Berswafoto di Taman Bunga dan Mendaki Bukit di Gedong Songo
Desember 21, 201819 Desember 2018— Bertepatan dengan hari libur si bungsu, bapak mengajak kami semua bervakansi. Jika biasanya bapak merencanakan sehari sebelumnya, tidak dengan kali ini. Pagi hari usai sarapan tiba tiba bapak mengajak kami ke Kabupaten Semarang mengunjungi sebuah taman bunga disana. Saya pikir, taman bunga yang dimaksud adalah taman bunga yang sangat ingin saya kunjungi beberapa waktu yang lalu ketika kami berempat bertandang ke pasar Bandungan. Entahlah...pagi itu saya sedikit kurang bersemangat. Sebab saya belum libur. Saya masih harus bekerja. Tapi saya berfikir, ah tak apa...bisa sambil jalan jalan dan melepas penat.
Kami menuju Kabupaten Semarang dengan melewati rute daerah Kaloran. Senang rasanya melewati jalan ini. Sebab kami disambut dengan pemandangan hijau nan asri. Begitu juga dengan jalan yang lumayan berkelok menambah sensasi keseruan perjalanan ini. Sampai di perbatasan Kabupaten Temanggung dan Semarang, kami melintasi sebuah daerah berkabut. Disana juga ada taman wisata alam yang memiliki nama seperti suasana tempat itu: Foggy Hills. Saya pernah bercerita sebelumnya tentang keunikan tempat ini. Secara unik tempat ini selalu diselimuti kabut dan kabarnya hanya di daerah ini saja yang curah hujannya cukup tinggi.
Perjalanan terus berlanjut hingga akhirnya kami tiba di Jl. Gedong Songo. Ah rupanya bukan taman bunga yang saya maksud. Ternyata ini adalah taman bunga Celocia. Wisata ini dikelola oleh pihak swasta dan sudah cukup terkenal dikalangan masyarakat. Bahkan beberapa stasiun televisi swasta pernah meliputnya. Keunikan tempat ini, selain memilik hamparan luas tanaman celocia, ada beberapa replika ikon terkenal yang ada di eropa. Misalnya saja kincir angin khas Belanda dan replika menara Eiffel. Tidak hanya itu..kita juga bisa melihat patung singa seperti yang ada di negara tetangga kita Singapura. Memasuki tempat ini pengunjung harus membayar tiket seharga 12.000 per orang. Saya rasa harga ini sepadan. Sebab tempat ini membutuhkan pemeliharaan. Saya lihat pekerja taman yang senantiasa merawat tanaman. Sehingga bunga bunga disana terlihat sangat cantik dan bebas dari tanaman liar penganggu. Tempat ini juga sangat bersih dan tak ada sampah berserakan.
Ditaman Celocia ini pengunjung bisa berfoto foto dengan leluasa. Ada banyak spot selfie disini yang kata orang orang instagramable. Haha. Saya sendiri mengambil beberapa foto disana. Saya suka sekali dengan bunga berwarna ungu yang sekilas mirip dengan bunga Lavender. Saya juga suka dengan bunga Celocia nya. Kalau orang jawa bilang bunga Jengger Ayam. Sebab bentuknya memang mirip jengger atau jambul ayam jago. Haha.
Oh ya saya punya tips untuk teman teman yang ingin berkunjung ke taman ini. Agar lebih nyaman, silakan berkunjung ketika pagi hari saat matahari belum terlalu terik. Atau ketika hari menjelang sore. Sebab siang hari akan terasa panas dan disana jarang ditemui pohon besar yang cukup rindang. Namun jangan khawatir, jika memang kalian baru tiba disana saat siang hari, udara di daerah ini masih cukup sejuk kok. Sebab tempat ini terletak dikaki gunung Ungaran.
Setelah puas berfoto dan sempat mengisi perut dengan soto, kami berempat meninggalkan tempat ini. Rupanya bapak sudah punya rencana lagi. Bapak ingin sekali mengajak kami ke Candi Gedong Songo. Sudah 14 tahun sejak kunjungan terakhir kami. Saat itu adik saya masih dalam gendongan. Sebetulnya agak ragu membayangkan tempat itu. Untuk menuju pelataran setiap candinya kami harus melewati track yang menanjak.
