Nikmati Apa Yang Ada

Juli 09, 2023



 Untuk mereka yang terbiasa hidup di kota besar, Kabupaten seperti Temanggung hanya nyaman didatangi ketika penat. Namun untuk tinggal dalam waktu yang lama, bukan menjadi pilihan utama. Terlebih untuk mereka yang berusia produktif terutama anak muda. Saya rasa lambat laun Temanggung hanya akan dipenuhi orang orang tua yang sudah pensiun. Menikmati hari hari dengan tenang dan melambat. 

Sudah hampir satu bulan adik saya memilih untuk liburan di Temanggung setelah UAS. Selain itu karena kedua orang tua kami sedang beribadah Haji, ia berniat untuk menemani saya karena hanya berdua saja dengan Bening disini. Meski kenyataanya setiap hari kami lebih sering beraktivitas secara terpisah. Ia di rumah depan, saya di belakang bersama Bening.

Selama di Temanggung sering kali ia mengeluh seperti ini...

Nang Temanggung arep golek maem angel. Bingung pilihane sitik. Nek nang Jogja metu sithik wes nemu werno werno

(Di Temanggung mau cari makan susah. Bingung pilihannya sedikit. Kalau di Jogja baru keluar dah nemu macem macem)

Saya hanya mendengus. Ya memang apa yang diharapkan anak muda seperti adek? Warung Mi Gacoan? Outlet outlet fast food yang menjamur? Tempat ngopi estetik nan gaul ala ala? Memang tak mudah membangun bisnis yang seperti itu di Temanggung. Setelah saya pikir, bukan karena daya beli masyarakatnya yang rendah. Tetapi coba lihat, berapa banyak anak muda yang punya pikiran seperti adek saya ini? Yang lebih memilih merantau dan selalu memilih untuk pergi ke luar Kota untuk mencari sesuatu yang mereka pikir hanya bisa ditemukan disana? Alih alih mencoba untuk mencari atau bahkan membangun Kabupaten ini menjadi lebih maju, mereka lebih memilih menjadi pendatang di kota lain.

Tidak ada yang salah. Itu pilihan mereka. Hanya saja, jangan dulu buru buru menilai kalau Temanggung tidak punya "sesuatu" yang bisa dinikmati. Kita hanya perlu berjalan lebih jauh dan membuka lebar lebar mata kita serta tentu saja mencoba untuk berbahagia dari hal hal sederhana.

Tak ada warung Mie Gacoan, warung bakmi jawa di pinggir jalan yang dimasak dengan tungku tanah liat dan arang bisa jadi pilihan. Tak ada cafe gaul, ada warung kopi legendaris yang konon sudah berusia ratusan tahun: Warung Jadoel di belakang halte Telkom. Butuh udara segar sambil ngopi santai, ayo kita ke Rawa Gembongan sore sore. Mungkin disana banyak anak muda juga, yang kamu pikir gaya mereka norak dan kampungan? Ya sudahlah jangan julid seperti itu. Biarkan saja selagi mereka tidak menyakiti dan mengganggumu. Nikmati saja apa yang ada.

Jujur saja saya bahkan sudah jatuh cinta dengan Temanggung. Segalanya terasa berjalan dengan perlahan dan santai. Tidak ada yang buru buru. Cocok sekali dengan saya yang hidup nyaris tanpa ambisi. Haha.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling