Menutup JFF dengan Under The Open Sky
Februari 27, 2022Februari sudah dipenghujung bulan. Gelaran JFF pun segera berakhir. Sebelum resmi ditutup Saya ingin menonton satu film lagi yang menarik perhatian. Film yang rilis pada tahun 2020 ini dijamin jaminan mutu oke punya. Sebab ia sudah menyabet banyak sekali penghargaan. Langsung saja saya tonton, filmnya berjudul Under The Open Sky.
Film besutan sutradara Miwa Nishikawa ini menceritakan tentang sebuah kehidupan mantan narapidana setelah masa tahanannya berakhir. Setelah ia bebas dari penjara, Pak Mikami menjalani kehidupan sosial ditengah masyarakat. Namun seperti kebanyakan mantan pesakitan yang mencoba berbaur dengan masyarakat, ia mengalami penolakan dan seringkali dicurigai. Bahkan untuk mendapat tunjangan pun ribetnya minta ampun.
Pak Mikami sadar bahwa hidup dari tunjangan pemerintah saja tidak cukup. Maka ia berusaha untuk mencari pekerjaan. Namun begitulah. Ia mengalami kebuntuan karena banyak sekali penolakan. Bahkan pak Mikami sempat ingin kembali ke kehidupan masa lalunya sebagai anggota Yakuza. Namun zaman telah berubah. Orang orang telah mengucilkan siapapun yang terlibat dengan Yakuza dan ruang gerak mereka sudah terbatas. Berkat kebaikan temannya yang minta ia untuk tetap di jalan kebenaran, akhirnya ia pulang.
Sebetulnya pak Mikami punya satu keinginan. Ia ingin bertemu lagi dengan ibunya yang pernah meninggalkannya di panti asuhan. Karakter pak Mikami yang cukup tempramental, bagaimana ia melewati masa hidupnya adalah imbas dari perasaan sedihnya karena ditinggal oleh orang yang ia sayangi. Segala yang terjadi padanya sebetulnya bukan keinginan darinya. Namun keadaan yang memaksa ia menjadi seperti itu.
Film in benar benar sangat menyentuh. Memang sulit untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat bila pernah melakukan kejahatan. Namun kita sebagai manusia harus memberikan mereka kesempatan untuk menjalani kehidupan normal yang jauh lebih baik bukan? Jika bukan masyarakat yang memberikan kesempatan dan dukungan, mereka akan tersesat lagi. Tak jarang pula mereka terpaksa melakukan kejatahan lagi karena ia merasa tersingkir.
Yang bikin lega, Pak Mikami dikelilingi oleh orang orang baik. Sepasang suami istri yang memang senang membantu mantan narapidana, bos toserba, penulis yang cupu abis tapi ia yang ternyata paling pemberani. Hehe.
Setiap emosi dari masing masing aktor dapet banget. Sebagai penonton saya cukup bisa merasakan percikan emosi, tiap tiap karakter. Terutama pak Koji Yakusho yang memerankan tokoh utama. Pas banting mi cup nya tuh, rasanya relate sekali. Saat uda nyoba sabar tapi tetep aja jengkel akhirnya kelepasan deh. Mas mas yang jadi Tsunoda juga oke. Dari awal sudah familiar sekali, siapa ya kaya pernah liat. Ternyata Taiga yang memerankan Takashi di The Man From The Sea ^^" hanya dengan tambahan kacamata saja sudah bikin pangling. Taiga dengan pengalamannya yang sebegitu banyak, sangat keren sih. Bisa melompat dari satu karakter ke karakter lain dan beda banget pembawaannya. Taiga bisa menguasai perannya dengan sangat baik sih kalau menurut saya :)
Saya sangat puas bisa menutup pengalaman ikut menikmati JFF dengan film ini. Meski banjir air mata tapi ini film terbaik kedua buat saya setelah Her Love Boils Bathwater.
0 Comments