Candi Gedong Songo terletak di dataran tinggi yang ketinggiannya sekitar 1200 mdpl. Terletak di lereng gunung Ungaran, Candi Gedong Songo memiliki pemandangan yang sangat indah dan udara sejuk. Bahkan terbilang cukup dingin. Seperti yang kita tahu dari namanya saja bisa ditebak bukan? Pasti ada sembilan bangunan candi. Karena Gedong berarti bangunan dan Songo artinya sembilan. Tapi benarkah begitu?
Kami dikenai biaya retribusi sebesar 10.000 rupiah perorang untuk tiket masuknya Nominal ini masih terbilang cukup rasional. Dibandingkan candi yang ada di Yogyakarta. Haha. Padahal Candi Gedong Songo punya pemandangan yang jauh lebih bagus. Hmm saya tidak tahu kenapa bisa begitu ya. Padahal sepertinya nilai sejarah dan latar belakang sejarahnya juga hampir sama. Corak candinya juga sama sama hindu? Ah ya sudah lupakan saja.
Banyak yang telah berubah dari wisata Candi Gedong Songo ini. Dibandingkan 14 tahun yang lalu, saya rasa tracking menuju tiap candinya ada yang berbeda. Jalannya dibuat memutar. Dan beberapa jalur yang 14 tahun lalu dapat kami lewati, kini dibuat sebuah lokasi khusus semacam spot selfie. Untuk masuk ke lokasi tersebut, pengunjung diharuskan membayar tiket seharga 5000 rupiah. Hmm..
Ibuk benar benar kelelahan saat berjalan mendaki keatas. Begitu juga dengan adik saya. Tapi bapak sangat bersemangat. Meski saya juga kelelahan saya mendadak bersemangat dan ingin segera mencapai puncak. Akhirnya tiba juga di pelajartan candi I, II, dan II lokasi ketiganya berdekatan. Sedangkan untuk menuju candi IV kami harus melewati track yang makin menanjak. Saya agak sulit memetakan lokasi lokasi candi. Yang pasti, ketika saya hendak mencapai candi teratas yakni candi V kami sempat mlipir sebentar melihat sebuah kawah yang mengeluarkan semburan uap. Suaranya sangat berisik dan baunya cukup menyengat. Yap. Disinilah sumber air panas yang mengandung belerang berasal. Keseruan lain ketika berwista di Candi Gedong Songo, pengunjung juga bisa menikmati berendam air panas disana.
Perjalanan kami lanjutkan. Saya dan adik sempat terpisah dari bapak ibuk karena keasyikan berfoto. Sampai akhirnya kami bertemu kembali dengan bapak ibuk di sebuah lapangan luas tepat disamping candi ke empat. Disini kami istirahat sejenak. Disamping lapangan terdapat sebuah hutan pinus yang rimbun dan dipenuhi semak semak. Saya rasa hamparan luas lapangan ini sangat cocok untuk mendirikan tenda dan bermalam. Saya membayangkan malam yang cerah tanpa awan, berkemah bersama keluarga dan teman, lalu kami bisa melihat langit yang bertabur bintang. Bangunan candi ketika malam hari dengan sorotan lampu terlihat semakin megahbdan indah. Wahhh...
Sebelum turun, kami sempatkan untuk melihat Candi V. Dan disinilah puncaknya. Lalu dimanakah keempat lainnya? Bangunan yang lain tidak rampung disusun.
Kami menutup petualangan pendakian dengan menikmati sajian sate kelinci yang dijajakan di sebuah warung tak jauh dari pintu keluar taman Candi Gedong Songo. Menurut saya, tekstur daging kelinci hampir mirip dengan daging ayam. Kebetulan kemarin kami mendapatkan cita rasa yang lumayan mantap. Bumbu saus kacangnya pun sedap. Namun sayang sekali, pedas dari irisan cabai rawitnya kurang nendang. Hehe.
**
Aih tiba dirumah lutut saya nyeri. Gara gara menuruni jalan setapak di Candi Gedong Songo haha. Sudah begitu, gara gara sinyal sempat hilang, mbak bos mencari cari saya. Begitu juga dengan partner lain. Ah maafkan saya, tadi tidak berpamitan ^/\^
Foto:

0 Comments