Tidak Ada Opor Lebaran Ini
Mei 24, 2020Gresik, 23 Mei 2020 | Malam Takbir
Bagaimana kabar kampung halaman buk? Apakah suara takbir sahut sahutan dari masjid dan surau begitu membahana seperti tahun tahun sebelumnya? Mungkin ada sedikit yang berbeda ya buk, tidak ada riang anak kecil dan para remaja takbir keliling sambil membawa oncor. Buk, apakah dapur sejak siang sudah hangat mengepulkan asap beraroma rempah? Opor ayam dengan kuah santan yang tidak terlalu kental yang cenderung encer buatan ibuk selalu nikmat. Membuat kami senang sekali mengambil kuah banyak banyak dan menyeruputnya. Buk, tapi sayang ya, saya tidak bisa pulang dan merasakan hangatnya teguk pertama teh manis untuk berbuka di penghujung ramadhan dan menyantap opor bersama adek dan bapak. Hanya kabar dari grup whatsapp yang saya dapatkan bahwa ternyata, ketupat ibuk mogol, agak gagal. Kata ibuk itu karena saya disini sedang bersedih. Maaf buk, saya tidak kuasa membendung perasaan sedih ini sehingga ketupat pun seolah tahu. Aneh memang.
Tidak hanya saya yang merasa sedih. Tapi entah ada berapa banyak orang yang tak bisa pulang. Bahkan mungkin saya sedikit beruntung, karena barang kali ada diantara mereka hanya melewatkan waktu sendirian tanpa kerabat atau teman satupun.
Gresik, 24 Mei 2020 | Pagi Lebaran 1 Syawal
Pukul setengah satu dini hari mulai hening. Sayup sayup suara sisa takbir terdengar begitu jauh. Sedangkan suara hati seakan bertalu semakin gaduh. Rindu sejak awal tahun sudah menumpuk tak lagi sanggup saya tahan. Selepas maghrib tadi pecah sudah
Menunggu pagi terasa begitu lama. Memejamkan mata kantuk tiada hadir lagi.
Pagi yang saya nanti tiba. Menunggu saat yang tepat untuk bersua. Meski hanya via telefon saja, syukurlah kami busa berkumpul di layar gawai dan saling menatap dari layar gawai masing masing.
Bagian yang paling mengharukan adalah saat bapak berbicara dengan saya dan suami. Air mata rasanya ingin menetes. Namun saya tahan. Bahkan sempat juga si kucing peliharaan di rumah ikut bergabung. Tak terasa sudah satu tahun lebih ia bersama keluarga di rumah. Bapak bilang terkadang ia mencari saya ke lantai dua. Mungkin dia ingin mengingatkan saya barangkali saya terlalu sibuk bekerja dan lupa untuk menemuinya. Memang biasanya saat saya merasa penat disela sela waktu kerja dan selepas bekerja, saya selalu bermain main dengannya.
Senang rasanya melihat keponakan keponakan di Depok semua sehat. Kakak dan kakak ipar saya pun demikian. Bapak sempat bilang "Papa Yaya sekarang kaya Baim Wong. Yah hal yang belum pernah kami lihat selama ini. Mas sekarang terlihat agak berisi. Mas adalah sosok yang logis dan tak segan segan meninggalkan kebiasaan lama demi sesuatu yang lebih baik. Dari yang awalnya susah makan dan hanya cukup minum kopi, demi menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh ia menjadi lebih teratur makan. Bahkan mungkin didampingi cemilan juga karena kakak saya suka sekali memasak.
Senang melihat dapur dan ruang tengah di Temanggung dan Depok penuh dengan berbagai macam hidangan. Meski di tempat saya sendiri kosong tak ada masakan khas lebaran. Tidak ada opor ayam, ketupat, dan camilan kesukaan saya nastar, kastangel, egg roll, kembang goyang dan lainnya. Setidaknya melihat mereka saja dari layar sudah cukup senang.
**
Selamat meraih kemenangan meski di tengah situasi seperti ini. Semoga kita benar benar meraih kemenangan itu dan semoga Allah selalu menjaga kita dimanapun kita berada.
Salam sungkem dan kerinduan yang amat sangat kepada Bapak Ibuk. Semoga tahun depan bisa pulang dan keadaan telah pulih. Saya yakin kita akan mencapai hari dimana yang tersisa hanyalah sejarah yang mencatat bahwa kita pernah di situasi sulit ini. Saya yakin semua akan lekas berlalu.
Tifanny
Catatan:
Kepada seluruh pembaca Tifanny Lituhayu, saya ucapkan mohon maaf lahir batin. Mohon maaf atas kekhilafan dan kata kata yang kurang berkenan di hati para pembaca. Saya mohon keikhlasan untuk memaafkan saya. Selamat merayakan hari Raya Idul Fitri 1441 H.
0 Comments