Waktu Untuk Berbenah

Desember 20, 2020

Saya baru saja menyalakan ponsel setelah mengirimkan cuitan saya di twitter pagi tadi pukul 06:15. Memulai. Awalnya saya enggan untuk memulai berbenah karena harus mulai dari awal lagi. Tapi Sabtu sore saya sudah menuliskan daftar hal hal yang perlu saya lakukan hari Minggu ini. Jadi, akhirnya saya mulai saja.

Kemandekan saya beberapa waktu belakangan ini berakhir juga. Semenjak membaca buku Marie Kondo, seolah ambisi saya terpantik lagi. Sebelum memulai berbenah, Marie Kondo menyarankan agar memvisualisasikan tujuan dan mengemukakan alasan yang jelas kenapa ingin berbenah. Saya teringat lagi akan ambisi saya pada gaya hidup minimalis. Mengapa saya memilih gaya hidup semacam itu? Tentu tak jauh dari hasrat saya yang paling dalam yakni kehidupan yang tenang.

Berbenah ala KonMari adalah berbenah secara menyeluruh. Saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan ternyata cara saya beres beres selama ini salah. Itulah kenapa seusai beres beres dikemudian hari kembali berantakan. Yang paling utama adalah, berbenah berdasarkan kategori, bukan lokasi. 

Ada beberapa kategori utama yang perlu kita beresi:
1. Pakaian
2. Buku
3. Kertas
4. Komono atau pernak pernik
5. Barang kenangan

Penting juga untuk membereskan sesuai urutan seperti diatas. Karena menurut Marie Kondo, urutan diatas adalah urutan dari mudah ke sulit. Saat melakukannya sesuai urutan, dalam prosesnya pun seperti melatih kita untuk semakin cepat membuat keputusan. Patokan utama dalam metode KonMari saat memilah barang adalah: membangkitkan kebahagiaan atau tidak. Jika ya, simpan. Jika tidak buang. Sesederhana itu dan harus tanpa kompromi lainnya. Tapi dalam praktiknya apakah sesederhana itu? 

Mari, saya ingin bercerita pengalaman saya hari ini. 

Saya mengumpulkan semua pakaian dimanapun ia berada. Saya kumpulkan disatu tempat kecuali beberapa pakaian yang masih basah karena baru dicuci. Tentu saja saya terkesiap saat menyadari betapa banyaknya pakaian saya meski tahun lalu sudah disortir. Kemudian saya membagi lagi menjadi beberapa kategori. Atasan, bawahan, gamis atau dress, pakaian dalam, khimar. Saya tidak membedakan pakaian rumah atau pakaian yang biasa dipakai keluar. Itu sangat merepotkan dan tidak disarankan dalam metode KonMari. Setelah semua sudah terpisah sesuai kategori, baru kemudian saya pilah dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dan membicarakan tentang pakaian tersebut satu persatu. Tapi suami yang menemani saya berbenah mengatakan saya terlalu banyak berbicara. Hahaha. Akhirnya saya persingkat saja, jika waktu untuk memutuskan apakah pakaian itu membuat saya senang atau tidak, dan saya mau memakainya lagi atau tidak, terlalu panjang, saya langsung menyerahkan pada suami untuk melipatnya dan dikumpulkan dengan pakaian yang perlu disingkirkan.

Sebelum semuanya selesai, suami harus meninggalkan saya sendirian karena ia perlu membenahi rumah. Hari ini kami kedatangan tukang bangunan untuk memperbaiki atap rumah. Supaya lebih cepat, suami bersedia membantu.

Akhirnya saya selesai dengan pakaian saya. Menyisakan beberapa potong pakaian yang benar benar ingin saya pakai. Sedangkan pakaian yang sudah tidak lagi ingin saya pakai bergabung dengan pakaian lain yang saya sortir tahun lalu. Jumlahnya kini luar biasa banyak. Boleh dibilang, 90% diantaranya masih bagus dan layak pakai. Jika dijual sebagai barang preloved masih sangat layak. Tapi suami tidak mengizinkan. Lebih baik langsung ke pembuangan saja. Saya berpikir, sepertinya nanti orang yang menemukan akan sangat beruntung apalagi jika ia memutuskan untuk menjualnya. Ah sudahlah. Seharusnya saya tidak memikirkan hal itu. Biar saja, toh saya sudah memutuskan untuk menyingkirkannya :)

Tas, dompet, dan sepatu harus masuk kategori pakaian juga. Saya membuang beberapa tas yang hampir tak pernah saya pakai dan yang desainnya sangat pasaran. Itu sama sekali tak menyenangkan bagi saya. 

Tahapan berikutnya adalah buku dan kertas. Saya mengeluarkan semua buku diktat kuliah dan kertas kertas dari laci penyimpanan. Selama ini saya merasa sayang ingin membuangnya. Tapi hari ini saya kumpulkan semua dan saya ikat untuk nanti dibuang. Saya tidak berpikir panjang lebar lagi saat melihatnya satu persatu. Karena memang ternyata semuanya tidak mengundang kebahagiaan. Semuanya sudah usang dan saya tidak mungkin mempelajari lagi isinya. Sedangkan kertas kertas, saya hanya menyimpan dokumen penting seperti ijazah dan salinannya.

Pernak pernik seperti gelang tanpa pikir panjang langsung saya singkirkan. Benda benda lain yang wujudnya kecil dan usang juga langsung saya buang.

Akhirnya selesai, atau paling tidak saya anggap selesai. Sebetulnya upaya berbenah kali ini belum saya lakukan secara menyeluruh seperti yang diajarkan Marie Kondo. Saya melewatkan buku koleksi saya. Ini masih butuh waktu untuk membereskannya. Saya belum bisa mengatasi perasaan sentimental terhadap buku buku itu. Lagi pula saya perlu berdiskusi terlebih dahulu dengan suami. Hehe. Ini seperti pembelaan ya? 

Dengan kondisi saya yang sedang hamil trimester ketiga seperti ini, tenaga benar benar terkuras. Langkah saya berat, tubuh saya seperti ditekan oleh tangan besar tak terlihat. Usai menaruh barang barang di pojokan dan menata tempat tidur, saya tidur pulas. Lelah sekali rasanya. Daftar pekerjaan yang harus saya selesaikan lainnya terbengkalai. Rencana saya ingin lembur kerjaan, tapi sampai saat ini saya masih lelah. Menggerakan tubuh saja rasanya berat sekali.

Sekali lagi, saya belum selesai. Barang barang yang hendak dibuang masih ada di pojok ruangan. Kami masih menunggu sampai renovasi rumah belakang selesai dan akan membuang beberapa sisa bongkaran bersamaan dengan barang barang itu. Semoga saja waktunya segera tiba. Karena saya ingin segera mendapat ketenangan itu. Menempati rumah belakang dan mengurus benda benda kepunyaan sendiri. Meniti gaya hidup minimalis yang saya dambakan.

Suatu hari nanti saya juga ingin bisa berbenah rumah orang tua. Menyingkirkan benda benda tak berguna yang selalu saja gagal disingkirkan karena: eman eman

Terima kasih telah menjalankan peran kalian dengan baik. Terima kasih karena sudah sangat berguna di masa lalu.


Terima kasih Marie Kondo


Tifanny Lituhayu 
Temanggung, 20 Desember 2020 | 15:00 WIB

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling