Momen Panik
Juli 01, 2023Sepekan terakhir di bulan Juni kemarin sungguh luar biasa. Saya mengalami dua momen yang benar benar bikin panik. Meski (alhamdulillah) tidak ada yang fatal, bayangan akan hal hal yang lebih buruk terjadi tak bisa dihindarkan.
Siang itu usai menjemur pakaian saya berniat untuk buang air besar. Namun tepat saat setelah saya menutup pintu kamar mandi dan menguncinya saya sadar bahwa pintu terlampau keras saya tekan. Kait yang ada di engselnya terkunci padahal handel pintu di bagian dalam sudah patah. "Mampus" batin saya. Harus ada yang membukakan dari luar. Mendadak rasa mulas hilang. Saya masih mencoba tenang dan mencari cara untuk memutar tuas yang sudah buntung itu dengan benda benda disekitar yang sekiranya dapat digunakan. Namun nihil. Akhirnya saya mencoba memanggil Bening dari dalam kamar mandi. Ia tidak menyahut. Saya ketuk ketuk pintu juga hening. Dengan terpaksa saya gedor gedor pintu dengan keras. Saya pun sudah mulai panik dan putus asa. Sebetulnya bisa saja saya menunggu adik saya pulang dari acara penyembelihan qurban. Namun saya tidak bisa menunggu terlalu lama. Gedoran yang cukup keras ternyata justru membuat Bening ketakutan dan panik. Ia menangis kencang dan sesenggukan. Saya kembali bicara padanya dengan harapan ia berhenti menangis dan berjalan ke arah pintu. Setelah hampir 5 menit berlalu sejak ia menangis, ia menghampiri pintu. Masih sesenggukan saya berkata padanya untuk membuka pintunya. Ia memutar handel dan langsung saya tarik dari dalam. Matanya sembab memerah dan pipinya basah. Segera saja saya peluk gadis kecil berusia 2 tahun 4 bulan itu seraya mengucapkan terimakasih tanpa henti dan minta maaf.
"Maaf ya dek, tadi ibuk kekunci di dalam. Makasih sudah bantu."
Ia berhenti menangis dan tersenyum. Namun kelebatan mengerikan memenuhi kepala. Bagaimana jika seandainya kami berdua terkunci di dalam usai saya memandikan Bening sementara adik saya masih di Jogja? Rumah sedang sepi tak ada siapa siapa selain kami berdua. Saya benar benar ngeri membayangkannya.
Sore setelah kejadian itu giliran adik saya yang terkunci di dalam. Ia cukup lama menggedor pintu sampai akhirnya saya sadar dan mendengar suara keras itu dari rumah belakang kemudian bergegas untum membantunya keluar dari kamar mandi.
Kejadian panik lainnya terjadi tepat di akhir bulan Juni, tanggal 30 malam hari sekitar pukul 19:58 WIB. Saat saya sedang menunggu pesan balasan dari suami tiba tiba ada guncangan. Awalnya saya pikir saya sedang pusing. Namun saya melihat air dalam botol yang berguncang dan semakin yakin jika terjadi gempa. Karena panik bahkan saya tidak mampu beranjak dari tempat tidur dan terus beristighfar. Setelah guncangan berhenti barulah saya bisa berdiri dan segera menghubungi adik saya yang sedang keluar rumah memastikan keadaanya. Dan tentu saja memeriksa twitter dan mencari info terbaru dari BMKG. Menurut informasi, pusat gempa berada di 94 KM Barat Daya Bantul di kedalaman 12 km dengan Magnitudo 6.6. Gempa dirasakan hampir di seluruh wilayah DIY dan Jawa Tengah. Bahkan salah satu teman yang berdomisili di Wonosobo juga merasakannya.
Sudah lama sekali sejak terakhir saya merasakan guncangan gempa dan bahkan lupa kapan. Sepersekian detik itu saya panik dan takut. Saking paniknya malah saya tidak bisa berbuat apa apa padahal seharusnya saya segera keluar rumah dan mengamankan Bening. Ya Rabb, terimakasih karena masih menjaga kami.
0 Comments