Seperti apa warna pagi yang tertangkap oleh pandangan matamu hari ini? Apakah pagi yang teramat belia yang bahkan kau masih bisa melihat sisa kerlip cahaya bintang di langit? Ataukah pagi yang sudah membentangkan selendang jingga dengan gradasi warna yang membuatmu terpana? Atau mungkin pagimu yang lagi lagi terlewat dan kau merasa diburu waktu. Waktu seakan tak pernah memihakmu. Hanya seperti pemburu yang menodongkan...
fragmen 1Dalam redup cahaya lampu aku pernah mengulum waktu dan sesekali mengunyahnya. Terus gelisah diantara ingat dan terlupa. Diantara lelap yang datangnya silih berganti dengan kesadaran. Tidurku tak tenang sebab mulutku masih mengunyah waktu. Hei kapan datangnya pagi? Malam itu sebelum tertidur kakakku menyiapkan buku pelajaran untuk sekolah besok pagi. Saat ia membongkar semua isi tas ia menemukan sebungkus permen karet rasa mint...
Kutempatkan engkau disuatu sudut yang gelap. Tak terjamah oleh ingatan. Terlupakan. Atau lebih tepatnya telah aku lupakan. Sebab aku telah menyerah pada waktu. Tiada lagi kata menunggu. Sebab sekalipun aku menunggu, jika takdir tak pernah berkata, ya..baiklah. Akan sia sia saja.Aku sudah beranjak sejak lama. Sehingga kau tergeser jauh ke belakang tinggal bersama hasrat dan keinginan yang juga telah lama aku tinggalkan. Meredup,...
rame rasanya!Jadi, sudah berapa banyak hal yang bikin kamu kesal, marah, sedih, malu, semangat, dan tertawa terpingkal pingkal selama sepekan ini? Banyak hal yang sudah terlewat beberapa hari terakhir ini yang membuat perasaan saya seperti permen nano nano. Mulai dari kesal masalah kerjaan, sedih karena baru tanggal segini gaji udah amblas, malu keinget momen kondangan yang canggung, semangat memulai bisnis baru, dan tertawa...
Hari ahad kemarin saya berkunjung ke kota Magelang demi melepas rindu pada dua orang kawan saya. Ajeng dan Banat. Terkahir bertemu dengan Ajeng beberapa bulan yang lalu, sebelum bulan puasa. Hubungan kami sempat renggang saat memasuki pekan terkahir Ramadhan. Ada sedikit kesalahpahaman tapi syukurlah, kami kembali berkomunikasi dan merencakan sebuah pertemuan. Kali ini Banat harus ikut serta. Kira kira sudah lebih dari dua...
Kau adalah kisah yang langsung menuju akhir. Tanpa ada permulaan. Tanpa ada pengenalan. Tanpa kita tahu, kita telah di ujung kisah. Kapan semua bermula? Kita tak pernah memulai. Jika saja ada permulaan kita tak pernah menyadari kapan terjadinya. Hanya dalam keheningan yang ditelan oleh riuhnya suasana sekitar yang akhirnya membuat kita lupa, terlupa, dan melupa. Aku adalah jarak diantara barisan kalimat kalimat ini....
Bisikannya tak pernah terdengar di telingaku. Namun lembut ia membelaiku yang tenggelam dalam ketidaksadaranku. Memelukku erat dengan doa dan kerinduannya dari sana. Doa doa yang ia rapalkan di setiap waktu bahkan saat dini hari yang sepi dan dingin, dengan hangat ia terus mengingat. Ia Terus meraba dalam benaknya dan selalu ingat tiap babak pertemuan denganku. Selalu ingat setiap simpul senyum dan suara tawaku....
Cahaya matahari menyinari batu batu nisan yang dingin diterpa udara musim ini tadi malam. Sementara tanah kubur telah menjadi kering. Daun dan kelopak bunga kamboja berjatuhan. Berserak di tanah pemakaman. Ratusan jasad terbaring disini. Ada yang telah berbaring puluhan tahun silam. Bahkan sebelum aku datang kedunia. Ada yang baru ditancap nisannya sebulan lalu. Aku membaca nama nama yang tertera di setiap batu nisan...
Saat menjejak untuk pertama kalinya, aku merasa pulang. Perasaanku tertambat dan seolah aku bisa menghabiskan sisa hidupku di tempat itu. Namun segala harap dan keinginan sirna. Tempat yang sempat aku kira itu adalah rumah, ternyata hanya tempat singgah. Sementara dan hanya sekejap. Meski telah banyak memori yang terukir semuanya sirna oleh badai luka yang menghantamku secara tiba tiba. Tanpa ada pertanda. Mungkin saja...
Ia teguk sisa susu dalam kaleng yang ia genggam di tangan sembari pandangannya terpaku pada gawainya. Ibu jarinya masih sigap bergerak naik naik, scroll dan terus scroll sesekalo tap dua kali untuk meninggalkan jejak. Ia beralih ke kolom cari dan mengetikkan nama seseorang. Belum sempat ia ketuk profilnya ia terhenti termenung melihat foto profil tersebut dan mendengus menahan tawa. Jika ia diminta untuk...