Sabtu Bersama Ibuk: Menikmati Lontong Cap Go Meh dan Mengunjungi Pameran Lukisan

Mei 06, 2017


Akhir pekan tiba lagi. Jika sudah akhir pekan seperti ini suasana sekitar rumah jadi lebih sepi karena tidak ada anak anak sekolah. Ibuk pun jadi punya waktu luang. Awalnya hanya bercanda, saya mengajak ibuk sarapan lontong cap go meh. Ternyata ibuk setuju dan menyuruh saya mandi terlebih dahulu kemudian bersiap. 

Warung lontong cap go meh yang kami kunjungi ini berada di selatan Alun Alun Temanggung. Kebetulan yang jual masih berkerabat cukup dekat dengan ibuk. Kalau ditelusuri dari silsilah keluarga, saudara ibu ini bisa dibilang budhe dan juga pak dhe saya. Sampai disana kami disambut hangat. Lumayan katanya. Baru beberapa bulan buka, sejauh ini sudah sering menerima pesanan bahkan sampai 250 porsi. Memang di Temanggung ada lontong cap go meh ya baru budhe Mia ini yang jualan. Rasanya khas tapi sangat cocok dengan lidah masyarakat jawa khususnya orang Temanggung. Budhe sendiri asli Temanggung tapi sudah lama tinggal di Jakarta. Mungkin karena masih ada darah jawa, sekalipun tinggal cukup lama di Jakarta tetap urusan selera di lidah tidak bisa luntur. Hehe. 

Lontong Cap Go Meh sendiri adalah masakan adaptasi keturunan Cina yang tinggal di Indonesia. Mereka mengadaptasi masakan khas Indonesia khususnya di tanah Jawa. Biasanya lontong cap gomeh dihidangkan saat perayaan cap go meh oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Cap Gomeh sendiri jatuh pada hari ke empat belas setelah tahun baru imlek. Kuliner yang satu ini bagi mereka penuh filosofi. Seperti Lontong yang melambangakan panjang umur, warna warna makanan yang cerah dan menggungah selera melambangkan kemakmuran. Biasanya satu porsi pontong cap go meh berisi lontong, opor ayam, sambal goreng ampela ati, sayur lodeh, telur rebus dan bubuk koya atau bubuk kedelai yang gurih, kemudian kerupuk. Pertama kali saya mencicipi lontong cap gomeh ya karena bu dhe yang jualan. Rasanya enak luar biasa. 

Saya dan ibuk menikmati pagi sambil mengobrol asik dengan budhe setelah sarapan. Memang sudah cukup lama tidak bertemu. Sampai akhirnya karena sudah jam 8 dan cucian masih menumpuk di rumah, kami berpamitan. 

Saat melewati depan Pendopo Pengayoman ibuk bertanya pada saya apakah mau mampir sebentar, karena di dalam sedang ada pameran lukisan. Tentu saja saya mau. Karena masih pagi, suasana di tempat pameran masih sepi. Lagipula tempatnya sedang dibersihkan oleh petugas kebersihan. Yah tapi mumpung sepi saya bisa melihat lihat berbagai macam lukisan dan mengambil foto hehe. Di sisi barat ada sejumlah topeng yang dipajang. Saya pun berpose dengan salah satu topeng kayu itu. Cukup menyenangkan dan sebetulnya saya masih ingin mengamati satu persatu karya lukisan disana. Namun karena ibuk terburu buru dan tempatnya sedang dibersihkan kami pun pulang. Tak enak dengan petugasnya. 

Saya mendapat beberapa foto selama di Pendopo tadi. Tapi sayangnya kurang maksimal. Komposisi dan mengambilan sudut pemotretannya kurang pas. Sejujurnya saya tidak punya bakat. Ada loh beberapa orang yang punya bakat alami. Karena naluri seninya tinggi sekali jepret walaupun asal bisa menghasilkan foto dengan presisi yang tepat. Sehingga foto itu enak dipandang. Karena saya menyadari bahwa naluri saya belum cukup peka maka saya berusaha melatih diri. Ya berbekal rasa saja. Hehe. Apapun saya foto. Jadi kemanapun saya pergi saya pasti membawa kamera. Hal yang paling membuat saya tertantang adalah mengambil foto ketika benda itu bergerak atau saya sedang naik kendaraan yang melaju. Selalu ada benda atau peristiwa unik yang menurut saya sayang jika tak ditangkap. Hasil jepretannya? Ya kadang gagal kadang berhasil. Kegagalan yang terjadi biasanya foto terlihat kabur bahkan objek yang diinginkan sama sekali tidak tertangkap. Namun jika berhasil, hasilnya sering tak terduga dan menurut saya foto tersebut cukup menarik. 

Setelah membidik secara acak biasanya saya seleksi lagi di rumah mana yang menurut saya sudah cukup memuaskan. Baru setelah itu saya proses lagi menggunakan aplikasi edit foto. Ciri khas foto saya adalah, saya menyukai ketajaman warna. Saya juga senang menonjolkan warna warna asli dari foto saya. Misalnya di dalam foto tersebut ada berbagai macam benda dengan warna yang berbeda, ya saya akan berusaha nenampilkan itu lebih jelas lagi. Saya agak menghindari filter yang bisa mengubah warna asli atau mood dari foto itu. Itulah yang membuat feed instagram saya sangat random. Beda dengan beberapa orang yang konsisten dengan foto fotonya. (Tapi saya sudah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan instagram).

Ada beberapa alasan saya menyukai ketajaman sebuah foto. Pertama saya senang dengan warna, kedua bagi saya foto juga merupakan wujud rasa syukur saya bisa melihat berbagai macam benda, warna, dan apapun itu dengan mata saya. Oleh karena itu saya berusaha memperlihatkan foto itu mirip dengan aslinya dan terlihat cerah. 

Baiklah...berikut ini adalah foto hasil jepretan saya dan ibuk hari ini.

Ruang Pameran (1) | oleh Tifanny

Ruang Pameran (2) | oleh Tifanny

Ruang Pameran (3) | oleh Tifanny

Ruang Pameran (4) | oleh Tifanny

Melihat Lukisan (1) | oleh Ibuk

Melihat Lukisan (2) | oleh Ibuk

Melihat Lukisan (3) | oleh Ibuk

Bunga Matahari | oleh Ibuk

Topeng Topeng Seram (1) | oleh Tifanny

Topeng Topeng Seram (2) | oleh Ibuk

Tepeng Topeng Seram (3) | oleh IbuK

Jepret Sambil Jalan: Menara Masjid Agung Darussalam Temanggung | oleh Tifanny

Jepret Sambil Jalan: Jalan Suyoto Sabtu Pagi | oleh Tifanny



Tentang Pameran Lukisan

Pameran Lukisan yang digelar di Pendopo Pengayoman ini, dibuka sejak tanggal 4 dan akan berlangsung hingga 8 Mei. Acara ini diprakarsai oleh sebuah komunitas dari sanggar seni Catec (Cah Temanggung Creative). Pameran lukisan yang bertajuk Bersenyum dalam Warna ini diikuti oleh beberapa Pelukis khususnya dari Temanggung dan beberapa kota di Jawa Tengah serta Yogyakarta. Mereka menampilkan lukisan dengan aliran yang berbeda seperti realis, naturalis, impresif, dan ekspresionisme. Tujuan diadakannya pameran ini adalah selain memamerkan dan memasarkan hasil karya, para pelukis juga berharap agar animo masyarakat terhadap seni lukis atau seni rupa semakin meningkat. 



You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling