Mengembalikan Kejayaan Fujifilm Cometa
Februari 07, 2022Hujan turun sedari pagi membuat saya memutuskan untuk menunda mencuci pakaian. Ternyata hingga siang gerimis masih betah menyelimuti bumi Temanggung yang menjadi semakin dingin. Tak ada yang bisa saya lakukan selain bermain main dengan Bening. Lagi pula cucian hari kemarin pun masih dingin dan belum kering betul.
Saya mengajak Bening ke rumah Kakung. Bosan menonton tv dan bermain main ia beranjak menuju tangga. Dengan kaki dan tangannya yang mungil ia merangkak naik. Iya, dia belum bisa berjalan tapi sudah cukup pandai memanjat. Bahkan anak tangga yang jumlahnya belasan itu ia panjati dan akhirnya kami tiba di lantai dua. Saya melihat ke arah kamar adek yang pintunya terbuka. Lantas saya masuk dan mengamati sekeliling. Si empunya kamar sedang merantau. Kamar ini cukup rapi dan benda benda diatas meja belajar tertata dengan baik. Ia memajang dua kamera berbeda generasi. Satu kamera analog, satu lagi kamera digital. Tiba tiba saja saya merasa tertarik dengan si analog fujifilm cometa itu. Apakah ia masih berfungsi dengan baik?
Lalu saya beralih ke ruang tengah mencari album foto. Kebanyakan foto yang ada di album merupakan hasil jepretan si cometa ini. Cukup bagus saya pikir. Sampai akhirnya saya memutuskan mencari cari reverensi lewat internet seputar kamera ini.
Meski kamera ini sudah bersama keluarga kami hampir 20 tahun lebih, pengetahuan saya tentang kamera analog dan roll filmnya nyaris nihil. Kami hanya menggunakannya begitu saja. Untuk mengabadikan momen bersama keluarga tanpa mempertimbangkan sisi estetik foto itu sendiri. Selagi ia dapat mengabadikan momen dengan memotret objek yang kami inginkan dan terlihat jelas, kami sudah cukup puas.
Saya cukup tertarik dengan dunia fotografi meski masih melakukannya dengan biasa saja dan amatiran. Namum saya cukup tertarik untuk mencari tahu lebih jauh bagaimana cara menghasilkan foto yang estetik menggunakan kamera analog jenis point and shoot ini. Sayangnya kini harga roll film cukup mahal. Apalagi untuk pengangguran seperti saya wkwkwk. Saya berencana untuk membeli sebuah roll film untuk sedikit bernostalgia. Cukup satu roll sebelum kembali ke tempat penyimpanan. Hehe. Soalnya selain roll film yang mahal, biaya cetaknya juga pasti belum tentu murah bukan? Saya sempat kepikiran dengan zaman serba digital seperti sekarang, apakah photo studio di Temanggung yang juga memiliki lab cuci cetak foto sudah menutup labnya dan menjual peralatannya? Huhu.
***
Saya mencari di instagram untuk hasil foto menggunakan fujifilm cometa. Namun yang saya temukan cukup beragam dari segi tone foto yang dihasilkan. Saya penasaran apakah sang pemilik foto menambahkan polesan dengan aplikasi edit foto sebelum mengunggahnya? atau memang apa adanya? Pencarian saya berlanjut ke roll film yang dapat digunakan.
Memang di belakang kamera tertera tulisan: pakailah fujifilm untuk hasil terbaik.
Namun di beberapa hasil pencarian yang saya temukan, ada yang memasangkan film kodak untuk kamera ini.
Jika berfoto menggunakan smartphone atau kamera digital kita bisa memanfaatkan aplikasi edit foto untuk mendapatkan tone yang diinginkan, dalam penggunaan kamera analog kita menentukannya dari roll film yang dipakai. Lagi pula, preset di VSCO terinspirasi dari roll film yang pernah ada bukan?
Ada banyak merk dan jenis roll film. Nah untuk yang satu ini saya sedang mengulik lebih jauh. Mungkin bisa melihat preview nya dari VSCO untuk menentukan mana roll yang paling mendekati tone foto selera saya hihi. Namun tentunya sambil liat harga dan ketersediaannya juga hehe. Saya sudah melihat beberapa ulasan rollfilm. Dan yang jadi incaran saya antara fujicolor c200 atau kodak color plus. Fujifilm c200 ini seperti yang saya lihat di album foto di rumah, ia cukup baik menangkap warma biru, hijau, dan merah. Untuk foto pemandangan alam terutama di pegunungan dengan pepohonannya, hasil fotonya sangat bagus. Sedangkan untuk foto portrait, skin tone yang ditampilkan mendekati aslinya. Sedangkan kodak color plus ini katanya menghasilkan foto yang agak kekuningan. Jadi cocok untuk berfoto dengan cahaya pagi atau sore. Saya jadi dilema. Mau pilih fujicolor yang sepertinya akan cocok untuk perburuan foto saya nanti, atau coba hal baru dengan si kodak color plus?
***
Sejak menonton film Bebas, saya jadi ngefans banget sama Lutesha. Dan ternyata ia mempunyai hobi fotografi menggunakan kamera analog. Hasil jepretannya ia unggah di akun instagram @kebunmemori. Beberapa foto yang diambil juga menggunakan kamera analog jenis point and shoot. Nah dari sini saya juga bisa memandingkan beberapa hasil foto dari roll film yang berbeda.
Oh ya untuk kawan yang menggemari fotografi analog, mohon sarannya yah kira kira rollfilm apa yang cocok untuk kamera saya? ^^
Fujifilm Cometa tipe kamera analog point and shoot |
Saya cek masih berfungsi. Shutternya agak keras tapi masih oke. Dicoba pakai batre saja masi muter penggulung roll nya |
Tone foto lebih warm (kodak colorplus) |
Yang ini tonenya lebih cool (fujifilm C200) |
0 Comments