Mencapai Ketenangan dan Menikmati Zenlatte

Maret 28, 2019


Suatu Kamis pagi yang sederhana dan minim keributan, tak seperti biasanya. Karena disini saya tinggal bersama keluarga kakak, kegaduhan biasa terjadi menjelang pagi. Terutama ketika ponakan saya yang nomor dua bangun dari tidurnya mendapati kamarnya telah kosong dan tak satupun orang menemaninya di kamar. Tak ada tangis. Syukurlah. Bahkan si bungsu yang masih berumur empat bulan sangat tenang dan jarang sekali menangis. Kecuali dia kegerahan atau haus. Sejauh ia bisa mengatasi masalahnya sendiri dengan mengisap jempolnya, ia adalah bayi lelaki yang tenang. Lakik banget, itu yang dikatakan seorang pencukur rambut yang membotaki kepala bayi ini sepekan lalu. Ben... keponakan ketiga saya ini terkadang membagi senyum dan tawanya pada saya.

Pagi yang tenang ini rasanya makin lengkap dengan seduhan matchalatte dari serbuk minuman instan yang semalam dibeli oleh kakak saya. Ia menawarkan pada saya. Merk baru, katanya. Benar saja, baru kali ini saya melihat minuman serbuk bermerk Zenlatte. Saya langsung teringat akan sebuah simbol lingkaran yang disapukan menggunakan kuas bertinta hitam pada bidang putih polos. Teringat pula akan cover album Gardika Gigih, Nyala. Simbol Zen. Zen sendiri merupakan sebuah aliran dalam Buddhisme. Juga dapat ditafsirkan sebagai keadaan kosong dan ketenangan. Meditasi membebaskan pikiran dan mencapai suatu ketenangan jiwa serta membuat pikiran terpusat pada keadaan kini. Saya rasa, produk minuman Zenlatte menawarkan sensasi yang sama. Mungkin.

Saya balik kemasan dan mengikuti saran penyajiannya. Untuk mendapatkan rasa asli dari suatu minuman serbuk, perlu memperhatikan berapa banyak air yang dibutuhkan. Setelah seduh untuk pertama tama saya hirup aromanya. Disruput pertama, rasanya terlalu manis. Kendati demikian, cita rasa matchanya lumayan kuat. Gurih krimernya juga pas dan tidak berlebihan. Dengan harga 2000 per sachet nya, Zenlatte menyuguhkan minuman matchalatte yang nikmat. Bahkan dibanding merk lain yang jauh lebih mahal, sebut saja Allure, Zenlatte sedikit unggul pada komposisi rasa yang dihasilkan. Allure memang tidak terlalu menonjol rasa manisnya, tapi krimernya atau mungkin susunya sedikit berlebih sehingga menimbulkan aroma agak amis. Untuk merangkingkan, karena disini bertema matcha, maka biar bagaimanapun rasa yang ditonjolkan haruslah rasa matchanya. Untuk itu saya menempatkan Zenlatte pada peringkat kedua.

Semoga hari ini berjalan dengan baik dan saya telah mencapai hakikat Zen. Sehingga nanti ketika saya bekerja, semua berjalan dengan baik karena pikiran saya (semoga saja) sudah lebih rileks. Selamat hari Kamis, tetap manis :)

You Might Also Like

5 Comments

  1. Setelah dibaca, jebul cara penyajian hmmm...

    BalasHapus
  2. Mengharapkan yang seharusnya diharapkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya begitulah, kan sudah ku dijelasin diatas. Lanjutin ceritamu okay :)

      Hapus

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling