sudah berlangsung selama satu tahun. Harapan kami tak pernah muluk. Kami hanya berharap dapat istiqomah dalam menajalani ini. Soal untung rugi kami hanya mencoba memasrahkan semua pada yang kuasa. Biarlah itu jadi hak Allah untuk mengaturnya. Kami hanya berusaha untuk menjalani ini semua sebaik mungkin. Target atau keuntungan dalam jumlah tertentu yang ingin kami capai? Jujur, bahkan kami sudah lelah untuk sekadar menghitung dan mencatat semua. Jika ada hal yang tak sesuai dengan ekspektasi itu justru membuat saya stress. Ketenangan. Itu yang ingin kami capai. Tidak terlalu ambisius bukan? Apakah kami tak pantas berbisnis? Orang bisnis ya harus berkembang dan untung. Begitu kah? Kami merasa asalkan semua konsisten, dan berbahagia menjalaninya kami sudah merasa cukup. Alhamdulillah.

Situasi dan apa yang saya rasakan kini tak terjadi begitu saja. Ada gejolak dalam batin yang terus beradu. Saling beradu argumen dan bantah membantah. Apa yang jadi pemikiran mas yang ia terapkan dalam kehidupan rumah tangga ini telah menubruk segala tatanan yang ada dalam kepala saya. Saya mencoba belajar, memahami, dan menemukan titik temu antara pemikiran mas dan apa yang sudah terbangun dalam diri saya. Semua membutuhkan waktu. Semua tidak berjalan semulus dan sedamai yang saya bayangkan. Namun bukan berarti semuanya tak dapat melebur dalam sebuah harmoni. Kini kami bisa berjalan beriringan dengan damai. Tak ada lagi benturan dan penolakan dalam diri saya. Segalanya menjadi jauh lebih tenang. Pun jika menemui sesuatu yang asing terlontar dari suami saya, yang belum saya mengerti, saya akan belajar untuk memahami.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling